Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
"Maaf pak saat ini saya banyak pekerjaan karena itu saya tidak sempat untuk mengobrol."
"Masa cuma ngobrol sepuluh menit saja kamu tidak bisa sih?" Gavar bangun dari duduknya lalu mendekati Nindya dan menjawil dagunya.
Gavar adalah seorang laki-laki yang sudah berumur sekitar empat puluh tahun yang sudah memiliki anak dan istri. Laki-laki yang kerap disapa pak Gavar itu salah satu laki-laki yang ada di perusahaan ini yang menyukai Nindya. Dia sangat gencar mendekati Nindya dan meminta untuk menjadi istri keduanya.
Jelas saja Nindya langsung menolaknya, Nindya berpikir untuk apa menjadi istri kedua kalau masih banyak laki-laki single dan berondong diluar sana. Jijik sekali kalau harus menjadi perempuan kedua kalau bisa menjadi yang pertama.
"Maaf pak anda jangan berperilaku seperti ini didalam perusahaan" Nindya berusaha menghindar dari jangkauan Gavar tapi walaupun menghindar Gavar tetap berjalan mendekat.
"Berarti kalau tidak berada di perusahaan kita bisa berbuat lebih dong."
"Pak Tanpa mengurangi rasa hormat saya mohon anda jangan berbuat diluar batas seperti ini! Kalau anda tetap nekat berbuat seperti ini saya tidak akan segan-segan untuk lapor ke pak Kai atas tindakan pelecehan yang anda lakukan!" ucap Nindya sarat akan ancaman.
"Laporkan saja saya tidak takut lagian juga saat ini kamu tidak memiliki bukti sama sekali."
"Siapa bilang? Saya bisa menggunakan cctv yang ada di dalam ruangan ini untuk bukti atas perilaku anda yang tidak senonoh."
"Lakukan saja saya tidak takut sama sekali, kalau kamu mau melakukan itu tinggal lakukan saja paling setelah itu kamu yang akan dituduh menggoda saya dan dikeluarkan dari perusahaan ini" ucap Gavar tanpa rasa takut sama sekali.
Gavar tidak takut Nindya melaporkan perbuatannya karena dia memiliki orang dalam yang lumayan berpengaruh di perusahaan ini. Pak Kanza adalah kakak dari pak Gavar yang memiliki kedudukan sebagai direktur utama perusahaan.
Nindya langsung kicep tapi dalam batinnya berkobar untuk mencari semua bukti kejahatan Gavar. Di perusahaan ini tidak hanya Nindya saja sebenarnya yang pernah dilecehkan oleh Gavar, ada sekitar tiga orang tapi mereka tidak berani melapor karena Gavar lebih berkuasa.
"Hahaha...kamu pasti tidak berani kan?"
"Kita lihat saja nanti kedepannya pak, pasti kejahatan akan kalah dengan kebenaran."
"Ya, ya terserah kamu saja."
Tanpa memperdulikan kesopanan, Nindya segera keluar dari ruangan Gavar tanpa berpamitan sama sekali. Buat apa dia menghormati laki-laki seperti Gavar kalau tidak bisa menghormati perempuan.
"Hai Nindya cantik kita belum selesai loh!" teriak Gavar di belakang Nindya.
Nindya tidak mempedulikan dan terus berjalan hingga masuk lift. Setelah beberapa menit akhirnya Nindya sudah sampai kembali ke ruangannya. Nindya duduk di kursinya lalu mulai mengerjakan berkas yang tertumpuk di mejanya.
Berjam-jam mengerjakan berkas tidak terasa waktu makan siang sudah tiba. Berkas yang dikerjakan oleh Nindya pun sudah selesai setengahnya. Setelah itu Nindya masuk ke dalam ruangan Kaivan.
"Permisi pak makan siang hari ini anda ingin makan apa?" tanya Nindya.
"Terserah apa saja yang penting mengenyangkan" ucap Kaivan dengan mata yang fokus ke berkas.
"Baik pak" Nindya segera mengotak-atik teleponnya untuk memesankan makan siang untuk bosnya. Lima belas menit pun makanannya datang. Nindya meletakkan makanan itu di atas meja yang terdapat banyak sofa yang ada didalam ruangan Kaivan.
"Silahkan dimakan pak, makan siang anda sudah siap."
"Hmm... sebentar lagi."
"Pak saya mau izin keluar untuk ke rumah sakit" Kaivan mendongakkan kepalanya.
"Untuk apa?"
"Anda pasti lupa, saya kerumah sakit itu untuk memeriksakan tentang kehamilan palsu saya agar para orang tua membatalkan pernikahan kita."
"Oh iya saya lupa, kalau begitu ambil kartu ini" Kaivan menyerahkan kartu berwarna gold kepada Nindya.
"Untuk apa ya pak?"
"Ya untuk membayar biaya pemeriksaanmu saat di dokter nanti."
"Tidak usah pak saya pakai uang saya sendiri saja."
"Saya tidak menerima penolakan ya Nindya, cepat ambil" ucap Kaivan dengan paksaan.
"Wah jangan memaksa seperti itu dong pak kan saya enggak bisa nolak" Nindya mengambil kartu itu dengan perasaan bahagia.
"Cih...gitu aja tadi nolak" Kaivan berdecih sambil memutar bola matanya malas.
"Ya kan saya enggak mungkin pak tiba-tiba nerima langsung nanti bapak kira saya wanita gampang."
"Ya sudah sana kamu pergi ke rumah sakit nanti kamu malah kelamaan di rumah sakit dan pekerjaanmu disini tidak beres semua."
"Baik pak, kalau begitu saya berangkat."
Nindya keluar dari ruangan Kaivan lalu mengambil tasnya dan segera berlalu pergi dari perusahaan. Sampai di lobby dia bertemu dengan Adel yang akan keluar juga.
"Kamu kok ada disini Nin?"
"Ceritanya panjang nanti aku akan ceritakan yang terpenting sekarang aku pinjam montor kamu dulu."
"Buat apa sih Nin?"
"Sudah mana kunci motormu? Ini aku sedang urgent jadi harus cepat" ucap Nindya dengan terburu-buru yang membuat Adel juga ikut panik dan langsung memberikan kunci motornya.
"Ini nih kunci motorku tapi ingat bawa motornya jangan ngebut-ngebut itu cicilan motor belum lunas."
"Iya tenang aja montormu diaku bakal aman sentosa" setelah mendapatkan kunci motor, Nindya lalu berlari dengan cepat menuju parkiran motor.
Sesudah motor Adel ketemu, Nindya memakai helm dan segera meluncur ke rumah sakit. Jarak yang ditempuh Nindya hanya lima belas menit saja sudah sampai rumah sakit karena sangking ngebutnya Nindya mengendarai motor.
Sampai rumah sakit Nindya mendaftar terlebih dahulu lalu menunggu antrian sampai namanya dipanggil. Setelah menunggu lumayan lama akhirnya giliran Nindya untuk diperiksa. Proses pengecekan kehamilan dilakukan oleh Nindya.
"Nah semua prosesnya sudah terselesaikan sekarang anda tinggal menunggu hasilnya keluar" ucap perawat.
"Kira-kira berapa lama ya sus laporannya keluar?"
"Mungkin sekitar setengah jam laporannya akan keluar."
"Baiklah kalau gitu saya tunggu saja di sini."
"Baik anda bisa menunggu di kursi depan lagi nanti saat laporannya sudah jadi nama anda akan dipanggil."
"Baik sus" Nindya kembali lagi duduk ditempat semula, tapi saat menunggu perutnya lapar Nindya memutuskan untuk mencari makan di kantin rumah sakit terlebih dahulu sambil menunggu.
Setelah kenyang Nindya pun kembali lagi ke tempatnya tadi. Hingga tidak lama kemudian akhirnya hasil laporannya pun keluar. Nindya segera mengambilnya dengan perasaan deg-degan.
"Ini laporan anda" ucap perawat sambil memberikan sebuah amplop kepada Nindya.
"Terima kasih ya sus."
"Iya sama-sama."
Setelah mengambil laporan Nindya keluar terlebih dulu. "Aku lihat laporannya sekarang atau nanti saja ya?" Nindya diam sambil berpikir.
"Nanti saja lah saat ini diberikan kepada kesemua orang tua" Nindya memasukkan amplop ke dalam tasnya.