Grace, gadis SMA yang bercita-cita menjadi musisi terkenal bersama bandnya, secara tidak sengaja terikat dalam takdirnya sebagai penjaga kitab penakluk arwah.
Maka dimulailah petualangan Grace yang ingin menjadi musisi ditengah permasalahan demi permasalahan yang harus dia hadapi sebagai penjaga kitab.
Mampukah Grace menggapai impiannya sebagai musisi terkenal sekaligus penjaga kitab penakluk arwah, Atau malah gagal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon icebreak20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 12 : Siluman Pertama
Seminggu setelah kejadian, di atas sebuah bangunan tampak pria berjubah misterius itu kini duduk menatap langit malam di atas sebuah gedung tinggi.
"Heredis cahaya, heredis penenun, dan gadis misterius yang mampu memurnikan arwah yang lepas kendali," gumam pria itu dan terlihat didekati oleh seorang pria berambut keriting, berkumis dan mengenakan kacamata bulat.
"Sepertinya kau menemui kesulitan ya?" tebak pria berkacamata itu, sembari memegang sebuah buku dan tampak berjalan mendekati pria berjubah di hadapan dia.
"Langsung ke poinnya saja, Romi," ucap pria berjubah itu datar.
"Kita sudah dikejar waktu, kali ini kau harus benar-benar mendapatkan wadah yang sempurna," pinta pria bernama Romi itu.
Baru saja pria berjubah itu berbalik, sebuah mustika hitam dengan sedikit retakan di permukaannya melayang ke hadapan pria itu.
"Ada makam terlupakan di taman kota, coba tarik dan buat arwah yang ada disana lepas kendali, lalu masukkan ke salah satu kandidat sempurna untuk menjadi gate," perintah Romi pada pria itu.
"Gate? Indra..."
"Bukan, aku punya satu kandidat lain yang terlihat cocok namun kau tidak menyadari karena fokus dengan bocah gitaris itu," ungkap Romi yang membuat pria itu terdiam.
"Kali ini kita harus berhasil, balas dendam kita harus terlaksana tepat waktu... Arman,"
Mendengar permintaan Romi, pria berjubah bernama Arman itu nampak terdiam dan mencengkram kuat mustika itu sebelum akhirnya melangkah pergi.
*******
"Kita pasti kan bisa... Melampauinya!,"
Terlihat suara teriakan dan tepuk tangan di studio musik, tempat latihan band Science 24.
"Woooh! Keren banget Science 24!" teriak seorang gadis berambut coklat yang nampak menepuk tangan memuji penampilan band itu di samping Rico.
"Ngapain lo disini Tiara?!" omel Grace yang di balas cengiran manis gadis itu, sembari duduk di samping Rico.
"Emang ga boleh?" goda Tiara yang membuat Grace makin kesal.
"Gue juga kesini kan ga ganggu kalian, cuma mau deket sama Rico aja... Iya kan?" goda Tiara lagi sambil sengaja merapatkan duduknya ke Rico yang keliatan salah tingkah.
"Dasar playgirl," gerutu Linda melihat tingkah Tiara, yang dibalas tatapan sinis Della.
"Jadwal latihan kita hari ini barengan sama Evelyn Sister, makanya dia dateng... Jadi giliran mereka setelah kita abis waktu," terang Rico menjelaskan pada mereka.
Beberapa menit setelahnya, terdengar bunyi alarm tanda waktu rental Science 24 selesai, dan dari luar terlihat Crystal masuk dengan wajah canggung menyapa Grace cs yang ada di dalam.
"Yaudah yuk balik," ajak Grace, namun Sonya terlihat berdiri di samping Rico.
"Kayaknya kita diam disini dulu, bukannya lebih baik kita melihat performa mereka?" usul Rico yang dibalas anggukan setuju dari Sonya.
"Rico bener, ini bisa jadi acuan apakah latihan kita sudah pas, lebih baik, atau mungkin kurang," tambah Sonya yang langsung membuat mereka berdiri fi samping Rico.
"Kak..." bisik Crystal yang terlihat panik melihat sesi latihan mereka kini ditonton oleh anak-anak Science 24.
"Gapapa, anggap aja mereka penonton kaya biasanya," ucap Tiara menyemangati Crystal, membuat gadis itu tersenyum lalu mulai memejamkan mata dan menghembuskan nafasnya pelan, lalu mulai membuka mata dan bernyanyi.
Ekspresi Rico dan yang lain nampak berubah begitu mendengar suara mereka berdua.
"Gila... Kalau kaya gini bakal berat buat festival," gumam Della yang berjalan bersama Grace, Sonya, Linda, serta Rico diluar.
"Emang harus gitu, namanya juga level festival," jawab Rico singkat.
"Rico bener, tapi dengan ini kita bisa tau sejauh mana kualitas lawan kita," balas Sonya yang dibalas anggukan setuju Grace dan Linda.
"Yaudah, kalau gitu gue balik duluan ya," pamit Linda, diikuti Della dan Grace.
Menyisakan Sonya yang kini berdiri menatap Rico.
"Kamu mau bahas soal gelang itu kan?" tanya Sonya yang dibalas anggukan Rico.
"Kenapa kamu se takut itu? Bukannya selama ini kemampuan heredis cahaya selalu membantu kamu?" tanya Sonya yang kini berjalan mendekati Rico.
"Yah... Kemampuan ini memang sangat berguna untuk menyelamatkan orang-orang," ungkap Rico sambil menatap tangan kanannya, tangan yang perlahan mulai menciptakan cahaya putih terang.
"Lalu... Kenapa harus menyegel kemampuan itu? Aku... Maksudnya kita masih sangat membutuhkan keberadaan dan kemampuan kamu, kalau sampai..."
"Bukan, gue ga minta gelang penyegel itu buat gue," potong Rico berkilah kalau gelang emas yang dia suruh Sonya ciptakan bukan untuk dirinya.
"Terus... Buat siapa?" tanya Sonya yang kini berada di hadapan Rico.
"Seseorang, yang harus gue lindungi sampai harus mencari keberadaan lu," jawab Rico yang membuat gadis itu tertawa pelan.
"Untuk seorang pemuda yang dingin dan ga peka, kamu cukup romantis juga ya," puji Sonya yang sukses membuat pemuda itu salah tingkah.
"Tapi sebelum itu, kamu harus berjanji satu hal," ucap Sonya pada Rico.
Tampak keduanya saling bertatapan dan terlihat Sonya mengucapkan sesuatu padanya.
"Akan kulakukan," jawab Rico mantap dan dibalas senyum manis Sonya.
*********
Sementara di tempat yang berbeda, tepatnya di taman kota. Terlihat sepasang pemuda dan pemudi tengah bermesraan di kursi bawah pohon besar yang ada di sudut taman kota yang jarang didatangi orang pada malam hari.
"Disini kayanya aman sayang," ucap sang wanita.
"Iya bener sayang," Jawab pria itu dan terlihat keduanya mulai duduk di sana, namun baru beberapa detik mereka duduk terasa hawa dingin menjalar ke tengkuk mereka.
"Ngerasa dingin ga sayang?" tanya pria itu yang dibalas anggukan si wanita.
Namun seketika ekspresi keduanya berubah begitu melihat sesosok makhluk berkepala besar dengan tubuh kurus dan lebih kecil dari kepalanya, dengan lidah yang menjalar keluar nampak mencengkram kepala mereka berdua.
Dan begitu kepala mereka dipegang, seketika wajah mereka berubah keriput dan menua, hingga akhirnya terkulai lemas tak bernyawa di tanah begitu kepala mereka dilepas makhluk itu.
"Anomali macam apa ini?!" kaget Arman yang melihat aksi makhluk itu, dan perlahan menghilang masuk ke dalam pohon itu.
"Makhluk itu benar-benar membunuh manusia?!" gumam Arman.
"Dia disebut anomali Siluman, berbeda dengan tipe arwah, makhluk ini lebih berbahaya, karena yang dia serap bukan lagi rasa takut, melainkan jiwa manusia," ucap Romi menjelaskan di belakang Arman.
"Kau benar-benar membuat makhluk seperti ini?! Gila!" protes Arman pada Romi yang menatapnya tajam.
"Jangan lembek! Ini demi keluarga kita yang sudah tiada!" ucap Romi mengingatkan tujuan mereka ke Arman.
"Karena siluman ini tercipta dari arwah yang sebelumnya terikat perjanjian dengan siluman asli, dia butuh wadah Gate untuk mempertahankan eksistensi dia," ungkap Romi yang membuat Arman mengangguk paham.
"Akan kucarikan," jawabnya singkat seraya menatap pohon tempat siluman itu bersemayam.
**********
Pagi hari nya, berita kematian di bawah pohon taman kota langsung viral di sosial media.
"Masa bener sih matinya karena ngelanggar pamali?" tanya Denis yang sedang membaca salah satu laman berita yang memberitakan hal tersebut.
"Apa kita coba aja ya?!" ajak Ajun yang langsung ditampar pundaknya sama Della.
"Gila, lu mau mati?!" omel Della yang ikut nimbrung Karema penasaran dengan berita itu.
"Ciee Della cemburu, engga ini mau buktiin aja beneran karena pamali atau engga," goda Ajun yang buat Della natap mereka datar.
"Terserah, bodo amat... Lagian kalau beneran gimana?" tanya Della ketus pada Ajun.
"Kalau beneran ya tinggal kita rekam," celetuk Denis.
"Terus lari," tambah Ajun sambil nyengir yang membuat ekspresi Della yang semula marah, kini jadi cemberut sambil berjalan kembali ke kursinya.
"Suka-suka kalian aja," jawab Della sambil duduk di kursinya.
"Lu jangan sampai buat nekat kaya dua orang bego itu Lin, awas aja," ancam Della memperingati sahabatnya yang asyik mendengarkan musik di ponsel
"Hah, apaan?!" tanya Linda polos sembari menatap gadis berambut pendek itu yang kini mengalihkan pandangannya ke depan.
"Grace, Rico, Sonya kemana?" tanya Della yang baru menyadari ketiga temannya belum datang.
"Siluman... Kali ini lawan kita benar-benar membunuh orang," ucap Rico pada Sonya dan Grace.
"Terus apa rencanamu?" tanya Sonya yang kini menatap pemuda itu serius.
Dan saat pertanyaan itu terlontar dari Sonya, terlihat Rudi tiba sambil menenteng laptopnya.
"Sorry lama, gue kudu ngibulin Anggika dulu soalnya," ucap Rudi menyapa ketiga teman beda kelasnya.
"Tentunya kita butuh banyak informasi," ungkap Rico menjawab pertanyaan Sonya sambil menepuk pundak pemuda berkacamata di sampingnya.
"Gue udah dapet satu artikel yang udah mulai membahas soal ini, dari informasi yang gue dapat dua korban itu merupakan siswi kelas 2 SMA, namun saat jasad mereka ditemukan wujudnya keriput layaknya kakek dan nenek usia 90 tahun ke atas," terang Rudi yang membuka laptop dan menunjukkan foto korban itu ke mereka.
"Bisa gitu ya..." gumam Grace yang menatap foto itu.
Namun tanpa diduga, tubuh Grace langsung dirasuki Tiana yang membuat matanya berubah warna dan langsung mendekati laptop itu.
"Itu bukan perbuatan siluman..." ucap Grace tiba-tiba yang membuat Rico dan Rudi menatap mereka bingung.
"Iya siapa juga yang bilang perbuatan set..." ucapan Rudi terpotong saat tiba-tiba laptopnya direbut Grace yang langsung mendekat ke Sonya.
"Liat aliran energi batinnya," ucap Grace yang menunjuk wajah salah satu korban pada Sonya.
"Tiana?!" bisik Sonya saat menyadari siapa yang merasuki Grace, dan saat kembali menatap wajah salah satu korban ia baru tersadar bahwa ia mampu melihat warna yang pudar dan tampak mengalir di foto itu.
"Ini?!"
"Kemampuan yang hanya dimiliki kita yang memiliki energi batin besar, nanti ku jelaskan yang terpenting kau lihat sendiri kan, energi batin mereka benar-benar tertinggal, dia hanya mengisap jiwa orang itu," jelas Grace yang membuat Sonya menatap gadis itu serius.
"Ya, siluman jelas ga melakukan ini, ini dilakukan oleh arwah, dia membutuhkan banyak jiwa untuk menjadi siluman," ungkap Grace pada Sonya dengan nada berbisik, hal itu tentu tidak didengar oleh Rico dan Rudi yang berdiri beberapa meter di depan mereka.
"Apa yang mereka bicarakan sih? Bisik-bisik dari tadi," gumam Rudi yang dibalas helaan nafas pelan Rico.
"Jadi?" tanya Sonya pada Grace yang membuat Grace mengalihkan pandangannya ke Rudi.
"Apa lu bisa cari tau soal tempat ini? Entah masa lalu atau sejarah yang berhubungan dengan lokasi ini?" tanya Grace yang sudah terlepas dari Tiana.
"Bisa, kasih gue waktu sampai pulang sekolah," ucap Rudi dan tepat saat itu bel masuk berbunyi.
********
Di sisi lain, tampak Crystal dan Tiara yang sedang berjalan masuk ke sekolah, tampak diawasi oleh seseorang yang sedang berdiri di balik pagar sekolah.
"Kandidat gate ditemukan," ucap pria berkacamata yang ternyata adalah Romi
To Be Continued