Bagaimana perasaan jiwamu jika dalam hitungan bulan setelah menikah, suami kamu menjatuhkan talak tiga. Lalu mengusirmu dan menghinamu habis-habisan.
Padahal, wanita tersebut mengabdi kepada sang suami. Dia adalah Zumairah Alqonza. Ia mendadak menjadi Janda muda karena diceraikan oleh suaminya yang bernama Zaki. Zaki menceraikan Zumairah karena ia sudah bosan dan Zumairah adalah wanita miskin.
Bagaimana nasib Zumairah ke depannya? Apakah dia terlunta-lunta atau sebaliknya? Yuk, cap cus baca pada cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Sekti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Super Woman
Pagi itu, Zumairah sudah bertekad untuk membantu pekerjaan ibunya di sawah. Apa pun masalahnya, ia fokus untuk memanen padi. Ia tidak menghiraukan siapa saja orang yang ingin mengganggu dirinya.
Saat dalam perjalanan menuju sawah, dikejutkan dengan kedatangan Wiwin yang menggoda Arga tanpa lelah. Belum selesai Wiwin menggoda Arga, datanglah Lina yang juga tiba-tiba menyusul mereka ke sawah. Zuma dan keluarganya dikatain munafik.
"Nona Lina yang cantik dan kaya raya, kami memang munafik, tetapi seenggaknya kami tidak suka mengganggu kebahagiaan dan kegiatan orang lain. Apa yang kamu lakukan apakah sudah benar? Saya, Ibuk dan Tuan Arga mau memanen padi? Kamu mau ikut?"
Zuma yang dari kemarin diam, kini angkat bicara. Sudah habis rasa kesabarannya kepada wanita toxic seperti Lina.
"Kamu mulai berani juga sama aku, Zuma. Saya ogah lah, panen di tempat berlumpur. Kulitku yang mulus ini akan terkelupas. Ditambah, wajahku akan hitam. Nggak maulah. Tuh, siapa wanita kaya Lenong itu? Bedaknya tebal dan murahan. Arga Dinata ya enggak level lah sama wanita kampung, yang noraknya kebangetan!"
Lina menghadapi dua wanita yang membuatnya emosi. Sama Zumairah ia merasa tersaingi. Sementara dengan Wiwin ia ingin menjambak rambut wanita tersebut karena sangat genit kepada Arga.
Wiwin menoleh ke arah Lina yang menghinanya. Dia tidak terima. "Siapa kamu wanita asing? Bisa-bisanya kamu ngatain aku wanita murahan? Emangnya kamu siapanya Bang Arga, hah?"
Wiwin berkacak pinggang dan lantang menghadapi Lina yang pongah.
Lina tersenyum masam. "Kamu nggak tahu siapa aku? Aku calon istrinya Arga Dinata. Dan Mamanya menyuruh dia segera pulang. Persiapan pernikahan sudah dipersiapkan oleh kedua belah pihak keluarga! Kamu bisa apa? Nangis da rah? Hahaha."
Wiwin dan Lina saling menghina dan saling ingin menang sendiri.
"Bu Dijah, kita tinggalkan kedua wanita sinting itu. Kita cepat-cepat jalan ke sawah. Zuma, maafkan Lina yang datang dan membuat masalah. Aku tidak bermaksud untuk membuat gaduh di kampung ini," kata Arga yang merasa bersalah pada keluarganya Bu Dijah. Namun, ia ingin membuktikan bahwa ia menerima apa adanya tentang keluarga Zumairah.
Akhirnya, Arga, Zuma dan Bu Dijah berjalan cepat menuju sawah. Mereka tak menggubris kedua wanita toxic yang sedang bertikai.
***
Bu Dijah memulai memanen padi dan turun di ladang yang berlumpur. Zuma dan Arga pun menyusul.
Bu Dijah dan Zuma mulai menyabit tanaman padi dengan lincah. Mereka sangat mahir memainkan sabit untuk mendapatkan padi yang sudah menguning.
'Jago sekali mereka. Mereka Super Women,' batin Arga sambil susah payah meniru kegiatan yang dilakukan oleh Bu Dijah dan Zuma.
Tidak lama, beberapa tetangga ikut membantu Bu Dijah untuk memanen padi yang luasnya lumayan.
"Bu Dijah, tahu nggak, ada Wiwin yang bertengkar dengan wanita cantik entah siapa. Terdengar mereka sedang merebutkan Arga. Arga 'kan temannya Neng Zuma yang ganteng itu? Wah, orang kota seperti Nak Arga menjadi rebutan wanita kampung maupun kota. Ibu nggak nyangka!" kata ibu-ibu yang berperawakan cenderung gendut yang memakai hijab berwarna coklat.
Bu Dijah berdiri dan meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan dari tetangganya.
"Maafkan Nak Arga ya, Ibu Bapak semua. Dengan adanya Nak Arga, desa ini menjadi gaduh. Namun, Nak Arga hanya ingin belajar tani di sini. Wiwin dan wanita yang satunya itu mulutnya seperti cabai. Susah diatur!"
Bu Dijah meminta maaf kepada para warga agar Arga tidak disalahkan.
"Nak Arga nggak salah kok Bu. Memang wajahnya membuat wanita siapa saja terpikat. Apalagi wanita seperti Wiwin yang jarang liat pria kota."
Tetangganya memahami akan kondisi Arga yang memang tampan mempesona.
***
"Bang Arga, tunggu aku."
Ketika Arga sibuk memanen padi, Wiwin muncul dan ikut terjun ke sawah untuk menemani Arga Dinata memanen padi.
Wiwin adalah jagonya wanita yang memanen padi karena kedua orang tuanya juga petani.
Wiwin tersenyum setelah sampai di samping Arga. "Maaf, Wiwin telat gegara wanita kota itu. Sekarang dia sudah kalah sama saya. Sekarang, Wiwin mau bantuin Abang!"
Wiwin mulai menebas tanaman padi menggunakan sabit yang sengaja ia bawa di rumah. Semangat empat lima, membuat, ia mendapatkan lumayan padi yang sudah ia ambil menggunakan sabit.
Sementara Lina berdiri sambil mengeluh tidak karuan karena ia kepanasan. Kebetulan cuaca pada hari itu sangat panas.
"Sialan! Kenapa Arga mau-maunya susah payah memanen padi dengan wanita kampung itu? Apalagi ada Ondel-Ondel kampung yang membuat kepala ini pusing!"
Lina menggerutu dengan kegiatan Arga yang sangat rajin membantu keluarganya Zumairah memanen padi.
Suara burung Pipit bersahutan. Walau panas, angin masih sepoi-sepoi menggerakkan dedaunan hingga terlihat pemandangan yang memanjakan mata.
Walaupun semua petani lelah, mereka terobati oleh keindahan pedesaan yang menenangkan jiwa. Hingga beduk pun tiba mereka mulai beristirahat. Mereka mulai membersihkan diri untuk persiapan makan siang.
Zumairah dan Arga menggelar tikar dan menaruh sajian masakan dan minuman di atas tikar. Akhirnya, dengan izin Tuhan, mereka bisa makan pada siang itu.
Suasana damai dan syahdu walau panas terik menyengat sampai ke persendian tulang. Itulah para petani. Letih dan sakit tidak mereka rasakan. Yang ada hanyalah rasa gembira karena mengharapkan padi yang bisa menjadi beras.
Padi adalah harta mereka. Tanpa padi mereka tidak bisa makan dan menyekolahkan anak cucu di kampung tersebut.
Terlihat, Lina masih berdiri sendiri dan merasakan letih yang sangat karena sedari tadi ia juga belum beristirahat dan makan.
Mengetahui hal tersebut, Zuma mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi satu centong, paha ayam goreng satu. Dilengkapi dengan sambal dan lalapan. Tidak lupa ia membawa sebotol air mineral yang masih tersegel.
Ia berjalan mendekati Lina yang hampir pingsan.
"Nona Lina, maukah kau menerima makanan dan minuman sederhana ini? Sepertinya kamu pucat dan membutuhkan makan? Ayolah jangan sungkan. Ini semua higienis dan bersih kok. Kita sengaja beli air mineral untuk jaga-jaga."
Senyum tulus ia pancarkan pada Lina yang berdiri mematung. Dalam hati, ia takjub dengan kebaikan seorang Zumairah Alqonza.
Lina memang sangat lapar dan membutuhkan air minum. Bulir bening menetes dari matanya. "Terima kasih. Aku memang sangat lapar," kata Lina yang langsung mengambil makanan dan minuman pemberian dari Zuma.
"Nona, ayo duduk di sini dengan aku. Di sini bersih kok?"
Zuma mengajak Lina duduk di atas batu besar yang bersih dan bisa digunakan untuk duduk. Akhirnya, Lina memakan makanan itu sampai habis tak tersisa. Minuman pemberian Zumairah juga ia habiskan sampai bersih.
Setelah menghabiskan semua makanan dan minuman pemberian Zuma, Lina menatap lembut ke arah Zuma.
"Hai, Zuma. Maafkan aku yang jahat kepadamu. Kamu wanita berhati bidadari. Aku terharu, aku khilaf dan aku merasa bersalah banget sama kamu. Sumpah, tadi aku hampir pingsan dan aku tak bawa makanan sedikit pun. Adanya kamu, kau menyelamatkan nyawaku. Karena aku punya riwayat penyakit magh."
Saking terharunya, Lina memeluk erat Zumairah. Hati Lina yang congkak, keras bagai batu, kini lunak dan luluh oleh seorang wanita desa sederhana yang berhati bagai bidadari, Zumairah Alqonza. Pembawaannya yang tenang dan pasti mempunyai karisma tersendiri untuk cepat meluluhkan siapa saja.
'Zuma, kamu memang wanita pilihanku. Aku akan berkorban demi kamu agar bisa menikah denganmu. Wanita baik sepertimu tak pantas aku sia-siakan dan aku tinggalkan,' batin Arga dalam hatinya yang memuji kebaikan Zumairah.
"Nak Arga, Zuma dan Bapak, Ibu semua. Sepertinya kalian sudah lelah. Alangkah baiknya kita pulang saja dan panennya dilanjutkan besok. Terima kasih kepada semuanya yang rela membantu panen padi milik kami."
Bu Dijah sangat terharu dengan kebaikan para tetangga yang mau bergotong royong membatu memanen padi.
Karena para petani terlihat kelelahan, mereka membereskan segala sesuatunya dan akan segera pulang.
Setengah jam kemudian, Bu Dijah dan para petani yang ikut panen, sudah sampai rumah masing-masing.
Namun, setelah Bu Dijah sampai di depan rumahnya, beliau terbelalak kaget dan nyaris pingsan. Para tetangga pun juga terkejut tidak karuan.
"Ya Alloh rumahku! Tolong!"
Setelah mengucapkan kata tolong, Bu Dijah segera pingsan.
Apa yang terjadi?
demi harta sanggup berjual beli...tampa memikirkan perasaan anak....egois....tepi....adakah Arga akan bahagia...pasti saja tidak...Arga amat mencintai Zuma...walaupun demikian....Arga perlu bertegas pada Papa Wira Arga....bahawa kamu tetap dengan keputusan mu memilih Zuma....kebahagiaan adalah penting walaupun nama mu di coret dalam keluarga....bawa diri bersama Zuma ke tempat lain dan buktikan bahawa tanpa harta keluarga kamu boleh bahagia gitu..lanjut...