NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:824
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30: Garis Pemisah

Kegelapan malam menutupi ruang latihan yang hancur, aroma hangus dari sisa-sisa api yang baru saja padam masih memenuhi udara. Mira berdiri di tengah ruangan, merasakan berat dari pertempuran batin yang baru saja dia alami. Rasa panas di dalam dirinya mulai mereda, namun perasaan cemas dan bingung tetap menggelayuti hati dan pikirannya. Dia melihat Evano, sosok yang selalu menjadi penopang dan pelindungnya, dan untuk sesaat, rasa syukur memenuhi dadanya.

Namun, pikiran tentang Adriel—kekuatan dan niatnya yang mengancam—membuat Mira merinding. Apakah dia benar-benar bisa menghadapi Adriel yang begitu kuat? Dia menggigit bibir, memikirkan kata-kata Adriel yang terus terngiang di kepalanya. “Kau ditakdirkan untuk menyatu denganku.”

Evano mendekat, meletakkan tangan di bahu Mira. “Kau baik-baik saja?” tanyanya, suaranya lembut, tetapi tetap menegaskan.

“Tidak sepenuhnya,” Mira mengakui, matanya tertuju ke lantai yang hangus. “Aku merasa seolah ada sesuatu yang hilang dan juga sesuatu yang berlebihan. Kekuatan itu... rasanya begitu asing, namun sangat akrab pada saat yang sama.”

Evano mengangguk, memahami keraguan di dalam diri Mira. “Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang kekuatanmu. Kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Adriel, dan yang terpenting, kita harus belajar bagaimana mengendalikannya.”

“Bagaimana kita bisa melakukannya?” tanya Mira, suaranya bergetar. “Aku tidak ingin menjadi senjata di tangan siapa pun.”

“Kita harus mencari informasi,” jawab Evano. “Perpustakaan kuno mungkin menyimpan rahasia yang bisa membantu kita.”

Setelah sepakat, mereka berdua bergegas menuju perpustakaan. Setiap langkah terasa penuh harapan, tetapi juga ketegangan. Mira tahu bahwa apa pun yang mereka temui di sana bisa mengubah segalanya. Mereka masuk ke dalam perpustakaan yang besar, dikelilingi oleh rak-rak buku tua dan naskah kuno. Hawa sejuk menyambut mereka, kontras dengan api yang masih membara di dalam hati Mira.

“Temukan apa pun yang mencolok,” Evano berkata. “Kita butuh informasi.”

Mira mulai menjelajahi rak-rak buku, meraba-raba naskah dengan jari-jarinya. Beberapa buku terbuat dari kulit yang sudah usang, sementara yang lain berisi tulisan-tulisan yang hampir pudar. Dia membolak-balik halaman demi halaman, mencari tahu lebih banyak tentang Phoenix dan vampir, tentang kekuatan yang mengalir dalam dirinya. Setelah beberapa waktu, sebuah buku menarik perhatiannya. “Darah yang Terpisah: Sejarah Kekuatan Yang Hilang.”

Dengan penuh rasa ingin tahu, Mira membuka buku itu. Halaman pertama menggambarkan sejarah kuno tentang hubungan antara darah Phoenix dan vampir. Saat dia membaca lebih dalam, Mira merasakan jantungnya berdebar. Ternyata, dalam legenda disebutkan bahwa ketika darah Phoenix dan vampir bersatu, mereka menciptakan entitas yang sangat kuat, tetapi juga berbahaya.

“Evano, sini! Lihat ini!” Mira memanggil, menunjuk pada halaman yang dipenuhi tulisan. “Ini berbicara tentang kita—tentang bagaimana kekuatan ini bisa menjadi berkah dan kutukan sekaligus.”

Evano mendekat, membaca dengan seksama. “Ini mungkin bisa memberi kita petunjuk tentang bagaimana cara mengendalikan kekuatan itu, dan mungkin juga tentang Adriel.”

Mira melanjutkan membacakan isi naskah. “Ada ritual yang bisa membantu menguatkan pengendalian atas kekuatan, tetapi ritual ini memerlukan pemahaman yang dalam tentang diri sendiri dan tentang pengorbanan yang harus dilakukan.”

Evano mengerutkan dahi. “Pengorbanan? Apa maksudnya?”

Mira merasa ada beban berat ketika mengucapkan kata-kata itu. “Sepertinya kita harus menghadapi semua ketakutan dan keraguan yang ada dalam diri kita. Kita harus jujur pada diri sendiri.”

“Jika itu yang diperlukan untuk melawan Adriel, kita harus melakukannya,” Evano menjawab dengan tegas, meskipun Mira bisa merasakan sedikit kegugupan dalam suaranya.

Setelah mengumpulkan informasi yang cukup, mereka kembali ke ruang latihan. Di sana, mereka mulai menyiapkan tempat untuk ritual. Lilin-lilin menyala dikelilingi oleh simbol-simbol yang digambar di tanah, menciptakan lingkaran perlindungan.

“Apakah kau siap?” Evano bertanya, menatap Mira dalam-dalam.

Mira menarik napas dalam-dalam. “Aku siap. Mari kita hadapi apa pun yang ada di depan kita.”

Dengan tekad baru, mereka memulai ritual dengan mengucapkan kata-kata yang tertulis dalam naskah kuno. Begitu kata-kata itu terucap, cahaya di sekitar mereka mulai bergetar, seolah-olah dunia di sekeliling mereka sedang bereaksi terhadap niat mereka.

Mira merasakan kekuatan yang terpendam dalam dirinya mulai bangkit, membanjiri tubuhnya dengan energi. Namun, saat ritual berlangsung, bayangan masa lalu mulai muncul di hadapan mereka. Kenangan-kenangan menakutkan, perasaan sakit hati dan keraguan, semua bergejolak di dalam pikirannya. Dia melihat momen ketika dia pertama kali menyadari kekuatannya, saat-saat ketika dia merasa tidak berdaya dan tersisih.

“Aku tidak bisa terus seperti ini,” Mira berbisik, merasakan ketegangan di dalam hatinya. Dia menatap Evano, melihat dukungan dan kasih sayang di matanya.

“Ini adalah bagian dari dirimu,” Evano berkata, suaranya lembut dan menenangkan. “Kau tidak sendiri dalam ini. Aku di sini bersamamu.”

Dengan kata-kata itu, Mira berusaha untuk menghadapi semua ketakutan dan keraguannya. Dia merangkul api Phoenix yang ada di dalam dirinya, menerimanya sebagai bagian dari siapa dirinya. “Aku bukan milik Adriel. Aku adalah diriku sendiri, dan aku akan mengendalikan kekuatanku.”

Saat kata-kata itu terucap, cahaya dari ritual semakin terang, mengelilingi mereka dalam sinar yang murni. Mira merasakan seolah semua beban di dalam dirinya mulai terangkat. Dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan kekuatan baru mengalir ke dalam dirinya.

Tiba-tiba, sinar terang itu meledak, dan Mira merasakan sensasi luar biasa memenuhi tubuhnya. Dalam sekejap, semua ketakutan dan keraguan seakan menguap, digantikan oleh keyakinan dan kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

“Aku... aku bisa merasakannya!” Mira berteriak, merasakan energi yang mengalir deras dalam tubuhnya. “Aku bisa mengendalikannya!”

Evano tersenyum lebar, matanya bersinar bangga. “Ya! Itu dia, Mira! Kau telah melakukannya!”

Namun, saat keduanya merayakan keberhasilan itu, bayangan gelap melintas di pikiran Mira. Suara Adriel yang penuh provokasi dan tantangan terngiang kembali. “Kau tidak bisa melawanku selamanya.”

Ketika semua tampak sempurna, ketegangan dalam diri Mira kembali muncul. Sebuah rasa cemas yang menyesakkan, seperti angin kencang yang mengguncang jiwanya. “Tapi bagaimana jika Adriel kembali? Bagaimana jika dia menemukan cara untuk mengendalikan kekuatanku?”

Evano menggenggam tangan Mira dengan erat. “Kita tidak akan membiarkannya. Kita telah menghadapi banyak hal bersama, dan kita akan terus melakukannya.”

Tetapi Mira merasakan sesuatu yang mengerikan di dalam hatinya. Dia tidak dapat sepenuhnya menghilangkan rasa takut itu. Ketika dia menatap cermin kecil yang terletak di sampingnya, wajahnya terlihat berbeda—seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik matahari yang bersinar cerah. Dia harus menghadapi semua yang ada di dalam dirinya untuk bisa menemukan jalan keluar.

“Lihat,” Mira mulai, suaranya bergetar. “Kekuatan ini bisa menghancurkan segalanya jika tidak dikelola dengan baik. Aku tidak ingin menjadi ancaman bagi orang-orang yang aku cintai.”

“Dan kita akan menemukan cara untuk mencegahnya,” Evano menjawab, dengan keyakinan yang membuat Mira merasa lebih tenang. “Kita hanya perlu waktu dan keberanian.”

Saat mereka berdiskusi, Mira merasakan kekuatan di dalam dirinya kembali berdenyut, mengingatkan pada betapa hebatnya energi yang dia miliki. “Evano, aku ingin berlatih. Kita harus memastikan aku bisa mengendalikan kekuatan ini sebelum Adriel kembali.”

Evano mengangguk setuju. “Baiklah. Kita bisa berlatih bersama. Setiap hari kita akan melatih pengendalianmu, dan kita juga akan mencari cara untuk memperkuat hubungan kita.”

Setelah merencanakan sesi latihan, Mira dan Evano mulai membangun rutinitas baru. Setiap pagi, mereka akan bertemu di ruang latihan yang sekarang tampak lebih bersih, bebas dari bekas-bekas pertempuran sebelumnya. Setiap sesi diisi dengan berbagai latihan yang dirancang untuk membantu Mira mengendalikan kekuatannya dan memahami potensi yang ada dalam diri mereka.

Hari pertama latihan dimulai dengan Evano mengajarkan teknik meditasi. “Meditasi adalah kunci untuk menemukan ketenangan batin. Tanpa ketenangan, kekuatanmu bisa mengacau,” Evano menjelaskan, duduk bersila di lantai, dengan Mira menirukan posisinya.

Mira menutup matanya, berusaha mengosongkan pikirannya dari segala keraguan dan ketakutan. Namun, bayangan wajah Adriel muncul kembali, menyelimuti pikirannya dengan ketakutan. “Aku tidak bisa terus menerus bersembunyi darinya,” bisik Mira.

“Fokus pada napasmu. Hirup ketenangan, hembuskan semua ketakutan,” Evano membimbing. Dia bisa merasakan ketegangan yang ada dalam diri Mira dan berusaha keras untuk membantunya menghadapinya.

Setelah beberapa menit, Mira merasakan sedikit perubahan. Dia bisa merasakan aliran energi dalam dirinya yang semakin stabil. Ketika dia membuka mata, Evano tersenyum bangga. “Bagus! Itu awal yang baik. Sekarang, mari kita lanjutkan dengan latihan pengendalian kekuatan.”

Mira berdiri dan mulai berlatih dengan berbagai teknik yang diajarkan Evano. Dari mengendalikan api yang menyala di telapak tangan hingga menciptakan perisai energi di sekelilingnya, setiap latihan membuat Mira semakin yakin. Namun, setiap kali dia merasakan kekuatannya semakin kuat, ingatan tentang Adriel selalu membayangi.

Setelah beberapa minggu berlalu, Mira semakin merasa percaya diri. Dia bisa mengendalikan kekuatannya dengan lebih baik. Namun, saat mereka berlatih pada suatu hari, saat Mira berhasil menciptakan api yang berkobar di telapak tangannya, suasana tiba-tiba berubah. Angin kencang berhembus, dan ruangan itu terasa bergetar.

“Mira! Hati-hati!” teriak Evano, segera berlari mendekat.

Tanpa diduga, bayangan gelap muncul dari kegelapan. Adriel muncul di hadapan mereka, senyumnya menyeringai penuh tantangan. “Kau pikir kau bisa melawanku, Mira? Kekuatanku jauh lebih besar daripada semua ini.”

Mira tertegun. Rasa takut menyelimuti jiwanya. “Adriel! Kenapa kau di sini?” suaranya bergetar.

“Datang untuk menjemputmu. Kita ditakdirkan bersama. Kau tidak bisa melawan takdirmu,” katanya, suara penuh pesona namun mengintimidasi.

Evano melangkah maju, berdiri di depan Mira. “Kau tidak akan bisa mendapatkan Mira. Dia bukan milikmu.”

Adriel hanya tertawa. “Sikap heroikmu tidak ada gunanya. Dia adalah bagian dari diriku. Ketika saatnya tiba, dia akan menyadari kebenaran itu.”

Dengan cepat, Mira berusaha mengendalikan kekuatannya. Dia bisa merasakan panas api dalam dirinya yang berkobar, namun dia juga merasakan rasa ragu. “Aku bukan milikmu!” serunya, berusaha membebaskan dirinya dari pengaruh Adriel.

Namun, Adriel hanya tersenyum. “Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, ketika kau menginginkan kekuatan ini?”

Mira merasakan kemarahan membara di dalam hatinya. Dia mengerahkan semua tenaga untuk menciptakan dinding api sebagai perisai, melawan aura kegelapan yang dikeluarkan oleh Adriel. Dalam sesaat, ruang itu menjadi medan pertempuran antara cahaya dan kegelapan.

Evano berlari mendekat, mengulurkan tangannya untuk membantu Mira. “Kita bisa melawannya bersama! Ingat, kita memiliki kekuatan kita sendiri.”

Sambil menatap Evano, Mira menyadari bahwa dia tidak sendirian. Dia mengerahkan semua energi yang dia miliki dan memfokuskan diri untuk mengusir Adriel. Dinding api yang dia ciptakan semakin membesar, seolah merespons kekuatan dalam dirinya.

Adriel mengerutkan dahi, merasakan serangan yang lebih kuat. “Kau berani melawanku? Sangat naif!” teriaknya, dan dia mengirimkan gelombang energi gelap ke arah Mira dan Evano.

Namun, Mira tetap teguh. “Aku bukan milikmu! Aku adalah diriku sendiri!” Dia melawan gelombang itu dengan kekuatan yang lebih besar, menciptakan api yang semakin membara.

Dalam pertempuran itu, Mira merasakan kekuatannya semakin meningkat. Dia bisa melihat cahaya dan kegelapan bertabrakan, dan untuk pertama kalinya, dia merasa benar-benar mengendalikan kekuatannya. “Kita tidak akan menyerah!” Mira berteriak, berusaha mengusir Adriel dengan semua yang dia miliki.

Cahaya dari api yang diciptakannya membakar gelombang gelap yang diusulkan Adriel, menciptakan ledakan energi yang mengguncang seluruh ruangan. Dalam kepulan asap dan cahaya, Mira bisa merasakan ada yang berubah dalam dirinya. Dia tidak hanya seorang Phoenix, tetapi juga sesuatu yang lebih besar—kekuatan yang bisa dia kendalikan.

Adriel terbatuk, terkejut dengan kekuatan Mira. “Ini tidak mungkin!” Dia mundur beberapa langkah, terpaksa menghadapi kekuatan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Mira tidak memberi kesempatan untuk mundur. Dengan semua keberanian yang dia miliki, dia mengeluarkan teriakan yang menggema di seluruh ruangan, memfokuskan semua energi ke dalam satu serangan terakhir. “Kau tidak akan bisa mendapatkan diriku!”

Dinding api yang diciptakannya menghantam Adriel, mengeluarkan cahaya terang yang seolah-olah menembus kegelapan. Adriel terjerembab, terhantam oleh serangan yang kuat, dan saat cahaya menghilang, sosoknya mulai memudar.

“Ini belum berakhir, Mira!” Adriel berteriak sebelum menghilang sepenuhnya, menyisakan keheningan yang dalam.

Mira terjatuh ke tanah, napasnya terengah-engah. Evano segera berlari ke sisinya, membantunya berdiri. “Kau luar biasa! Kau melawannya!”

“Tapi... aku merasa ada sesuatu yang hilang,” Mira menjawab, suaranya masih bergetar. “Aku bisa merasakannya, dia tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.”

“Dan kita akan bersiap menghadapi setiap tantangan,” Evano menjawab, menatap Mira dengan keyakinan. “Kita akan terus berlatih dan memperkuat kekuatan kita. Tidak ada yang bisa menghentikan kita jika kita bersatu.”

Mira merasa ada harapan baru tumbuh di dalam dirinya. Dia telah menghadapi ketakutannya, dan meskipun Adriel masih menjadi ancaman, dia tahu bahwa dengan Evano di sisinya, dia tidak akan pernah sendirian.

“Terima kasih, Evano. Tanpamu, aku mungkin tidak akan bisa menghadapinya,” Mira berkata, meraih tangan Evano dan menggenggamnya erat.

“Tidak perlu berterima kasih. Kita adalah tim, dan kita akan menghadapi apa pun bersama-sama,” Evano menjawab dengan tulus, dan saat itu, Mira merasakan ikatan di antara mereka semakin kuat.

Dengan tekad baru, Mira berdiri dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Dia tahu bahwa mereka harus berjuang lebih keras lagi, tidak hanya untuk mengalahkan Adriel, tetapi juga untuk menemukan jati diri dan kekuatan sejatinya. Garis pemisah antara cahaya dan kegelapan semakin jelas, dan dia siap untuk melangkah ke depan, mengatasi semua rintangan yang menghadang.

Malam itu, meskipun ada ancaman yang masih mengintai, Mira merasakan semangat baru dalam dirinya. Dia adalah Phoenix, dan tidak ada yang bisa merampas takdirnya. Bersama Evano, dia akan menjelajahi kegelapan untuk menemukan cahaya yang lebih besar di dalam dirinya.

---

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!