NovelToon NovelToon
Belenggu Cinta Suami Posesif

Belenggu Cinta Suami Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Erma Sulistia Ningsih Damopolii

Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.

Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.

Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.

Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.

“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza

“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 17 Serupa Tapi Tak Sama

“Pak Bara?” Sapa Iva memandangi wajah tampan pria yang selama ini kagumi.

Melihat postingan video Launa di akun tak dikenal dari platform andalannya, Bara bergegas menuju playground untuk menemui wanita itu. Bukan karena Bara sudah tidak punya akses lagi menghubungi Launa, dia punya beberapa cara, akan tetapi pria itu tidak puas andai hanya bicara via suara.

“Mau apa?” Tanya Launa ketus sembari bersedekap dada.

“Mau bicara…. Empat mata.” Tegas Bara yang bukan hanya ditujukan pada Launa tapi juga kepada Iva hingga membuat wanita itu mundur namun Launa menahan kepergiannya.

“Bicara di sini saja, kenapa pakai usir Iva segala.”

“Lau, udah nggak apa-apa, aku ke sana dulu ya, nanti aku tunggu kamu.”

“Nggak perlu, kamu tetap di sini.” Titah Launa tetap kekeuh menahan pergelangan tangan saudaranya.

“Iva, kamu masih mau kerja sama saya kan?”

“I_iya pak.” Jawab Iva terbata hingga Launa semakin menajamkan matanya.

“Bapak ngancam Iva?”

“Lau, udah nggak apa-apa, aku masih butuh kerjaan_”

“Kamu takut sama dia?” Pekik Launa sedikit meninggikan suaranya seraya menunjuk Bara menggunakan dagu lancipnya.

“Bukan takut, tapi aku hanya menghormati atasanku. Udah ya, ngalah aja dikit.” Bisik Iva membujuk saudara perempuannya itu, lalu kemudian berlalu segera. Launa sudah tidak menahan kepergian Iva lagi, ia pun membiarkan dirinya ditinggal berdua bersama gapura kecamatan itu.

“Launa_”

“Lupakan yang terjadi semalam, anggap tidak pernah terjadi. Jangan berlagak seolah bapak mengenal dekat saya, dan jangan pernah bapak menghubungi apalagi menemui saya begini. Jika sampai bapak tidak mengindahkan permintaan saya, saya tidak akan segan-segan melaporkan bapak ke kantor polisi!”

Bara belum selesai menyapa, tapi Launa sudah membalas sepanjang jalan kenangan. Alih-alih untuk merasa takut, pria itu justru tersenyum tipis tanpa melepas pandangannya dari wajah cantik Launa.

“Kamu mengancam saya?”

“Kata-kata saya ini adalah nyata, bukan sekadar ancaman belaka.”

Meski tangannya sudah gemetar dan buliran bening di netranya berontak ingin keluar segera, namun ia masih sanggup mencaci maki Bara yang seakan tidak merasa bersalah sedikitpun.

“Rupanya kamu belum melihat flash disk yang saya serahkan tadi pagi. Di flash disk itu, terisi semua rekaman cctv di mobil maupun di kamar saya. Flash disk itu yang akan membuktikan nanti, apakah saya salah sepenuhnya atau tidak.” Jelas Bara hingga Launa mengerjap pelan. Sekelabat sepotong kejadian di mobil lewat begitu saja di ingatannya. Launa ingin kembali mengingat akan tetapi sulit dan sepotong kejadian itu kembali hilang bahkan sulit untuk ia cari lagi.

Akan tetapi, bukan Launa namanya jika ia tidak pandai menyangkal dan membalikkan kesalahan.

“Ta_tapi bapak kan laki-laki, seharusnya bapak bisa menahan birah* bapak dan bukan malah memanfaatkan keadaan.” Bantah Launa hingga senyum lebar terbit dari wajah Bara.

“Manis.” Batin Launa sempat-sempatnya terpukau namun ia kembali menjernihkan pikirannya.

“Apaan sih Launa, ini bukan waktunya terkesima!” Tegas Launa dalam hati. Bahkan di dalam pikiran pun Launa tidak sudi mengagumi Bara, secepat mungkin ia menampik pikiran itu meski tak bisa dipungkiri ketampanan Bara bak dewa.

“Mana flash disk itu?”

“Untuk apa?”

“Tidak usah banyak tanya berikan saja padaku.” Titah Bara yang langsung Luana turuti. Wanita itu merogoh tasnya dan mengambil benda kecil itu untuk ia berikan kepada Bara.

Begitu flash disk itu sudah di tangan Bara, Bara pun mencolokkan benda tersebut di ponselnya dan memperlihatkan rekaman itu kepada Launa.

“Ni lihat!” Ucap Bara menyerahkan ponsel itu dan Launa pun segera menerimanya.

Pertama-tama, Launa melihat rekaman cctv mobil terlebih dahulu. Awalnya dia masih kelihatan tenang karena rekaman tersebut masih biasa saja. Hingga begitu ia mendekat ke arah Bara dan menci*mi leher pria itu, kening Launa mengkerut dan matanya membulat sempurna saat melihat ia naik ke atas pangkuan Bara dan langsung menciu*i Bara dengan begitu bringasnya.

Mata Launa terus membulat melihat adegan demi adegan yang mereka lakukan. Terlihat jelas dari rekaman cctv itu bahwa Launa lah yang paling menginginkan hal itu. Mata Launa mulai berkaca, namun masih bertahan menyaksikan adegan yang mereka lakukan.

Air mata Launa menetes tanpa permisi dari pelupuk matanya. Melihat hal itu, Bara jadi tak tega. Ia pun merebut ponsel tersebut dari tangan Launa karena tak bisa membiarkan wanita itu menyaksikannya lebih lama lagi.

“Maafkan aku.” Tutur Bara menunjukkan rasa bersalahnya di depan Launa.

Launa masih diam seribu bahasa, air matanya semakin deras mengalir sembari terus menatap kosong.

“Apa bapak bisa ceritakan bagaimana saya bisa bersama bapak. Seingat saya, saya hampir diperk*sa di toilet oleh pak Garry.” Tanya Launa yang masih penasaran bagian itu saat hatinya mulai sedikit tenang.

“Soal itu, saya yang kebetulan ke toilet mendengar teriakanmu. Karena penasaran, saya memberanikan diri menerobos toilet tersebut dan mendapati kamu yang sedang digerayangi Garry. Untung Garry tidak sempat berbuat yang lebih jauh, jadi saya bisa menyelamatkanmu tepat waktu.” Jelas Bara hingga membuat Launa menatap wajah Bara.

Secara bersamaan, Bara sudah menyelamatkannya walaupun kehormatannya raib di tangan Bara. Launa tidak membantah hal itu, apa yang Bara lakukan memang sudah tepat, namun bukan berarti benar sepenuhnya.

Launa yang tadinya menggebu-gebu menyalahkan Bara, dibuat bungkam kala ia mengetahui kebenarannya. Seakan ditampar kenyataan, Launa ingin berterimakasih namun lidahnya terasa kelu. Alhasil, ia diam tanpa mengucap sepatah katapun.

“Saya masih tetap pada pendirian saya, berhenti menemui saya ataupun menghubungi saya. Saya tidak ingin digang_”

“Apakah masih sakit?” Bara memotong ucapan Launa dan masih mempertanyakan hal yang sama.

Launa yang tadinya ingin berterimakasih mendadak murka kembali dan ingin segera menghabisi nyawa Bara detik ini juga.

“Berhenti.. membahas hal itu lagi.” Launa memperingatkan Bara dengan penuh penekanan.

“Kalau masih sakit nanti saya obati, kita beli obatnya di apotik.” Saran Bara sama sekali bukan saran yang tepat menurut Launa. Wanita itu semakin muak mendengar penawaran Bara. Bagaimana tidak? Andaikata dia bersedia Bara obati, maka itu artinya dia akan dengan sukarela membiarkan Bara menyentuh dan melihat aset berharganya lagi. Mengingat itu emosi Launa semakin memuncak hingga tak segan mengancam Bara untuk menghabisi nyawa pria itu, andai Bara terus mengucapkan hal yang membuat ia teringat akan kejadian semalam.

“Kamu yakin akan membunuhku?”

“Iya, coba saja jika kau berani!” Ancam Launa hingga Bara kembali menampilkan senyuman.

“Kenapa tertawa? Anda mengejek saya?”

“Apa kamu tega membunuh ayah dari calon anakmu?” Tanya Bara hingga darah Launa semakin mendidih.

“Apa? Ayah? Calon anak? Ingat ya, saya tidak akan sudi punya anak dari anda!” Ketus Launa seraya menampilkan senyum hambarnya.

“Lagi pula, yakin sekali anda bisa membuat saya hamil.”

“Iya, saya memang pantas yakin karena kita melakukannya lebih dari sekali. Apalagi dalam permainan itu kamu yang memimpin seakan lihai sekali mengimbangiku_”

“Tutup mulut anda! Jangan bicara hal yang menjijikkan itu lagi!” Pekik Launa sembari menutup kupingnya.

Beberapa menit yang luar biasa, Launa bahkan tidak menyangka bisa dipertemukan dengan pria sepicik Bara.

Berbeda halnya dengan Bara, sejak tadi ia memperhatikan Launa. Wajah manis Launa berhasil meraih perhatian Bara. Tidak ada yang berbeda, bahkan cara dia mengomel pun sama. Di saat wanita itu tengah naik darah, Bara justru menarik sudut bib*r tanpa melepas pandangannya.

“Apa anda lihat-lihat?” Ketus Launa menyadarkan lamunan Bara, hingga pria itu terkesiap namun tetap terlihat dingin meski jantungnya hampir copot.

Melihat cara Launa memperlakukannya, semakin membuat Bara terpaksa mengubur impiannya. Dia bukan Amelia meskipun sudah semirip itu. Bukan mirip seperti kembar, hanya saja mereka mirip. Serupa tapi tak sama, ya begitulah definisinya.

Rindu Bara sudah tak terelakkan lagi, kerinduannya kepada sang kekasih semakin tumbuh kala dirinya dipertemukan dengan wanita yang mirip dengan Amelia.

Melihat cara Bara menatapnya, membuat Launa ingat akan satu hal. Sebelum ke sini ia mendapat DM dari pria dengan user name Darius91. Isi DM tersebut menjelaskan bahwa Launa harus mau mendengarkan penjelasan Bara karena kejadian itu tidak sepenuhnya salah Bara.

Mereka bahkan sempat adu argumen dalam DM tersebut, dikarenakan Launa yang menganggap Bara ember bocor karena sudah menceritakan aib mereka kepada temannya.

Cukup panjang perdebatan mereka dalam pesan tersebut, hingga pembahasan tentang Launa mirip mendiang kekasihnya pun terungkit di sana. Dari situlah Launa mulai menarik kesimpulan, Bara mengejarnya pasti karena hal ini.

“Jangan menatap saya seperti itu, saya bukan wanita yang anda maksud!” Tegas Launa hingga Bara mengerinyitkan dahi.

“Apa maksudmu?”

“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam dan berhenti mengejarku karena aku bukan dia!” Jawab Launa hingga Bara mulai bisa menarik kesimpulan. Mungkin Launa sudah tahu isi hatinya, entah mulut bocor siapa yang mengatakan, untuk sementara Bara memilih tidak peduli. Terpenting saat ini, dia harus mempertahankan Launa.

“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja!”

1
Melia Gusnetty
judul sm jln cerita nya gk sesui..jd malas baca nya..
sorry tak skip..
Melia Gusnetty
aahh..jd greget..tokoh utama nya begok bin tolol...lemah lg...gk sreek jd nya...😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!