Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Emosi Letnan Hanggar.
Laras berlari memeluk Papa Abri. Sungguh dirinya sangat merindukan sang Papa. Setelah puas memeluk Papa Abri, Laras beralih memeluk Mama Rena.
Disana kemudian Bang Hanggar menyapa Pak Abri dan Ibu Rena.
"Laras kangen Mama..!!" Kata Laras.
"Mama juga kangen Laras." Jawab Mama Rena dengan senyum cantiknya sambil membalas sapaan Bang Hanggar dengan sopan.
Laras mencari sosok yang ia rindukan. "Oya, dimana Bang Feral?"
"Abangmu masih ke toilet." Mama Rena begitu bahagia melihat sang putri dalam keadaan baik-baik saja di negeri orang.
Tak berapa lama ada seseorang yang menyentuh bahu Laras, Laras pun menoleh.
"Abaaang..!!" Laras berjingkat dan memeluk Abangnya dengan erat.
Bang Feral menyadari ada seniornya disana, ia pun memberi salam hormat pada Bang Hanggar dengan hangat pula.
"Selamat malam, Abang. Ijin.."
"Selamat malam." Bang Hanggar menyambut sapaan juniornya.
...
Bang Hanggar tiba di mess Batalyon usai 'berpisah' dengan keluarga Pak Abri. Kini tuntas sudah tugasnya dalam menjaga anak gadis kesayangan Pak Abri.
Satu persatu Bang Hanggar melepas kancing pakaiannya dan segera membersihkan diri. Perjalanan Amerika dengan transit sudah cukup membuatnya lelah. Tapi lelah yang ia rasakan lebih pada kerinduannya yang tertahan pada istri cantiknya.
"Apakah hari tidak bisa di putar besok pagi. Aku ingin segera menemui Lian." Gumamnya lirih. Samar teringat bayang bayi kecil yang selalu bergantian berkelebat di dalam pikirannya.
***
Setelah melaksanakan lapor datang, Bang Hanggar segera mencari informasi terkait keberadaan Arlian.
Cukup sulit baginya untuk mengakses gadisnya itu pasalnya segala informasi yang ia butuhkan selalu terkunci rapat.
Mobil pun berhenti di rumah dinas panglima, rumah yang tidak pernah berubah bentuk dan susunannya sama seperti terakhir kali ia tinggalkan dulu. Mungkin beberapa bulan lagi Pak Hara akan purna tugas sebagai panglima.
Bingkai mata Bang Hanggar memicing melihat sosok Letnan Raka membuka pintu untuk seseorang disana, tapi yang paling mengejutkan dan menyakitkan perasaannya adalah sosok yang di 'layani' saat ini. Dia adalah Arlian.
"Raka? Disini bersama Arlian?? Bukankah Raka selalu bilang tidak tau keberadaan Arlian???? Apa maksudnya????" Jemari Bang Hanggar mengepal kuat menggenggam kemudi mobil dengan geram. "B*****t..!!!!"
Hati Bang Hanggar merasa terluka, di tipu dan di khianati sahabatnya sendiri. Amarahnya pun memuncak. Ia mengikuti mobil Bang Raka.
...
Seringai senyum kejam Bang Hanggar menghias wajah tampannya yang sedang terbakar amarah.
Perhatian Bang Raka untuk Arlian membuat dadanya terasa panas terbakar. Perasaannya tercabik, terluka menganga hingga kepalanya terasa pening.
"Kamu boleh menggoda manapun di dunia, Raka. Tapi kamu malah memilih Arlian. Aku belum pernah menceraikan Arlian. Beraninya kamu menyentuh istriku." Gigi Bang Hanggar sampai bergemeretak karena hatinya sudah penuh dengan kekesalan.
Entah kenapa kali ini pikiran Bang Hanggar serasa buntu. Hatinya benar-benar terasa sakit hingga rasanya tak kuat lagi melihat istri kecilnya bersama pria lain.
"Kamu mengabaikan perasaan Abang, dek???"
-_-_-_-_-
Siang pun tiba. Bang Hanggar yang kesal sama sekali tidak bergeser dari pelataran rumah sakit. Ia terus menunggu, matanya memerah usai menenggak beberapa teguk 'minuman galak'
"Abang tidak pernah mengkhianati mu, Abang juga tidak pernah menyentuh wanita lain selain kamu. Kenapa kamu lakukan ini dek??? Kenapa???" Rasanya Bang Hanggar sungguh hancur, ia menguarkan asap rokoknya asal kemudian lanjut meneguk kembali minumannya. Keadaan Arlian yang sudah 'tertutup' rapat membuat batinnya tercabik membayangkan Arlian memadu cinta bersama Bang Raka. "Aaaaarrrrghhhhh.." teriaknya meluapkan beban di dalam dada. Seandainya pelataran parkir VIP sedang penuh orang, mungkin sudah banyak yang penasaran dengan suara teriakannya.
Beberapa menit berlalu, terlihat Arlian keluar dari gedung rumah sakit. Hatinya yang kesal masih terbawa emosi, ia menyergap Arlian dan membawa pergi dari pelataran rumah sakit.
Beberapa orang anggota di rumah sakit melihat seorang pria membawa Arlian pergi. Mereka pun segera menghubungi Letnan Arpuraka.
:
plaaakk.. plaaakk.. baagghh.. buugghh..
Sekuat tenaga Arlian melayangkan tamparan dan pukulan keras namun Bang Hanggar sama sekali tidak meresponnya. Pria itu hanya diam dan tenang mengemudikan mobil di jalanan dengan mata sembab memerah.
"Turunkan Lian atau Lian akan lompat dari mobil..!!" Ancam Arlian. Ia pun berusaha membuka pintu mobil tapi ternyata mobil tersebut terkunci rapat. "Abang tuli???? Cepat turunkan Lian..!!!!!" Teriaknya lagi.
Merasa tidak diperhatikan, Arlian lalu menggigit lengan Bang Hanggar dan pria itu hanya sedikit memercing sebagai respon kecil akan kelakuannya.
Tingkah Arlian sudah tidak karuan bak ulat bulu yang merambat di dalam mobil. Ia berpindah kesana kemari, memukul disana sini, kembali menampar dan lanjut menggigit lengan Bang Hanggar lagi.
"Apa Abang tidak tau kalau Lian ini jago bela diri..!!" Pekiknya tak terima karena tidak bisa keluar dari dalam mobil.
Lama kelamaan Bang Hanggar merasa terganggu, ia melajukan mobilnya menuju daerah pesisir ujung daerah yang mungkin saja belum 'terjamah manusia'.
"Abang bawa Lian kemana?? Lian mau turun..!!" Teriaknya kuat hingga mungkin mobil Bang Hanggar pun terasa akan meledak karena kuatnya mendengar suara teriakan Arlian.
Bang Hanggar menghentikan mobilnya lalu membuka kuncian pintunya. "Turun..!!"
Baru saat ini Arlian bisa mendengar suara Bang Hanggar. Namun dirinya yang memang ingin kabur segera membuka pintu mobil.
Pintu terbuka, kaki Arlian beranjak turun tapi seekor ayam hutan mematuk kakinya.
"Aaaaaaaaa.." Teriaknya mengibaskan kaki. Belum juga rasa kagetnya usai, seekor ular kecil meluncur dari pohon dan jatuh di atas pahanya. "Aaaaaaaaaaaa.."
Arlian begitu panik dan berjingkatan hingga tidak sadar dirinya memeluk Bang Hanggar. Dengan santainya Bang Hanggar menyentil ular tersebut. Secepatnya Arlian menutup pintu mobilnya.
Bang Hanggar yang masih kesal kembali membuka pintu tersebut. "Cepat turun..!!" Perintahnya sembari melepaskan pelukan Arlian dan sedikit mendorongnya keluar dari mobil.
"Takuuutt.. Lian takut ulaaar..!!!" Teriaknya.
"Ular yang tadi tidak berbisa, yang berbisa sedang ada di atas mobil ini." Kata Bang Hanggar. Benar saja, kepala ular sudah menjulur dengan lidahnya di depan kaca mobil Bang Hanggar.
Arlian kembali berteriak kuat, dirinya sungguh ketakutan hingga wajahnya pucat. Ia kembali memeluk Bang Hanggar dan menangis di dada bidangnya.
"Kau mau tau ular yang paling berbisa???" Seringai Bang Hanggar.
"Dimana??? Apa dia masuk ke dalam mobil ini????" Tangan Arlian sampai gemetar.
"Kau mau tau dia sembunyi dimana????"
Arlian pun beranjak tapi Bang Hanggar menariknya dengan kuat. Ia terkejut saat sandaran jok mobil tiba-tiba menjadi rata. Lebih kaget lagi saat Bang Hanggar menarik kerudungnya.
"Jangaaaann..!!!!" Teriak Arlian. Rambutnya pun terurai dan menyebarkan aroma wangi. Sungguh dirinya merasa malu membuka diri di hadapan Bang Hanggar.
"Kenapa??? Apa hanya Raka saja yang kau ijinkan menikmati tubuhmu???? Berapa kali kamu melayaninya?????" Bang Hanggar mencengkeram erat pipi Arlian. Amarahnya sungguh menggelegak.
plaaaakk..
Arlian menampar pipi Bang Hanggar. Kejadian beberapa tahun lalu bagai terulang kembali. Sorot mata penuh amarah itu masih sama seperti yang dulu.
"Kamu benar-benar menguji kesabaran saya Lian..!!! Kenapa kamu mempermainkan saya, hati saya sakit ternyata kamu meminta pisah dari saya karena ingin bersama Raka, apa kamu tidak sadar saat itu Raka adalah suami Dhiva??? Batin saya tersiksa karena Papamu mengirim saya jauh ke Amerika, jika saat itu saya menuruti lemahnya iman, saya sudah merengkuh tubuh perempuan lain. Apa kamu pikir tiga tahun tidak menyiksa batin saya??????" Bentak Bang Hanggar.
plaaaakk..
Satu tamparan lagi mendarat di pipi Bang Hanggar. "Teruslah berteriak dan marah tanpa mendengar penjelasan Lian." Lian mendorong dada Bang Hanggar sekuatnya. "Awaaass.. jangan dekat-dekat Lian."
Bang Hanggar nyaris kewalahan, ia sama sekali tidak tau bahwa 'gadis kecil' itu begitu banyak tingkah.
Arlian kembali meronta, polahnya begitu sulit untuk di kendalikan.
Kesabaran Bang Hanggar pun habis, ia beralih posisi dan menindih Arlian dan menguncinya erat. "Benar-benar minta di sembur."
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.