Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya memunculkan sifat yang berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Puteri yang merasa risih dengan sikap Dani, melepaskan pegangan tangannya. Ia pun kemudian mendekati Kia yang berjalan dibelakang mereka. Sedangkan Dani yang melihat itu, justru sengaja mengacuhkannya dan memilih berjalan-jalan sendiri meninggalkan mereka, karena malas meladeni drama Kia.
"Kamu kenapa?? Kok bete gitu???" Tanya Puteri yang khawatir melihat Kia yang memasang tampang masam.
"Si Dani, kenapa keki sama aku sih?? Emang aku ada salah ya sama dia, kok ke kamu dia manis banget sikapnya, gak kayak ke aku??" Ketusnya dengan kesal.
Puteri yang mengerti maksudnya Kia kemudian merangkulnya, seraya menenangkan.
"Ah itu cuma perasaan kamu aja Ki, lagian wajarlah dia bersikap begitu, kalian kan baru kenal, Dani itu cowok baik-baik, dia gak gampang deket sama cewek baru!!!" Tutur Puteri menjelaskan.
"Emang kamu kenal dia udah lama?? Kok kalian bisa sedekat itu??"
"Iya lumayan udah lama juga, lagian kita deket kan awalnya karena kerja bareng, otomatis intens ketemu donk, ya wajar kalo dia gak canggung sama aku!!!" Jelasnya lagi, namun kali ini Puteri sambil menatap Kia dengan tatapan tajam, seolah dikepalanya ada segudang pertanyaan.
"Ki, lagian kamu kenapa daaaah, kayaknya ngebet banget sama Dani, sampe caper gitu???" Lanjutnya sambil mengayunkan langkah gontai.
"Caper gimana??"
"Itu, sampe numpahin kuah mie ke baju kamu, itu maksudnya biar dapet perhatian dia kan??" Jawab Puteri sedikit menekan perkataannya.
"Udah, gak perlu kamu jawab juga aku tau kok jawabannya!!, kamu cemburu kan kalo Dani deket sama aku, kamu suka sama dia???" Tambahnya lagi, dengan tatapan penuh penasaran.
"Hmmm sebenernya pas awal ketemu malam itu, aku suka dan ngecengin dia Put!!! Terus.. Hmm.. sorry, semalem aku ngambil no dia dari ponsel kamu, pas kamu lagi tidur!!!" Jawab Kia jujur sambil menundukan wajahnya, seolah dia menyesal dan menyadari kesalahannya.
Puteri hanya senyum mendengar ucapan Kia, ternyata apa yang diucapkan Dani memang benar.
"Kok kamu berani kayak gitu sih, bisa jadi gara-gara itu Dani bete sama kamu!!"
"Duuh jadi gimana donk Put, aku tau aku salah!!!" Jawabnya sedikit panik.
"Ki, apa ini gak salah?? Kamu kan masih ada suami!! Gak baik loh, kamu disini malah ngecengin cowok lain, sedangkan disana suami kamu, sibuk ngurusin anak-anak kamu!!!"
Tiba-tiba langkahnya Kia terhenti saat mendengar ucapan Puteri, ia lalu teringat dengan anak-anaknya.
Hiks.. Hiks.. Hiks..
"Kamu kenapa Ki??" Tanya Puteri sambil menengok kebelakang, kala mendengar ada suara isak tangis dari Kia.
Kia menangis menghamburkan tubuhnya dan memeluk Puteri, ia sudah tidak sanggup menanggung semua ini lagi. Puteri yang tidak mengerti justru bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada hidup Kia.
Sambil terisak, Kia menceritakan semuanya, bukan dia tega meninggalkan anak-anaknya, hanya saja tidak memungkinkan untuknya membawa anak-anak ke Bandung.
Ternyata suami Kia sedang bermasalah, ia ketahuan menggelapkan uang kakaknya Kia, dan uang itu dipakai untuk bersenang-senang dengan wanita lain.
Kia yang tidak tahu apa-apa, dimarahi habis-habis oleh kakak dan kakak iparnya, karena suaminya mengatakan bahwa uang itu Kia yang memakainya.
Sang kakak mempercayai ucapan suami Kia, karena ia sering melihat Kia membeli barang-barang secara online. Sang kakak mengira Kia membelanjakan uang itu, padahal Kia berbelanja menggunakan uangnya sendiri dari hasil ia jual beli gorden.
Kia kecewa kepada kakak kandungnya yang lebih memilih ucapan adik iparnya daripada adik kandungnya sendiri. Kia benar-benar kecewa, karena semenjak orang tuanya meninggal, kedua kakaknya tidak ada yang peduli kepadanya.
Kia adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, kedua kakaknya laki-laki dan sudah menikah, sehingga sibuk dengan urusan masing-masing.
Selama ini Kia tidak pernah mengeluh ataupun meminta bantuan kepada mereka, ia selalu berdiri di kakinya sendiri, namun mengapa kakaknya tidak pernah mengerti usaha Kia selama ini.
Puteri yang mendengar cerita Kia merasa terharu, namun bagaimanapun keputusan Kia tetap salah, kabur meninggalkan anak-anaknya bersama suami yang sikapnya seperti itu. Mendengar penuturan Puteri, Kia hanya merenung.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, Dani yang sudah dari tadi menunggu mereka diparkiran hanya terdiam melihat Kia yang terisak.
Kia memutuskan untuk duduk dibelakang, dan Puteri duduk didepan bersama Dani. Melihat itu Dani sungguh bahagia, dalam hatinya bergumam, sepertinya Kia menyadari sikapnya yang acuh. Kemudian iapun melajukan kendaraannya menuju arah kota.
Diperjalanan Puteri bertanya kepada Kia, apakah kita akan langsung pulang atau ingin berjalan-jalan lagi. Kia yang sedang kalut hanya terdiam tidak menggubris pertanyaan Puteri, dengan tatapan sendu ia menatap keluar jendela, seolah sedang memikirkan sesuatu didalam kepalanya.
Dani yang perutnya mulai keroncongan meminta mereka untuk makan dulu, karena tadi disana hanya makan mie saja. Sebelum mencari tempat makan, Dani mampir dulu ke pom untuk isi bensin. Kia kemudian pamit untuk ke toilet, Puteri menawarkan diri untuk mengantarnya, namun Kia menolak.
Akhirnya Kia sendirian ke toilet. Dan moment itu dimanfaatkan Dani untuk bertanya kepada Puteri, apa yang terjadi pada Kia. Puteri pun menceritakan semuanya kepada Dani.
Dani hanya mengangguk-anggukan kepala seolah paham dengan cerita Puteri, tak berselang lama Kia kembali dengan wajah yang lebih segar, iapun masuk kedalam mobil.
"Jadi kita mau kemana sekarang??" Tanya Kia sambil memperbaiki riasan wajahnya.
"Kamu mau langsung pulang atau lanjut jalan lagi??" Tanya Puteri sambil menoleh kebelakang.
"Aku sih gimana kalian, ngikut aja!!"
"Aku laper, kita cari tempat makan dulu ya?? Gimana kalo kita makan di punclut biar deket dari sini sekalian arah pulang??" Ajak Dani sambil fokus menyetir.
"Boleh!! Kamu gimana Ki??" Tanya Puteri kepada Kia.
"Ayok, aku juga udah laper!!
Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju punclut.
**********************
Mobil pun sampai ditempat makan pilihan Dani. Begitu turun dari mobil, ekspresi wajah Puteri berubah sendu. Tempat itu mengingatkannya kala pertama bersama Hermawan.
Selama disana Puteri tidak banyak bicara, tiba-tiba saja kenangannya bersama Hermawan bergulung dalam pikirannya, membuat dadanya sesak.
Sebisa mungkin Puteri menahan sesak didadanya, namun air mata itu lolos begitu saja dari matanya, mengalir dipipinya yang mulus.
Dani yang melihat itu reflek langsung menghapus air mata Puteri, ia begitu panik saat melihat Puteri menangis. Sambil mengusap air mata yang terus menetes itu Dani pun bertanya.
"Kamu kenapa Put?? Kok nangis??"
"Aaaaah ini, kelilipan!!!" Sanggah Puteri sambil mengipas-ngipaskan tangannya.
"Boong deh, kelilipan apa coba?? Orang dari tadi gak ada angin, kalaupun kelilipan kok bisa dua-duanya mengalir deras gitu??" Tegas Kia, sambil menyerahkan tisu kepada Dani.
"Hmmm beneran aku kelilipan, kecolok angin matanya!!!"
"Isssshhh dia mah, suka ngaco!!! Cerita sama kita kamu kenapa Put??" Jawab Kia yang kesal kepada Puteri.
Puteri hanya terdiam, sambil sesegukan ia menahan air mata agar tidak menetes lagi. Dani yang baru pertama melihat Puteri seperti itu, langsung menariknya kedalam dekapan, ia memeluknya erat seraya menenangkan Puteri.
Puteri pun menangis meluapkan semua yang tak dapat terbendung lagi.
"Sok keluarin aja Put, setelah kamu luapkan lewat tangisan, semua akan lebih lega, kamu juga akan lebih bisa terbuka untuk cerita sama kita!" Ucap Dani menenangkan sambil memeluk Puteri dengan erat.
"Ia Put, aku belum pernah liat kamu nangis begini, pasti yang kamu rasain itu dalem banget ya!" Tanya Kia memastikan.
"Sok, gak apa-apa, nangisin aja biar lega!!" Sambung Dani lagi.
Namun sebelum Puteri bercerita, makanan sudah datang, mereka memutuskan untuk makan dulu. Puteri yang tadi menangis langsung berhenti, saat makanan yang ia pesan sudah tersaji diatas meja.
Mereka makan dengan lahapnya, termasuk Puteri. ia melupakan sejenak masalahnya dengan makanan. Kia dan Dani yang sudah mengetahui itu hanya bisa tersenyum melihatnya. Pasalnya setiap kali Puteri bersedih atai sedang ada masalah, makanan adalah solusinya. Ia melampiaskan semua pada apapun yang ia makan.
Setelah selesai makan, mereka berbincang-bincang, Puteri bercerita soal mengapa ia menangis. Ternyata tempat itu mengingatkannya kepada mantan suaminya, bukan berarti ia masih mencintainya, hanya saja kenangan awal mereka bertemu begitu indah.
Namun Puteri segera merubah ekspresinya, ia tidak ingin berlarut-larut dalam kegalauan. Ia kemudian pamit ke toilet, karena udara hari itu cukup dingin membuatnya beser.
Dani dan Kia hanya berdua disana, menjadi kesempatan bagi Kia untuk berdekatan dengan Dani. Dani yang menyadari niatnya Kia, lalu berpura-pura menerima telepon dan menjauh darinya.
Kia menjadi kesal dibuatnya, hingga ia berpikir apa yang harus ia lakukan agar Dani memperlakukannya seperti ia memperlakukan Puteri.
Ketika Kia hendak berpikir, Puteri mengejutkan dengan menepuk bahunya. Membuat Kia tersadar dari lamunannya.
"Kenapa kamu Ki, kok ngelamun???"
"Hmmm itu, aku...." Belum selesai Kia menjawab, Dani keburu memotong pembicaraannya.
"Put,, udah selesai?? Balik yuk!!!" Ajaknya yang sudah merasa tidak nyaman.
"Ouh udah, ayoook!!!
Merekapun segera pulang, seperti biasa Dani mengantarkan mereka sampai depan gang.
"Makasih ya Dan, buat jalan-jalan dan makannya hari ini, next aku yang traktir ya!!" Ucap Puteri dengan manis sambil tersenyum.
"It's ok Put, aku yang makasih karena kalian mau nemenin aku hari ini, yaudah aku lanjut jalan ya, bye!!!"
Dani pun pergi melajukan mobilnya. Kia terlihat murung setelah kepergian Dani, sepertinya ia memang jatuh cinta kepada sahabat dari sahabatnya itu.
Kia da Puteri masuk kekamar, kemudian melakukan ritual sebelum tidur. Setelah selesai mereka naik keatas kasur lalu berbincang-bincang meneruskan cerita Kia yang tadi belum selesai.
"Tadi kamu mau cerita apa ki??" Tanya Puteri masih penasaran.
"Hmm itu Put, aku mau tanya sesuatu!!"
"Tentang??" Puteri bertanya sambil mengerutkan dahi.
"Hubungan kamu sama Dani, yakin kalian cuma sahabatan??" Kia bertanya dengan penasaran
"Iya, emang kenapa??"
"Kok aku ngerasa dia ada perasaan sama kamu ya???, karena perlakuannya ke kamu lebih dari seorang sahabat!!!" Tutur Kia menjelaskan, pasalnya ia sangat yakin jika Dani memiliki rasa spesial kepada Puteri.
"Jangan ngaco kamu Ki, dah ah kita tidur! Aku udah ngantuk!!" Jawab Puteri menghentikan pembicaraan yang mulai ngawur.
Kia dan Puteri tidur saling memunggungi, Puteri sempat kepikiran dengan ucapan Kia, namun ia tidak mau pusing, baginya hubungan dia dengan Dani hanya sebatas sahabat, dan inilah yang ia takutkan, jika ia mengekspose persahabatannya dengan Deni, orang tidak akan percaya mereka hanya sahabat. Dan terbukti kini persahabatannya dengan Dani dipertanyakan oleh Kia.
Bagi Puteri, sahabat tetaplah sahabat, jika persahabatan dirusak oleh perasaan maka akan hancur. Dan ia tidak ingin kehilangan sahabatnya.
Dalam diamnya Kia juga berpikir, sepertinya memang ada sesuatu antara Puteri dan Dani, hanya saja mereka tidak mau terbuka dan mengumbarnya, ia harus mencari tahu kebenaran itu sendiri, bagaimanapun caranya.