NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SI BUNGSU

BALAS DENDAM SI BUNGSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Teen School/College / TKP / Trauma masa lalu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.

Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.

Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."

Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.

Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.

Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.

PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 TERJEBAK KERIBUTAN

Penjaga toko berkedip bingung, apa telinganya salah mendengar, bukan ungkapan cinta, tapi pertanyaan pekerjaan paruh waktu. Mungkin saja gadis ini hanya malu mengatakan secara langsung. Lalu menggunakan alibi ingin melamar kerja.

"Kebetulan toko memang sedang mencari pekerja paruh waktu. Tapi sepertinya adik ini masih dibawah umur ya?" dia mengatakan itu, tapi sebenarnya maksudnya adalah, "Menyerah saja, kamu masih kecil, sekolah aja yang benar."

Kening Aria berkerut, "Apa ada ketentuan usia?"

"Secara spesifik sih tidak ada. Tapi perbedaan usia terlalu jauh. Tidak cocok."

Aria berkedip bingung, "Aku ingin bicara pada pemilik toko."

"Untuk apa bertemu bos ku. Apa ini hal yang membutuhkan kehadirannya. Bahkan meski bos memaksa aku tetap tidak setuju."

"Ken-"

"Heh, kak! Temanku ini ingin melamar pekerjaan. Tentu saja perlu bertemu bos secara langsung. Lagipula kakak ini siapa bisa memutuskan. Bagaimana kakak tau bos tidak akan menerima temanku," ujar Keira sedikit emosi.

"Benar-benar ingin melamar kerja?" tanya penjaga toko tidak percaya.

"Tentu saja, memang apa lagi," jawab Keira sewot.

"Tenanglah," Aria mencoba menenangkan Keira. Dia lalu memandang ke arah penjaga toko lagi, "Jika memang tidak bisa, tidak masalah, kami akan pergi."

"Eh, tunggu sebentar," cegah penjaga toko. "Maaf sebelumnya saya yang salah paham. Toko kami memang sedang mencari karyawan baru. Salah satunya untuk pekerja paruh waktu," Penjaga toko mengobrak-abrik laci di mejanya. "Ini adalah formulirnya. Kamu bisa mengisinya dan menyerahkan nya padaku."

Aria menerima kertas formulir itu. "Terima kasih."

"Sama-sama," balas Penjaga toko menunduk malu.

Aria tidak terlalu memikirkan kejadian sebelumnya. Dia memilih membaca sekilas formulir ditangannya.

Tapi Keira yang selalu penasaran, menanyai dengan nada curiga, "Memang apa maksudnya tadi? Salah paham apa?"

"Itu...."

"Apa?"

"Saya fikir adik ini mengejar saya," penjaga toko menggaruk kepala merasa malu.

Keira memasah muka tidak percaya, omong kosong apa yang dia dengar barusan ini.

"Itu sangat tidak masuk akal!"

Aria mendongak, awalnya sedikit terkejut, lalu kemudian menjadi biasa saja. Dia menoleh ke arah Keira, dan berpikir.

Sejujurnya Dia sama sekali tidak peduli akan ke salah pahaman penjaga toko. Tapi Keira tampaknya sangat peduli. Maka lebih baik masalah ini segera dihentikan. Karena jika Dia terus meneruskan masalah ini, akan tidak nyaman jika nantinya Dia jadi bekerja disini.

"Ehemm," Aria berdehem kecil. "Lebih baik kita kembali. Masih ada jadwal belajar mandiri malam ini," setelah mengatakan itu, Aria menarik Keira untuk keluar dari toko. Sebelum pergi, Dia sedikit mengangguk pada penjaga toko.

Penjaga toko memperhatikan dengan rasa tidak nyaman. Dia yang sudah salah paham pada gadis baik. Tapi orang lain masih mau membantunya. "Tidak, aku harus membantunya agar mendapat pekerjaan ini," gumamnya penuh tekad.

...----------------...

Kelas belajar mandiri dimulai pukul 7 sampai dengan 9 malam. Jadwalnya tidak tetap, bisa berubah-ubah tiap minggu. Kelas ini tidak wajib, terserah siswa untuk melakukan nya atau tidak. Sekolah hanya akan menyediakan akomodasinya saja. Tapi akan sangat rugi jika mereka tidak menggunakannya. Karena kemungkinan besar mereka bisa tertinggal dengan yang lain.

Aria berjalan keluar dari kamar asrama Keira. Awalnya Dia ingin kembali ke kosan. Tapi karena paksaan gadis itu, terpaksa Dia mengikutinya.

Tak lama Keira keluar, berjalan ke arahnya, "Aku sudah membawa semuanya, ayo kita pergi."

"Kami ikut dengan kalian boleh?"

Dari belakang Keira kedua gadis juga keluar, mereka adalah teman sekamar Keira. Yang baru saja berbicara bernama Maudy. Sedangkan gadis satunya yang memakai kacamata bernama Hera.

Melihat pandangan bertanya Keira padanya, Aria menganggukkan kepala. Bukan masalah besar, membawa satu atau dua orang dalam perjalanan.

"Boleh saja," kata Keira.

Keempat gadis itu pun berjalan beriringan menuju kelas mereka.

Disisi lain penghuni asrama lainnya, juga mulai keluar satu persatu. Sekolah yang sebelumnya sepi, menjadi ramai kembali.

Gedung asrama perempuan berada di sisi Barat, gedungnya menghadap ke Timur. Untuk sampai di kelas mereka, mereka hanya perlu melewati lapangan basket. Sayangnya jalan mereka tidak begitu mulus. Saat mereka sampai di lapangan, sebuah keributan terjadi di depan mereka. Kelompok mereka di didominasi para pria. Nampak dua kubu sedang berdebat sengit.

"Bagaimana mereka bisa membuat masalah disini?" seru Keira terkejut.

Aria menoleh, "Kamu mengenal mereka?"

Tiga orang yang mendengar pertanyaan Aria, langsung memandang gadis itu dengan aneh.

"Bukan hanya Keira, kamu harusnya juga mengenal salah satu kelompok itu," ucap Maudy.

Aria menampilkan pandangan bertanya. Dia bahkan masih baru di sekolah ini. Pandangnya teralih kembali ke pusat keributan. Mencoba mengidentifikasi identitas orang-orang itu. Wajah yang tidak asing nampaknya. Digabungkan dengan reaksi berlebihan Keira. Memunculkan tebakan di dalam hatinya. Mungkinkah itu teman sekelas mereka. Di saat yang sama Keira membenarkan tebakan nya.

"Mereka teman sekelas kita, 10A2. Kubu lainnya adalah kelas 10A1, tetangga sekaligus rival kita," kata Keira.

"Oh," gumam Aria nampak tidak tertarik.

"Bisa-bisanya kamu tidak mengenal teman sekelas mu sendiri," ucap Maudy dengan nada aneh.

"Itu wajar, Aria saja baru datang tadi pagi. Tentu saja dia belum sempat memperhatikan kelas," bela Keira.

Maudy memalingkan muka malu, Dia tidak menyangka Keira akan membalas ucapannya dengan keras. Padahal Dia yang lebih dulu mengenal Keira. Keduanya juga satu kamar. Tapi kenapa Keira malah lebih dekat pada siswi baru. Apa karena siswi baru itu teman sekelas, sekaligus teman sebangku nya. Maudy menjadi iri, dia juga ingin dekat dengan siswi kaya, seperti Keira.

"Apa kita akan menunggu disini," kata Hera malu-malu.

Maudy melirik tidak suka pada Hera. Sayangnya dia malah dekat dengan siswi miskin. Yang sialnya sangat cupu.

Aria memperhatikan dari samping, semua ekspresi tidak wajar dari Maudy, tertangkap oleh matanya, dia tahu gadis ini memiliki niat tidak baik.

"Kita pergi," ucap Aria.

Setelah mengatakan itu Aria langsung berjalan kedepan.

Keira tentu saja langsung mengikuti di belakangnya. Dia sepenuhnya percaya pada keputusan Aria.

Meskipun tidak mau, Maudy ikut berjalan di belakang Keira.

Hera yang melihat itu buru-buru mengejar dengan panik.

Ketiganya membentuk barisan di belakang Aria.

Aria tidak sembarangan menerobos kerumunan. Di berjalan di sisi jalan yang kosong. Sehingga tubuhnya tidak perlu bersentuhan dengan orang lain.

Saat mereka baru mencapai setengah perjalanan. Sebuah teriakan terdengar nyaring.

"Ada Dewan Kedisiplinan cepat pergi!"

Kerumunan dengan cepat terpecah, dua kubu yang sebelumnya berperang sengit, mulai berpencar dengan sendirinya. Semua orang panik untuk menyelamatkan diri. Dewan kedisiplinan adalah nama yang terdengar menakutkan bagi mereka. Karena posisi mereka di sekolah adalah di atas anggota OSIS, dewan guru, dan bahkan kepala sekolah. Cukup aneh posisi setinggi itu ditempati oleh seorang murid belaka. Tapi kenyataannya para penyumbang dana lah yang berada dibelakang mereka.

Karena kerumunan yang pecah, Aria dan kelompoknya berhenti di tempat.

Aria sendiri memang tidak ingin masuk dalam lautan manusia yang saling mendorong. Dia membiarkan tubuhnya berlindung mundur ke belakang.

"Kenapa kita malah berhenti, ayo cepat pergi, itu adalah Dewan Kedisiplinan," kata Maudy takut.

Keira juga juga ketakutan, tapi saat melihat Aria yang tenang, dia menekan ketakutannya, dan berdiri di sisi Aria.

"Aku bersama, Aria," kata Keira.

"Apa kamu bodoh. Kamu akan mengikuti gadis ini. Dia tidak tahu apa-apa," bentak Maudy marah.

Keira juga keras kepala, dia bersikukuh tidak bergerak.

"Baiklah, terserah mu. Gadis ini hanya akan menghancurkanmu, cepat atau lambat," kata Maudy kejam. "Obat apa yang sudah diberikan gadis ini sebenarnya," batinnya sambil menatap Aria dengan bermusuhan.

Aria balas menatap dingin ke arah Maudy.

Maudy yang ditatap, merasa bulu kuduknya merinding, "Ayo kita pergi, Hera. Tinggalkan saja mereka."

Hera yang memang pemalu, hanya bisa mengikuti Maudy di dengan patuh, tanpa bisa menolak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!