Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Lakukanlah Brian....
Keesokan harinya sebelum Brian pergi ke kantor dia mampir ke apartemen untuk menemui Viona. Dari tadi malam Brian tidak menghubungi Viona, pasti Viona sedang cemas memikirkan Brian. Brian langsung masuk ke dalam apartemen miliknya. Melihat kedatangannya, Viona yang sedang duduk di sofa sambil menonton saluran televisi pun langsung bangkit menghampiri Brian.
"Brian...akhirnya kamu datang juga. Kenapa kamu nggak ngabari aku sih..? Apa yang terjadi tadi malam...? Apa kau dimarahi sama papa....? " Viona langsung memberondong Brian dengan pertanyaan.. Brian pun tersenyum pada Viona.
"Ya ampun Brian, pipi kamu kenapa ...?" tanya Viona khawatir sambil menyentuh pipi Brian.
"Nggak papa..." jawab Brian dengan santai.
"Brian, apa kamu dipukul..? Siapa yang memukulmu...?" tanya Viona. Brian hanya diam dan hanya menghela nafas kasar.
" Brian, ayo jawab pertanyaanku, siapa yang memukul kamu.....? Apa papa yang memukul kamu Brian...?" tanya Viona sambil mengusap pipi Brian yang memar berwarna biru kehitaman. Brian kembali diam dan hanya menatap wajah Viona dengan lekat.
"Aku kompres pake air hangat ya.." ucap Viona.
"Nggak usah kak, ini nggak sakit kok..." jawab Brian.
"Nggak sakit gimana, ini sampai memar kayak gini kok...." sahut Viona lalu dia hendak pergi ke dapur untuk mengambil air hangat tapi tiba- tiba Brian menarik tangannya.
"Tidak perlu kak, beneran aku nggak papa kok..." ucap Brian.
" Tapi Brian..."
"Nggak papa, ini hanya luka kecil saja...."
"Brian, kamu sampai dipukul seperti ini pasti karena kamu memukuli mas Fathur kan..? Memangnya kamu nggak ngomong ke papa apa alasan kamu memukul mas Fathur...?" tanya Viona. Brian pun menggelengkan kepala.
"Tapi kenapa Brian...? Kalau memang mas Fathur yang salah, kenapa kamu nggak ngomong apa kesalahan mas Fathur pada papa...?" tanya Viona yang sedikit kesal.
"Nggak kak, aku nggak bisa mengatakan yang sebenarnya. Ada hati yang harus aku jaga. Kalau aku mengatakan yang sebenarnya, maka otomatis aku akan menyeret kak Viona dan kak Bianca pada masalah baru. Aku nggak mau itu terjadi...." jawab Brian.
Viona pun menatap wajah Brian dengan sendu, dia tidak menyangka kalau Brian rela disalahkan dan dipukul oleh papanya demi menjaga hatinya dan juga Bianca.
"Brian.. Tolong kamu jujur, apa sih sebenarnya yang dikatakan oleh mas Fathur tentang aku sehingga kamu sampai marah sekali...?" tanya Viona. Lagi- lagi Brian hanya diam dan terus menatap wajah Viona.
"Brian...! kamu dengar nggak sih pertanyaan aku....?" Viona kesal pada Brian.
Brian bukanya menjawab pertanyaan Viona tapi dia malah menarik pinggang Viona dan membawa Viona masuk ke dalam kamar kemudian Brian menutup pintu. Brian mendorong tubuh Viona hingga mempel pada pintu lalu mengurung tubuhnya menggunakan kedua tangannya hingga Viona terpojok dan tidak dapat bergerak.
"Bri...Brian..." ucap Viona jantungnya langsung berdebar dengan sangat kencang.
Brian lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Viona. Melihat apa yang dilakukan oleh Brian, Viona langsung memejamkan matanya. Dia berpikir Brian akan menciumnya. Tapi hingga beberapa detik Viona memejamkan matanya, tidak ada pergerakan sama sekali dari Brian.
Viona pun kembali membuka matanya. Viona tertegun ketika mendapati Brian yang sedang memandangi wajahnya. Tentu saja Viona merasa malu bukan main.
"Kak, kakak ingin tahu mas Fathur ngomong apa sama aku tentang kakak...?" tanya Brian.
Oh ya ampun , Viona kembali dibuat malu oleh Brian, dia berfikir Brian akan menciumnya tapi ternyata dia hanya menanyakan soal itu pada Viona. Kenapa tidak mengatakan itu sejak tadi.
"Me..memangnya mas Fathur ngo...ngomong apa Brian..." tanya Viona sambil menahan rasa malunya.
"Mas, Fathur bilang, dia suka sama kakak, dia ingin menyentuh tubuh kakak, dia ingin membuat kakak hamil...karena menurut dia Kak Bara tidak bisa menghamili kakak...." ucap Brian dengan nafas naik turun tak beraturan merasakan begitu emosi.
Viona pun kaget mendengar perkataan Brian. Fathur memang pernah mengatakan hal yang sama pada Viona, tapi Viona tidak menyangka kalau Fathur juga mengatakan itu pada Brian.
"Dia kurang ajar sekali kan kak...? Aku nggak terima kak... Aku nggak terima kakak dilecehkan seperti itu...." sambung Brian dengan mata memerah dan ada cairan bening di sana. Brian seperti sedang menahan tangisnya.
"Bri...Brian...." ucap Viona yang tidak menyangka betapa perdulinya Brian padanya hingga ketika ada orang lain yang bicara tidak senonoh padanya Brian begitu marah dan langsung menghajarnya.
Brian mengusap pipi Viona dengan lembut menggunakan jarinya. Kemudian dia menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian pipi Viona ke belakang telinga Viona. Kemudian dia berjalan menuju tempat tidur dan duduk di pinggir kasur.
Brian masih terlihat emosi karena kata- kata Fathur yang ingin menyentuh tubuh Viona masih terngiang- ngiang di telinganya. Dia sangat marah, tentu saja sangat marah. Viona adalah perempuan yang sangat dia cintai. Dia tidak akan terima jika ada yang bicara sembarangan padanya.
Viona lalu mengikuti Brian dan duduk di sampingnya. Tiba- tiba Brian membuka kaos yang sedang dia pakai hingga terlihatlah oleh Viona badan yang begitu kekar dan gagah. Viona pun terkejut kenapa Brian tiba- tiba membuka kaosnya.
Tapi Viona hanya bisa diam dan tidak berkedip melihat tubuh Brian yang begitu sempurna di matanya. Hingga tanpa sadar Viona menelan salivanya.
"Kak... Kakak keluar dulu ya, aku mau ganti baju, sebentar lagi aku mau berangkat ke kantor...." ucap Brian yang hanya memakai celana panjang saja.
"Nggak Brian aku mau di sini saja...." ucap Viona tanpa sadar saking terhipnotisnya melihat tubuh kekar Brian yang begitu menggoda.
"Apa...? Jadi kakak mau tetap di sini melihatku berganti pakaian....?" tanya Brian.
"Ehm.. A..apa Brian...? Ka...kamu tadi ngomong apa...?" tanya Viona menjadi seperti orang bingung.
Melihat sikap Viona, Brian pun tersenyum sambil menggelang- gelengkan kepalanya. Brian lalu dengan sengaja membuka celana panjangnya hingga menyisakan celana pendek yang cukup ketat. Mata Viona pun melotot melihat apa yang dilakukan oleh Brian di depan matanya.
"Bri...Brian... A..apa yang kamu lakukan...? Kenapa kamu membuka pakaianmu...?" tanya Viona begitu gugup. Mungkin dia baru tersadar dengan apa yang terjadi di sekelilingnya karena saking fokusnya menatap tubuh Brian.
Brian lalu mendekat ke arah Viona. Jantung Viona kembali berdebar dengan kencang ketika Brian mendekatinya hanya menggunakan celana pendek saja, sementara sudah tidak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuh bagian tasnya.
Dengan cepat Brian menarik pinggang Viona hingga tubuh Viona menempel pada tubuhnya. Beberapa saat mereka saling menatap. Kemudian Brian menumpukkan bibirnya pada bibir Viona dan memberikan l*matan- l*matan lembut di sana. Viona sama sekali tidak menolaknya justru dia malah membalas l*matan tersebut. Brian menarik tengkuk Viona hingga c*uman mereka semakin dalam.
Entah berapa lama mereka berci*man, bibir Brian begitu manis hingga membuat Viona ketagihan dan terlena dengan waktu. Bahkan di bawah sana Viona bisa merasakan bagian milik Brian yang menegang. Tapi anehnya Viona tidak merasa cemas sama sekali. Justru Viona merasa miliknya juga berdenyut- denyut.
Brian melepaskan ci*mannya lalu membopong tubuh Viona dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tanpa menunggu waktu lama, Brian kembali mencium bibir Viona. Kali ini mereka berciuman dalam posisi berbaring. Viona merasakan sensasi yang berbeda dari sebelumnya. Apa lagi saat tangan Brian menelisik masuk ke dalam dua benda kenyal milik Viona. Viona merasakan ada aliran hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Iya, Viona perempuan biasa yang butuh kehangatan. Apalagi semenjak Bara berselingkuh dengan Karin dia jarang disentuh olehnya dengan alasan lelah karena pekerjaan di kantor yang menumpuk. Viona pun harus mengalah walaupun dia tahu dia sangat butuh akan sentuhan itu.
Tangan Brian terus bermain- main di dua benda kenyal milik Viona. Viona menggigit bibirnya karena merasakan geli bercampur n*kmat. Setelah itu Brian dengan cepat menghisap benda kenyal itu secara bergantian hingga membuat tubuh Viona seakan melayang. Viona kembali menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan desahan yang keluar dari bibirnya.
Sementara itu tangan Brian menyingkirkan kain yang menutupi bagian bawah tubuh Viona hingga bagian bawah Viona terlihat polos tanpa selembar kain pun yang menempel. Hanya menyisakan kaos yang dia pakai dan itu pun sudah ditarik ke atas supaya tidak menghalangi dua benda kenyal milik Viona yang sedang Brian hisap secara bergantian.
Setelah berhasil menyingkirkan kain bagian bawah tubuh Viona , Kini giliran Brian menarik sisa kain yang masih menempel di tubuh bagian bawahnya sendiri hingga benda miliknya yang sudah menegang sejak beberapa waktu lalu keluar dari sarangnya.
Menyadari akan hal itu Viona lalu melirik ke bagian milik Brian. Viona terkejut dengan apa yang dia lihat. Ternyata ukuran benda milik Brian terlihat dua kali lebih besar dari milik Bara. Viona yakin jika benda milik Bara di sandingkan dengan milik Brian , benda milik Bara akan merasa insecure.
Setelah puas bermain- main dengan kedua benda kenyal milik Viona, wajah Brian turun ke bawah menyusuri perut Viona dan memberikan kecupan- kecupan lembut di sana. Tanpa sadar Viona mengerang dan menjambak rambut Brian saat dia menenggelamkan wajahnya di bagian inti milik Viona. Lidahnya menyapu liang kepemilikan Viona dengan lembut.
Sungguh Viona tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya oleh Bara. Entah Bara tidak mau melakukan ini karena jijik atau karena dia tidak paham akan hal ini. Selama ini yang dia lakukannya ketika berhubungan badan hanya itu- itu saja. Tidak pernah melakukan hal yang ekstrim.
Dan ketika Viona mendapatkannya dari Brian, Viona merasa tubuhnya terbang melayang- layang ke atas awan. Ini sungguh gila, iya ini benar- benar hal gila yang baru Viona rasakan. Viona merasa kehilangan akal sehat sekarang. Rasanya Viona ingin berteriak karena tidak sanggup kenikmatan tersebut. Entah berapa lama lidah Brian bermain- main di dalam sana, Viona pun tidak ingat karena dia begitu terlena dengan perasaannya.
Brian lalu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Viona. Brian kembali mel*mat bibir Viona dengan rakus. Tanpa menyia- nyiakan kesempatan itu, Viona pun membalas c*uman Brian dengan tak kalah rakusnya. Iya, Viona tak merasa malu- malu lagi pada Brian. Dia membuka sedikit bibirnya agar Brian bisa memasukkan lidahnya untuk mengeksplor setiap inci rongga mulutnya.
Cukup lama mereka berc*uman, Brian lalu melepaskan tautan bibirnya. Kemudian Brian menatap wajah Viona dengan lekat seolah sedang meminta ijin pada Viona apakah dia boleh untuk melanjutkan aksinya dan melakukannya lebih dari ini. Viona pun paham dengan situasi ini. Dia pun menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Iya, Viona mengijinkan Brian untuk melakukan lebih dari itu karena dia juga sangat menginginkannya.
"La...lakukanlah.. Bri...Brian...." ucap Viona dengan suara tersendat dikarenakan menahan malu.
Bersambung....