Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 ( Varro kecelakaan )
Arrayan kembali berkutat dengan pekerjaannya dan menyibukkan dirinya dengan bekerja sangat keras. Terkadang ia sampai tidak pulang hanya untuk menghindari Stella yang selalu berusaha mendekatinya dan memaksanya untuk memenuhi haknya sebagai suaminya. Sebenarnya Arrayan sudah lelah dengan hidupnya yang selalu ditinggalkan orang-orang yang amat berharga dalam hidupnya.
Akan tetapi, hadirnya sang putra sedikit membangkitkan semangatnya lagi untuk menjalani hidup, walaupun hadirnya Varro dengan nama lengkap Navarro Mahendra adalah sebuah kesalahan yang sama sekali tidak diinginkan Arrayan, tetapi ia tidak ingin melakukan kesalahan untuk kesekian kalinya dengan membenci malaikat kecil yang sama sekali tidak bersalah dan mengerti apa-apa dan Stella, memang dia sangat membencinya karena Arrayan sengaja di jebak olehnya saat dirinya sedang dalam keadaan terpuruk dan berakhir berada di sebuah bar.
Stella sudah mengintai Arrayan dari sebelum ia menuju bar dan saat Arrayan mabuk berat di situlah Stella tidak menyia-nyiakan kesempatan emas untuk dirinya agar Arrayan menjadi miliknya untuk selamanya. Memang Stella berhasil memilki Arrayan dan menikah dengannya, tetapi gadis itu lupa akan satu hal yang tidak akan pernah bisa ia dapatkan, yaitu hati Arrayan yang memang sepenuhnya hanya untuk Bella seorang. Bahkan lima tahun berlalu nama itu tidak pernah menghilang atau di geser wanita lain sekalipun Stella yang menghalalkan berbagai cara hingga dengan teganya menghabisi dua nyawa tanpa terbongkar sampai saat ini.
Malam pun tiba dan jam dinding bergaya Aston menunjukkan pukul sepuluh malam. Arrayan membuka kacamatanya dan bersandar seraya menatap Varro yang selalu ingin di dekatnya dan bahkan ia sampai tertidur karena anak itu tidak mau sama sekali berada di dekat sang Mommy yang selalu menyiksanya.
Jadilah Arrayan selalu membawanya ke kantor bahkan saat meeting di luar pun Varro selalu ikut dengan di damping pengasuhnya mba Ana yang beralih profesi sebagai pengasuh Varro dan Ani yang mengurus rumah.
“Varro, maafkan Daddy karena kamu terlahir tanpa kasih sayang kedua orang tuamu. Memang Daddy sangat menyayangimu, tetapi Mommy mu, sampai kapan pun Daddy tidak akan pernah menganggapnya ada karena tidak ada cinta diantara kita berdua,” gumam Arrayan menatap intens anak laki-laki berumur empat tahun itu yang terlelap di dalam tidurnya seakan tidak pernah ada beban di dalam hidupnya walaupun ia tidak mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari Stella.
Toni datang untuk mengajak Arrayan pulang. Arrayan langsung menggendong Varro yang sama sekali tidak tidak terusik tidurnya, sepertinya sang putra sangat lelah seperti Daddy yang selalu lelah dengan segala cobaan di dalam hidupnya.
Satu jam kemudian mobil mereka pun sampai di depan pintu utama. Arrayan menggendong kembali Varro sampai ke dalam kamar sang putra dengan diikuti Ana di belakangnya. Setelah ia membaringkan tubuh malaikat kecilnya di atas ranjang Arrayan bergegas keluar menuju kamarnya.
Ceklek
Pintu terbuka dan Arrayan menatap tajam pada seseorang yang berada di atas ranjangnya dengan memakai lingerie berwarna hitam yang sangat tembus pandang membuat Arrayan menarik napasnya sangat dalam lalu melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Stella tersenyum dan tanpa rasa takut ia melangkah menghampiri suami tercinta dan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Arrayan.”Sudah lama semenjak Varro lahir kita tidak melakukannya lagi. Malam ini aku meminta nafkah batin padamu, baby,” bisik Stella.
Arrayan melepaskan rangkulan Stella lalu ia segera melepaskan jasnya dan melemparnya di atas ranjang serta tas kerjanya membuat gadis itu tersenyum senang seraya menggigit b1b1r nya dan mengira Arrayan akan melakukan itu selayaknya suami istri.
“Arrgghh … Apa yang kamu lakukan, Arrayan?” Stella terkejut karena Arrayan mencengkram jenjang lehernya sehingga membuat gadis itu sulit bernapas.”Hak yang kau minta itu hanya untuk istri ku. Kau tidak berhak mendapatkannya! Cukup satu kesalahan yang ku buat dengan meniduri karena saat itu aku sedang mabuk berat tapi tidak untuk kedua kalinya apalagi kau meminta aku melakukannya dalam keadaan sadar. Kalau bukan karena kau ibunya Varro aku tidak akan pernah mengizinkan mu tinggal satu atau denganku!”
Bruuukk
Arrayan menghempaskan tubuh Stella sampai tersungkur dengan napas tersengal seraya memegangi lehernya yang terasa sesak,”Sampai mati pun aku gak akan biarin gadis c4c4t itu kembali padamu! Aku berharap wanita itu sudah tiada dan tidak akan pernah kembali ke rumah ini lagi!” pekik Stella mengacak-acak rambutnya dan berlalu pergi meninggalkan kamar Arrayan menuju kamarnya.
Sean dan Jesicca yang tadinya ingin menemui Arrayan di kejutkan dengan sebuah pertengkaran diantara keduanya,”Besok saja menemuinya kita kembali ke kamar saja,” Jesicca menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan Sean.
“Wanita itu benar-benar tidak tahu malu, ya, kak?” kesal Jesicca.
“Cinta dan keserakahan yang membuatnya seperti itu. Aku juga heran kenapa dia dan Bella sangat berbeda? Seperti bukan saudara kandung,” ujar Sean.
“Mereka memang bukan saudara kandung,” celetuk William yang menghampiri kedua nya bersama Berliana.
Sean terkejut dengan perkataan William, ia pun menceritakan yang sebenarnya pada putra dan putrinya mengenai status Bella. Sebenarnya, William ingin sekali Arrayan menceraikan Stella, tetapi Arrayan teringat perkataan Bella saat itu yang sangat sedih karena dia tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya dan Arrayan pun tidak ingin Varro merasakan hal yang sama.
“Tapi, Daddy, Stella tidak pernah memperlakukan putranya dengan baik. Malah membuat ia selalu trauma dengan perlakuan Stella padanya. Buktinya Varro enggak pernah mau dengan Mommy Nya,” ujar Berliana yang sudah sangat jengkel melihat cucunya dibentak dan tidak pernah menanyakan keadaannya dan sibuk pergi bersama teman-teman sosialitanya.
“Entah lah, Mom,” ujar William.
“Andai kaka Bella masih hidup mungkin kak Arrayan tidak akan seperti ini hidupnya,” lirih Jesicca.
Sean merangkul sang adik karena dia sangat menyayangi jesicca sampai Sean tidak ingin membiarkan adiknya bersedih apalagi sampai menangis,”Sudah lah kita doa kan yang terbaik untuk kakak mu,” ujar Sean.
“Iya, kak,” sahut Jesicca.
*
*
Pagi itu seperti biasa keluarga mahendra berkumpul untuk sarapan. Tidak ada pembicaraan serius di antar mereka apalagi kehangatan di keluarga itu yang ada hanyalah tatapan Stella yang sangat tajam pada Arrayan dan khususnya sang putra,”Hari ini aku sangat sibuk, kau harus mengantar Varro ke sekolah dan jangan sampai lupa menjemputnya! Kalau sampai lupa aku akan menghukum mu, Stella!” Ancam Arrayan.
“Dia juga putra ku mana mungkin aku lupa menjemputnya,” ketus Stella.
“Bagus lah jika kau masih ingat!” sindir Arrayan yang mena membuat Stella memutar bola matanya malas.
Varro yang mendengar itu langsung cemberut dan tidak ingin meneruskan sarapannya membuat Ana bingung karena beberapa kali ia menepis sendok yang di sodorkan Ana padanya.
“Tuan kecil sedikit lagi ya, habis kan sarapannya,” bujuk Ana.
“Nda mauuuu!” pekik Varro.
“Heh, bocah gak usah cari perhatian Daddy terus habiskan sarapannya kalau tidak Mommy akan kasih kamu ke panti asuhan!” ancam Stella.
“Ekheeee Daddy. Mommy mau buang Valo ke panti asuhan,” tangis Varro yang tidak terima.
Hari ini Arrayan sudah habis tenaga untuk melawan Stella dan giliran William yang berbicara pada menantunya itu,”Stella, apa kau sadar apa yang kamu katakan? Bagaimana Varro mau dekat denganmu kalau kau saja bersikap seperti itu?” kesal William.
“Paman tanyakan saja pada Arrayan kenapa aku bersikap begitu pada putra ku sendiri!” balas Stella yang bangkit dari duduknya menghampiri Varro dan langsung menggendongnya,”Nda mau, Valo mau nya di antal Daddy aja nda mau di ntal Mommy! DADDY…. DADDY …”teriak Varro yang memanggil namanya di gendongan Stella.
Arrayan hanya memegangi kepalanya yang terasa sakit ia mengusap kasar wajahnya mendengar teriakan sang putra. Akan tetapi, Arrayan memang tidak bisa mengantarnya terus menerus karena ia harus fokus pada proyek barunya,”Toni baru saja menghubungi ku kalau klien kita sudah datang dan menunggu kita di ruangan mu,” ujar Sean, Arrayan mengangguk paham ia segera bangkit dan Sean pun sama hingga mereka berangkat ke kantor bersama.
“Daddy, apa aku harus ke kantor cabang kita lagi yang berada di sini?” tanya Jesicca yang memang dirinya sudah lulus kuliah. Memang Jesicca bukan seorang putra, tetapi tidak masalah jika ia memegang perusahaan karena memang dia lah satu-satunya penerus keluar William.
“Perusahaan cabang sudah menjadi tanggung jawabmu dan besok Daddy dan Mommy akan kembali ke London karena ada proyek baru di perusahaan kita yang ada di sana,” ujar William.
“kamu baik-baik di sini bersama Sean dan Arrayan.Jangan lupa lindungi Varro dan Mommy nya. Jujur Mommy agak khawatir melihat sikap Stella seperti ini. Ingat Varro adalah semangat hidup Arrayan sekarang karena anak itu Arrayan masih kuat menjalani hidupnya,” terang Berliana yang sangat prihatin dengan hidup keponakannya itu.
“Baik Mom,” sahut Jesicca.
*
*
Seorang wanita yang saat ini berumur 25 tahun sedang memandang gadis kecil di hadapannya yang merupakan putrinya dengan tatapan sendu seraya memeras sebuah saputangan yang baru saja di rendam air dingin untuk mengompres putrinya yang sedang demam dengan wajahnya yang sangat pucat.
“Bunda, dingin,” lirih gadis kecil itu.
“Kita ke rumah sakit sekarang ya?” Gadis itu menolak dengan menggelengkan kepalanya hingga sapu tangan yang tadi berada di keningnya itu pun terjatuh.”Enggak mau … Aku maunya Ayah,” rengek gadis kecil itu.
Wanita itu hanya pasrah dan tidak tau harus menjawab apa, ia langsung meraih ponselnya menghubungi seseorang, tetapi tidak kunjung diangkat membuatnya harus memanggil salah seorang bodyguard memaksa gadis kecil itu untuk membawanya ke rumah sakit karena takut demamnya semakin tinggi.
Gadis itu berontak dan beberapa kali memukul bodyguard yang saat ini menggendongnya hingga gadis itu nekat menggigit tangan bodyguard tinggu sehingga gendongannya terlepas begitu saja membuat gadis itu terjatuh.
“Naraaaa …” teriak sang Bunda.
Di sisi lain dua orang pria tampan sedang membahas proyek yang sedang berjalan siapa lagi kalau bukan Arrayan dan kliennya,”Kalau begitu besok kita akan datang ke lapangan untuk memeriksa langsung proyek yang baru setengahnya berjalan,” ujar Arrayan lalu mereka berjabat tangan dengan tersenyum.
Dreett
Dreet
Ponsel keduanya berbunyi dan tidak lama mereka berteriak karena terkejut,”Apa?! Baiklah aku akan segera rumah sakit,” ucap keduanya berbarengan dan saling menoleh seraya menutup teleponnya masing-masing.
“Ada apa, Tuan? Kenapa kalian berbarengan mengatakan rumah sakit? Siap[a yang sakit,” tanya Toni.
“Varro kecelakaan,”
“Keponakan ku demam tinggi,”
Ucap keduanya kembali berbarengan.membuat Toni melongo menatap mereka berdua.
“Kok bisa kebetulan ya,” gumam Toni menggaruk ceruk lehernya yang tidak gatal sembari cengengesan.
*
*
Bersambung.
😅