Emily seorang model yang sukses dan terkenal. Namun, kesuksesan itu tidak dia dapatkan dengan gampang dan berjalan mulus. Mimpi buruk terjadi disaat dia menjadi boneka *** pribadi milik presedir di agensi tempat dia bekerja. Mulut terbungkam saat dia ingin berteriak, namun ancaman demi ancaman terlihat jelas di depan matanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeppeudalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Buruk Yang Mengerikan - 02
📍Dallas Law Company
-Ruangan Reymond-
Mata itu teralihkan dari layar laptop yang ada di hadapannya; ketika pikirannya, berlari ke arah lain dimana dia kembali mengingat ucapan Emily saat perempuan itu mabuk dan mengumpat dirinya sendiri, kalau dia adalah seorang pelacur.
Wajah itu tergambar jelas dengan pertanyaan yang tidak dapat dia temukan jawabannya. Namun sekilas, sorotan mata itu perlahan menajam dengan serius.
“Sial!” Umpatnya dengan nada pelan, yang kemudian menunduk dengan mengetuk-ngetuk jemarinya di atas meja kerja. “Emily…” ucapnya dengan nada pelan namun terdengar hopeless.
***
📍Mvvo Entertaiment
-Ruangan Presedir-
Suara ketukan terdengar dari ruangan presedir. Endrick masuk dan mengatakan, “Yubin dan Emily diluar pak presedir.”
“Suruh mereka berdua masuk.”
“Baik pak presedir.” Ucap Endrick yang kemudian menunduk hormat lalu keluar dari ruangan, yang membiarkan Emily masuk dengan Yubin.
Ada perasaan lega, ketika presedir memanggil Emily namun bersama dengan Yubin yang masuk ke dalam.
“Bapak memanggil saya dan Emily?”
“He’em, silahkan duduk Yubin, Emily.”
Yubin beranjak lebih dulu dan disusul Emily yang ada di belakang Yubin. Wajah Yubin terlihat tenang dan tersenyum saat berhadapan dengan presedir yang seharusnya, dia gugup atau semacamnya. Namun, itu tidak terlihat diraut wajah Yubin.
“Apa pekerjaan Emily sudah selesai hari ini?”
“Sudah pak presedir.”
Mattheo mengangguk pelan, saat dia menyenderkan tubuhnya disofa kecil. Pria itu menatap tajam ke arah Emily, dimana puan itu menunduk dengan perasaan was-was sedikit banyak.
“Yubin, kemari.” Perintah sang presedir yang langsung membuat Yubin berdiri dan sigap menghampiri presedir. “Duduk disini,” perintah Mattheo menepuk paha kanannya.
Tanpa mengatakan apapun, Yubin terlihat mengikuti keinginan Mattheo, dimana hal itu terlihat jelas dikedua bola mata Emily, yang kebingungan.
“A-apa ini?” tanya Emily di dalam hatinya. Dimana dia melihat Yubin duduk di atas paha kanan Mattheo dan mengelus-elus dada pria itu. “J-jangan bilang kalau eonnie…” kembali dia bertanya di dalam hatinya.
“Yubin, lakukan.” Lagi, perintah Mattheo yang seketika itu menarik Yubin beranjak berdiri dan seketika itu berjongkok tepat di hadapan Mattheo.
Tanpa berlama-lama, Yubin melakukan hal yang begitu menjijikan di depan Emily. Dimana tubuh Emily seketika gemetaran melihat apa yang dilakukan oleh Yubin.
“Akkkhhh..” dia mengerang, menjambak kasar rambut puan yang sedang menjilat daging tak bertulang miliknya.
Tangan itu terkepal, napas itu semakin berat melihat hal menjijikan terjadi dihadapannya. “E-eonnie melakukannya?” tanya Emily di dalam hati, saat dia merasa tidak percaya dengan apa yang dilakukan Yubin.
Erangan itu semakin terdengar jelas, ketika Yubin begitu lihay memberikan kenikmatan untuk penguasa di perusahaan itu.
Dan sampai dimana cairan putih itu menyembur tepat dimulut Yubin dan membuat mulutnya penuh tak bercela.
“Duduk di atas ku Yubin.” Perintahnya kembali tanpa merasa segan, Yubin melepaskan sendiri celana jeans yang dia kenakan bahkan cd miliknya yang dia turunkan sendiri yang kemudian duduk di atas pangkuan sang presedir dengan memasukan milik pria itu tepat dilubang sensitifnya.
Puan itu semakin tidak nyaman mendengar desahan yang lolos dari mulut Yubin. Jantungnya yang berdegup kencang saat dia mengepal kuat tangan yang gemetaran.
Dia semakin ketakutan, napasnya mulai sesak dan tubuhnya semakin gemetaran dengan hal yang terus dia lihat.
“I-ini mimpi, kan?” tanya Emily di dalam hatinya ketika dia kaget saat Mattheo memanggil namanya.
“Emily!”
“I-iya pak presedir.”
“Puaskan aku.”
“Huh?”
“PUASKAN AKU SEKARANG JUGA!” bentakan itu membuat mata Emily berkaca-kaca.
Yubin langsung menarik pergelangan tangan Emily, dan mendorong tubuh puan itu ke hadapan sang presedir.
“Lakukan! kamu sudah sering melakukannya, jangan takut seperti ini,” ucap Yubin dengan nada pelan menatap tajam Emily.
“E-eonnie…” Emily gak habis pikir, ternyata bukan hanya dia korbannya, melainkan Yubin salah satu korban yang terlihat menikmati apa yang dilakukannya.
Dan saat itu, suara ketukan pintu terdengar dari dalam, Yubin meraih celananya dan bergegas memakainya kembali, begitu pula dengan Mattheo.
Seorang tamu masuk, dimana tamu itu menyelamatkan Emily dari predator yang begitu menyeramkan.
Seseorang itu…
“Reymond?”
“Iya pak presedir, saya datang.” Ucapnya dengan nada berat dengan sekilas melihat Emily yang berdiri menunduk di sudut sofa. “Sepertinya, sedang … serius membahas pekerjaan?”
“Tidak juga nak, ayo duduk. Kenapa kamu tiba-tiba datang kemari? Ah! Yubin, Emily, kalian bisa keluar.”
Tanpa mengatakan apapun, Emily berlari kecil keluar dari ruangan itu, bersamaan dengan Yubin yang menyusul.
“Gak perlu mengatakan apapun.” Tegas Yubin yang terlihat berjalan mendahului Emily.
Emily? dia diam mematung melihat Yubin beranjak ke toilet. Tubuhnya lemas yang seketika dia menyender di dinding samping.
***
10 menit berlalu, dia memutuskan masuk ke dalam toilet. Namun langkahnya tertahan, dia mendengar suara isak tangisan dari bilik wc. Dan dia sadar, hanya ada dirinya bersama Yubin di dalam toilet itu.
Dengan begitu sesak dia menarik napas dan membuangnya dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
“Mimpi buruk ini, kapan akan berhenti?” tanya Emily di dalam hatinya sembari menatap kaca besar di hadapannya. “Atau mungkin, ini semua akan berakhir, kalau aku bunuh diri?” wajahnya terlihat serius saat mengucapkan kalimat itu, sekalipun di dalam hatinya. “Kalau aku bunuh diri, hal mengerikan itu tidak akan terjadi lagi dan…” kalimat itu tertahan, saat Yubin keluar dari bilik wc, tanpa melihat Emily, Yubin memutuskan untuk keluar terlebih dahulu dari toilet. “Hhhh…” Emily paham, kalau ada perasaan ketakutan di dalam hati Yubin, sama seperti dirinya.
Setelah 15 menit berlalu, Emily keluar dari toilet. Dimana dia bertemu dengan Reymond yang baru saja keluar dari ruangan presedir tadi.
“Kamu masih disini?”
“Iya pak Reymond.”
“Bagaimana dengan pekerjaanmu?”
“Hari ini, saya selesai lebih awal.”
“Begitu ternyata.”
“Iya pak.”
Tanpa mengatakan apapun lagi, Reymond beranjak dari hadapan Emily, tapi … Emily menahannya sejenak.
“Pak Reymond?”
“Hm?”
“Terima kasih.”
Reymond diam menatap raut wajah itu.
“Terima kasih untuk kemarin.”
“Iya, saya permisi.”
“Iya pak.”
“Dan terima kasih untuk hari ini.” Ucap Emily di pelan saat melihat Reymond berlalu dari hadapannya.