"Apa kurang dari ku, Mas? Kamu dengan tega nya berselingkuh dengan Winda" teriak Mora dengan penuh air mata.
"Kau tidak kurang apapun, sayang" lirih Aron dengan menatap manik mata Mora dengan sendu.
"Kau yang membawa ku kemari , kau yang berjanji akan memberi ku banyak kebahagian, tapi apa Mas? Kau mengkhianati ku dengan teman ku sendiri" tegas Mora.
"Pergilah dan ceraikan aku secepat nya" ucap Mora dengan penuh ketegasan.
DEG.
Aron langsung saja menatap Mora dengan tidak percaya. Wanita yang sangat di cintai nya kini tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Setelah selesai makan malam, Mora dan keluarga nya langsung saja istirahat karena esok pagi mereka akan pergi dari sana.
"Wildan, tolong jaga Putri ku dengan baik ya" pinta Nyonya Hesti.
"Aku akan menjaga nya tanpa di minta, Ma" ucap Wildan tegas.
"Sebelum ke kamar, duduklah dulu sebentar" ucap Tuan Darma.
Mora dan Wildan lalu duduk berdampingan di sofa, mereka duduk berhadapan dengan Tuan Darma dan Nyonya Hesti.
"Ambilah berkas itu, Ma" ucap Tuan Darma pada Istri nya.
Lalu Nyonya Hesti pergi dari sana dan mengambil berkas yang selama ini mereka sembunyikan.
Mora menatap Ayah nya dengan tatapan bingung dan juga heran.
"Ayah, ada apa ini sebenarnya? Dan berkas apa yang Ayah maksud?" tanya Mora dengan penasaran.
Tuan Darma menghembuskan nafas nya secara kasar sebelum ia menatap ke arah Putri nya dan menantu nya.
"Tunggu Mama mu dulu, ya" ucap Tuan Darma.
Mora menganggukan kepala, ia menatap Suami nya yang memegang tangan nya dengan erat.
Wildan seolah tahu apa yang sedang di rasakan oleh Mora, ia pun memberi semangat nya lewat pegangan tangan.
Tak lama kemudian, Nyonya Hesti datang dengan membawa map yang lumayan tebal.
"Wildan, jika suatu saat terjadi sesuatu pada kami. Tolong jaga Mora dengan baik dan bahagiakan dia selalu" ucap Tuan Darma dengan nafas tercekat.
"Ayah" sentak Mora dengan menggelengkan kepala nya.
"Nak, dengarkan ini baik-baik ya. Di dalam map ini, semua nya berkas tentang perusahaan , rumah , hotel dan semua kekayaan Ayah sudah berpindah atas nama mu" jelas Tuan Darma.
"Kamu tahu siapa orang yang telah menculik mu dulu?" tanya Tuan Darma.
Mora hanya menggelengkan kepala nya dengan pelan, ia lalu menatap manik Ibu nya yang sudah berkaca-kaca.
"Dia adalah Jana, Adik Mama mu dan orangtua Winda Istri nya Aron" ucap Tuan Darma dengan mengepalkan erat tangannya.
"Mereka sudah tahu bahwa kamu masih hidup , bahkan mereka juga berpura-pura pergi dari mansion Aron dengan dalih kecewa atas perilaku Winda. Padahal kenyataannya, mereka sudah kembali ke Negara A dan sudah kembali terang-terangan menginginkan harta kita" jelas Tuan Darma.
"Dia sejak dulu sangat menginginkan harta kita, padahal Ayah mu sendiri sudah memberikan sebuah perusahaan dan Hotel. Tetapi mereka serakah dan menginginkan semuanya" timpal Nyonya Hesti dengan lirih.
"Berhati-hatilah pada mereka bertiga, Nak. Ayah tidak ingin kalian kenapa-napa" tegas Tuan Darma.
Mora menggenggam tangan Wildan dengan erat, ia merasakan bahwa bahaya sedang mengintai kedua orangtua nya.
"Ayah, bisakah kalian berdua tinggal disini bersama ku dan Mas Wildan?" pinta Mora dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan lemah, apalagi menangis Nak. Ayah ingin kamu kuat dan melawan mereka dengan bengis" ucap Tuan Darma dengan tegas.
"Ayah dan Mama tidak bisa disini, kami tidak akan membahayakan kalian" jelas Tuan Darma.
"Roy, Wildan dan Hari ada bersama mu, Nak. Berjuanglah untuk melawan Winda dan Aron. Dan kami disana akan sebisa mungkin untuk mencegah Jana dan Yuli" ucap Tuan Darma kembali.
Wildan mengusap air mata yang sudah menetes dari manik mata sang Istri.
"Aku janji Ayah, aku tidak akan membiarkan mereka menang melawan kita. Aku bahkan akan mematahkan ambisi mereka untuk merebut harta kita" ucap Mora dengan tegas bahkan sorot mata nya menajam dengan wajah yang sangat dingin.
"Bagus, ini baru Istri ku" bisik Wildan dengan tersenyum.
Tuan Darma menganggukan kepala, ia lalu memberikan berkas tersebut pada Mora.
"Simpanlah dengan baik, Nak. Itu hanya copyan saja sedangkan yang asli nya ada di suatu tempat dan hanya Suami mu yang tahu" ucap Nyonya Hesti.
"Baik Ayah, Ma" balas Mora dengan segera mengambil berkas tersebut.
Mereka lalu bangkit dari duduk nya dan masuk ke dalam kamar nya masing-masing.
Saat sudah sampai di kamar, Wildan mengunci pintu dan memeluk Mora dengan erat.
Wildan bahkan mendengar bahwa Istri nya sedang terisak menangis di pelukan nya.
"Mas, kenapa ini saling berhubungan? Apa Winda juga sengaja membuatu kehilangan bayi ku, bahkan ia merebut Mas Aron?" tanya Mora dengan terisak.
"Ya, semua itu benar sayang. Dia dan Orangtua nya sudah merencanakan ini semua" jawab Wildan.
Mora menangis sesegukan di pelukan Wildan, ia tidak percaya bahwa Winda adalah saudari nya dan bahkan ia di hancurkan oleh saudari nya sendiri.
"Jangan menangis, aku akan selalu membantu mu untuk melangkah dengan tegap" ucap Wildan dengan tegas.
Mora menganggukan kepala nya, ia melerai pelukannya pada Wildan lalu ia tersenyum dengan manik mata menatap Wildan.
Setelah itu Wildan mengajak Mora untuk melakukan kewajiban nya dan pergi tidur setelah nya.
**
Winda tersenyum lebar saat lagi dan lagi Aron bertekuk lutut padanya.
"Aku akan merebut semua nya dari mu, Mora. Orangtua mu akan di kirim ke ne*aka oleh kedua Orangtua ku" gumam Winda sambil menatap layar ponsel yang sudah mati.
Winda baru saja bertukar kabar dengan Bunda nya yang sudah berada di Negara A.
"Untung saja kau menikahi pria yang hanya berkedudukan seorang Dokter saja Mora, dia tidak punya kekuasaan ataupun ke ahlian membantu mu" ucap Winda kembali dalam senyum devil nya
"Aku akan membiarkan mu untuk bahagia terlebih dulu sampai aku membuat Aron tidak bepaling lagi dari ku pada mu, Mora" ucap Winda dengan geram.
Lalu ia masuk ke dalam kamar nya, ia tersenyum melihat wajah Putri nya yang sedang terlelap.
Winda memang sangat pandai bersandiwara, tetapi ia tidak pandai dalam menilai seseorang.
Hingga ia di kejutkan dengan kedatangan Aron yang baru saja kembali dari kantor.
"Mas, baru pulang?" tanya Winda lembut.
"Iya sayang, pekerjaannya sangat banyak" jawab Aron dengan lesu.
Ia bahkan menghempaskan tubuh nya pada sofa yang ada di kamar tersebut.
Lalu Aron memeluk tubuh Winda dengan hangat.
"Aku merindukan mu, sayang" bisik Aron dengan lembut.
Winda langsung saja tanggap dan dengan gerakan cepat ia duduk di atas pangkuan Aron.
Aron langsung saja mencumbu Winda dengan bringas, seolah ia sudah menahan gairah sejak tadi.
Tetapi Winda tetap saja tidak menyadari perubahan itu dan tetap saja melayani Aron dengan bangga.
"Ahhhhh Aron" erang Winda dengan menggema.
Bahkan mereka seolah lupa bahwa di kamar tersebut ada sesosok bayi mungil.
Mereka terus saja menyalurkan hasrat nya di atas sofa sampai Winda tergeletak tak berdaya di pangkuan Aron.
"Thank You, sayang. Kau selalu membuat ku puas" bisik Aron dengan sensual.
Hal itu pula yang membuat Winda bangga akan dirinya, tetapi ia tidak tahu bahwa Aron menyirangi kecil di balik senyumannya.
"Aku hanya butuh pelepasan saja, karena sejak tadi di ganggu" batin Aron dengan tersenyum kecil.
.
.
Udah triple Up nih, kuy ah Vote, Hadiah dan Like nya kawan🥳☺️
Mu itu untuk Sang Pencipta.
mu itu untuk orang
Nya itu untuk Sang Pencipta.
nya itu untuk ciptaanNya