Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Crazy
Seberapa lambat sejatinya segalanya berjalan? Lebih tepatnya tidak ada hal yang berarti 1 tahun ini.
Fiona menghela napas kasar. Masih konsentrasi pada kuliahnya. Mengerjakan tumpukan tugas, ditambah persiapan PKL yang akan diadakan.
Target 2 tahun untuk lulus? Mungkin akan sulit baginya.
Saat ini waktu menunjukkan pukul 10 malam. Seorang pemuda memakai kacamata baca berada di sana, sedikit mengintai dari balik rak buku. Betapa indah dan rajin pacarnya, itulah yang ada di benak Ryu Dean, tersenyum mengerikan.
Tapi tidak, ini bukan nuansa psikopat. Hanya saja hubungan dengan kesalahpahaman yang begitu lambat.
Brak!
"Aku sudah mengumpulkan apa saja materi yang harus kamu pelajari." Ucap Yudha tersenyum, masih menggunakan kacamata bacanya.
"Terimakasih, memang hanya kamu teman yang dapat aku andalkan." Fiona tersenyum padanya.
Menelan ludahnya sendiri, menatap ke arah pinguin kecilnya yang semakin hari semakin cantik saja.
Hanya kamu teman yang dapat aku andalkan? Itu artinya sedikit lagi maka dirinya akan naik pangkat menjadi pacar. Menikmati bibir itu, bagaimana memeluknya? Tidak! Tidak boleh! Sama sekali tidak boleh. Setidaknya sebelum dirinya melamar Fiona, usai wisuda gadis ini. Serta dirinya yang akan mulai memimpin perusahaan keluarga.
"Fiona." Panggil pemuda yang sekujur tubuhnya dilapisi pakaian bermerek, harum aroma parfum pria mahal. Entah berapa kali Yudha mengganti baju, hanya untuk mempersiapkan kencannya di perpustakaan.
"Em..." Ucap gadis itu masih konsentrasi.
"Aku merindukanmu." Yudha tersenyum padanya.
"Aku juga, merindukanmu, teman terbaikku." Kalimat yang diucapkan Fiona, seketika membuat Yudha tersenyum-senyum sendiri.
"Jadi kamu merindukanku?" Tanya Yudha berputar-putar.
"Tentu saja, kalau aku sendirian di perpustakaan kan jadi horor." Fiona tersenyum menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
Perlahan jemari tangan Yudha merayap, memegang jemari tangan Fiona.
"Aku menyukainya, seperti menyukai gula kapas. Begitu indah dan manis, hingga membuatku takut, jika terlalu berlebihan menyentuhnya dia akan menjadi rapuh dan menghilang." Batin Yudha, kala Fiona menatap ke arahnya.
"Kamu juga takut?" Tanya Fiona menatap Yudha yang memegang jemari tangannya.
"Bodoh..." Yudha tertawa kecil, menggenggam jemari tangan itu lebih erat.
"Aku takut kehilangan Fiona." Isi hati sang pemuda. Bagaimana selama dua tahun ini, hampir setiap hari mereka bertemu di perpustakaan kampus.
*
Satu? Tidak! Dua jam kemudian Fiona tertidur di perpustakaan. Kala itulah Yudha menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah indah pacarnya.
Menelan ludah, Yudha mendekatkan bibir mereka. Hanya sebuah kecupan singkat yang diberikan olehnya.
"Pacarku..." Gumamnya.
"Emngh...aku ketiduran lagi. Sudah jam 12, sebaiknya aku pulang sebelum ayah yang menjemputku." Ucap Fiona menatap ke arah jam pada laptopnya, tidak menyadari apa yang Yudha lakukan kala dirinya tertidur.
"Biar aku yang antar, terlalu bahaya ini sudah larut." Sebuah pemaksaan? Tentu saja, kunci motor Fiona direbut olehnya.
"Yudha! Kalau kamu mengantarku, kamu pulangnya bagaimana!?" Tanya Fiona menutupi laptopnya, kemudian mengejar Yudha yang telah melangkah terlalu jauh.
"Yudha!" panggil Fiona berlari mengikutinya.
*
Namun ada yang namanya pembatas antara teman. Sebuah batas yang tidak mungkin dilompati oleh seorang Derio dan Yudha.
Seorang pemuda yang tersenyum, setelah mencicipi rasa bakso kedua orang tuanya. Dua tahun sudah pemuda ini menjadi TKI di Taiwan.
"Rasanya kurang." Pendapat Gandi, menaburkan sedikit garam lagi.
Mungkin sudah lama, hingga dirinya melupakan seorang gadis yang pernah menyatakan perasaan padanya.
Seorang pemuda dengan wajah yang biasa-biasa saja. Juga ramah pada setiap orang. Orang biasa? Itulah dirinya, seseorang yang ada dalam komik atau novel sebagai tokoh tidak dikenali, bahkan dalam komik kerap digambar tanpa wajah.
Siapa yang tau, terkadang rasa iseng akan berubah hidupnya."Selamat datang..." Ucapnya mendengar ada pengunjung yang masuk.
Matanya melirik, seorang wanita dan seorang pria. Dilihat dari gesturnya pasti sepasang kekasih. Begitu dekat dan akrab, itulah yang ada dalam benak Gandi.
"Kalau jodoh tidak akan kemana." Fiona tersenyum memberikan kode, tapi tetap berjalan menuju meja kosong.
Sedangkan Yudha, berusaha keras tidak tertawa. Mungkin mengira dirinya lah yang dibicarakan oleh Fiona. Tentang jodoh tidak akan lari kemana.
"Mau pesan apa?" Tanya Gandi menyodorkan daftar menu.
"Dua bakso mercon. Dua es teh..." Jawab Fiona, tetap fokus pada target."Setelah lama menunggu ternyata tidak sia-sia."
Janji palsu sang anak pemilik kedai bakso. Jika jodoh tidak akan lari kemana, bahkan setelah penantian panjang.
"Menunggu apa?" Tanya Yudha, antara penasaran. Mengapa tingkah laku Fiona hari ini aneh.
Kala Gandi meninggalkan mereka, barulah Fiona bicara terus terang."Yudha! Yudha! Aku rasa setelah lulus aku akan segera menikah."
Yudha yang tengah menikmati minuman kaleng terbatuk-batuk, menyemburkan sedikit minumannya."Tapi semuanya belum siap! Bagaimana kalau ada anak yang lahir---"Kalimat dari Yudha disela.
"Apa maksudmu? Tentu saja kalau ada anak yang lahir harus dirawat dengan baik. Tapi apa terlalu cepat untuk melamar?" Tanya Fiona penasaran.
"Tidak! Kita sudah sama-sama dewasa. Cepat atau lambat, hubungan kita---" Yudha mengerutkan keningnya menyadari sang pinguin tidak ada di hadapannya lagi.
Seekor pinguin yang berjalan cepat ke arah pemuda yang menanyakan pesanan mereka.
"Kak Gandi, ingat aku? Aku Fiona yang dulu sering kemari." Ucap Fiona antusias.
"A...aku lupa." Gandi terkekeh, pasalnya dirinya memang mudah melupakan orang.
"Kak Gandi, bagaimana?" Tanya Fiona.
"Bagaimana?" Tanya Gandi yang tengah menyiapkan pesanan Fiona.
"Apa sekarang kita sudah bisa menjadi lebih dari sekedar teman?" Tanya Fiona terus terang. Apa yang kurang, dirinya sebentar lagi wisuda.
Mata Gandi tertuju padanya menatap gadis ini dari atas sampai bawah."Kamu gila!? Pacarmu sudah bersiap-siap menembakkan laser dari matanya." Ucapnya melirik ke arah Yudha yang bagaikan menebarkan aura membunuh yang kuat.
"Yudha? Dia bukan pacarku. Kak Gandi jangan salah paham, aku dulu memang menyukai Yudha. Tapi Yudha berkata tidak mungkin menyukaiku dan hanya akan menjadi teman selama-lamanya." Sebuah kalimat lugas dari mulut pinguin kecil. Sungguh luar biasa.
Yudha berusaha keras untuk tersenyum menatapnya dari jauh. Inikah yang difikirkan Fiona tentang hubungan mereka? Teman yang tidak dapat mengalami kenaikan jabatan?
"Fiona, atau siapapun kamu. Maaf, tipeku lebih tinggi daripada kamu. Kita hanya saling mengenal sekilas. Karena itu, maaf sekali---" Kalimat Gandi terhenti.
"Fiona, sebaiknya kita tidak makan di tempat ini. Ada restauran jepang yang baru buka. Biar aku yang traktir." Yudha menyakinkan pacarnya untuk pergi.
Jujur saja, ini tidak menyenangkan lagi. Seperti mimpi buruk yang menjadi nyata. Bagaimana Fiona dapat menyukai pria lain? Terlebih ubur-ubur ini.
Fiona menghela napas kasar."Yudha, kamu teman terbaik dalam hidupku. Tapi sampai disana saja. Setelah aku punya pacar, kita tidak dapat berteman atau terlalu dekat lagi."
Tangan Yudha gemetar, gila! Tidak ingin bertemu dengan dirinya lagi? Punya kuasa apa pinguin kecil dengan kaki yang pendek ingin melarikan diri dari seekor naga.
"Kamu bercanda kan?" Suara tawa yang terdengar aneh.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...