NovelToon NovelToon
Guru Tak Kompeten, Murid Tak Berguna

Guru Tak Kompeten, Murid Tak Berguna

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:42.7k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.

Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.

Cantik!

Tapi tak bisa diandalkan.

“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪

“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪

“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~

Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?

Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻

______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 31

“Bi—Bibi Guru Wang… duìbùqǐ…”~Maaf, ungkap Ye Qinghe terbata-bata.

Wang Wu mengerling sekilas ke arahnya. “Kenapa kau minta maaf?”

“Sebelumnya, aku tak tahu Wang Lu adalah muridmu,” kata Ye Qinghe.

“Lalu?” tanya Wang Wu tetap fokus pada kartunya.

“Tadi siang dia bertengkar dengan muridku, dan… mengatakan pengajaran internal sangat buruk,” jelas Ye Qinghe tergagap-gagap, bola matanya bergulir ke arah Wang Lu.

Wang Lu memelototinya sembari memberengut.

“Dia yang salah, kenapa kau yang meminta maaf?” tanya Wang Wu acuh tak acuh.

Wang Lu memelototi gurunya.

Tapi gurunya tetap sibuk memelototi kartu-kartunya.

“Aku pernah menghukumnya sedikit!” Ye Qinghe mengaku.

“Sedikit?” Wang Wu akhirnya mengangkat wajah, memelotot pada Ye Qinghe.

Ye Qinghe langsung mengkerut.

“Kenapa hanya sedikit?” tanya Wang Wu di luar dugaan.

Ye Qinghe tertawa gugup. Bola matanya bergerak-gerak gelisah menatap antara Wang Wu dan Wang Lu. “Itu… kebetulan hari ini ada Utusan Dewan Kota datang, jadi… bisa dikatakan… langit telah menyelamatkannya.”

“Dan apa artinya itu?” tanya Wang Wu sambil mengamati kartunya lagi.

“Sungguh beruntung!” jawab Ye Qinghe sembari tersenyum kikuk.

“Kau benar!” pekik Wang Wu dengan gembira. “Aku sungguh beruntung!” katanya sembari membuka kartunya.

Semua mata serentak mengerling ke arahnya dan terbelalak.

“Lengkap satu baris!” Wang Wu bertepuk tangan sambil tertawa cekikikan seperti anak kecil yang kegirangan.

Wang Lu mengerjap dengan antusias, lalu cepat-cepat menarik bangku dan duduk di sisi gurunya. “Hebat, Shifu!” serunya.

“Kau tidak!” tukas gurunya dalam geraman rendah. Raut wajahnya berubah ketus.

Wang Lu langsung mendelik.

“Susun kartunya!” perintah Wang Wu pada Ye Qinghe. Raut wajahnya berubah angkuh. Lalu berubah lagi saat menatap Yu Fengmu. Senyumnya melebar. Sialan!

Ye Qinghe menyusun ulang semua kartu. Kemudian melanjutkan, “Awalnya, aku berniat melanjutkan hukuman setelah para utusan itu pulang,” katanya tanpa mengangkat wajah sementara kedua tangannya mulai sibuk. “Tapi sekarang aku sudah tahu kalau dia muridmu, tentu saja tak akan menghukumnya lagi!”

“Hmmm!” Wang Wu menggeram sambil menunjuk keranjang buah dengan dagunya, mengisyaratkan Wang Lu untuk melayaninya.

Wang Lu mencomot setangkai anggur, kemudian mulai menyuapi gurunya.

“Bagaimanapun kau begitu baik padaku!” Ye Qinghe masih mengoceh. “Muridmu, berarti muridku juga. Lagi pula hanya kesalahan kecil!”

“Kesalahan kecil apanya?” sembur Wang Wu dengan mulut penuh. “Mau besar mau kecil, salah tetap saja salah. Dia memang pantas dihukum!”

Wang Lu spontan mengerang. “Shifu—”

“Bukankah sudah kubilang, aku sudah menghukumnya sedikit?” sergah Ye Qinghe sambil mendorong semua kartu ke tengah-tengah. “Sekarang kukembalikan muridmu. Oh, tidak! Murid kita,” ralatnya cepat-cepat.

“Siapa suruh kembalikan?” omel Wang Wu sambil mengunyah. “Kenapa tidak dihukum lagi? Kalau kau tidak menghukumnya, bukankah ke depannya dia akan semakin menjadi-jadi?!” cerocosnya sambil melotot-melotot dan menunjuk-nunjuk ke arah Wang Lu.

Yu Fengmu mengulum senyumnya, menahan sebisa mungkin supaya tidak meledak tertawa.

“Shifu!” Wang Lu memelototi gurunya. “Apa kau sungguh menganggapku muridmu?” semburnya tak sabar.

“Kalau tidak?” Wang Wu balas bertanya. Lalu kembali fokus pada kartunya.

Wang Lu mengetatkan rahangnya. Dengan sedikit jengkel, ia menjejalkan sebutir anggur ke mulut gurunya sembari menggemeretakkan gigi.

Sekeliling meja kembali sibuk dengan kartu mereka masing-masing.

“Lalu aku harus bagaimana?” tanya Ye Qinghe dengan muram.

“Pukul!” pekik Wang Wu sambil menggebrak meja.

Semua orang terperanjat bersamaan.

“Pukul sampai mati!” Wang Wu menambahkan sambil melotot ke arah Wang Lu. “Bukankah kau suka berkelahi?”

Semua mata terbelalak menatap Wang Wu.

“Ta—tapi…”

“Bibi Guru Wang jangan bercanda!” sela Ye Qinghe memotong ucapan Wang Lu. “Menghukum murid juga banyak caranya. Tak perlu sampai memaksanya menuju kematian, kan?”

Yu Fengmu menggeleng-geleng dengan ekspresi campuran antara miris dan geli. Antara percaya dan tidak percaya.

Percaya, Penatua Kelima tak mungkin sampai membunuh muridnya sendiri.

Tidak percaya, seorang Paman Guru Ye masih percaya pada omong kosongnya.

“Bukit Mingyue adalah tempat pembuat onar, sarangnya para berandal!” Wang Wu menambahkan dengan dramatis, bersikap seolah-olah yang dibicarakannya adalah orang lain.

“Tidak benar!” Wang Lu menukas cepat-cepat. “Bukankah kau bilang Serambi Ketua tempat pembuat onar? Sarangnya berandal tua!”

“Benar juga,” gumam Wang Wu sambil menoleh ke arah Wang Lu. “Omong-omong, untuk apa kau masih di sini?” geramnya, diam-diam mengerjap-ngerjapkan sebelah matanya.

Wang Lu mengerutkan kening, mencoba menerka-nerka isyarat apa yang coba disampaikan gurunya.

Muslihat apa lagi sebenarnya yang sedang dia rencanakan?

“Kenapa tidak pergi berendam?” geram gurunya lagi sambil mengulirkan bola matanya ke sana-kemari, mengisyaratkan Wang Lu supaya ia berkeliling.

“Oh?!” seru Wang Lu tanpa suara. Akhirnya paham maksud gurunya.

“Masih tidak pergi?!” hardik gurunya sambil mengedikkan kepalanya sedikit mengisyaratkan Wang Lu untuk bertindak sekarang.

Wang Lu beranjak cepat-cepat dan menyingkir dari situ, kemudian menghambur ke arah Mu Ronghao sambil menunjuk gurunya, “Paman Guru Mu! Kau lihat itu! Mana ada guru yang menyuruh muridnya berendam? Bukannya menyuruh berlatih!”

Mata Wang Wu bergulir ke arah Wang Lu, memelototinya. Meminta kode.

“Aku curiga waktu itu dia memilihku karena aku tampan!” Wang Lu melanjutkan aktingnya. Ia mengangkat tangan ke wajahnya dengan ibu jari dan telunjuk membentuk angka tujuh di bawah dagunya, seperti coba menegaskan bahwa dirinya memang benar-benar tampan, padahal hanya kode.

“Cih!” Yu Fengmu mendengus menanggapinya.

“Dan jangan lupa delapan potong otot perutku!” Wang Lu menambahkan sambil menambahkan pula jumlah jarinya.

“Omong kosong,” dengus Wang Wu sambil kembali tertunduk, menyiasati kartunya. Lalu kembali mendelik ke arah Wang Lu. “Seekor ayam putih?” cemoohnya disertai tatapan kode lagi.

Sekarang Wang Lu sudah berpindah ke belakang Ye Qinghe, memasang wajah dramatis, pura-pura tersinggung. Kemudian melirik kartu Ye Qinghe dan menunjuk-nunjuk gurunya dalam hitungan dan gerakan kode sambil balas mencemooh. “Kalau begitu, kenapa kau bilang belum pernah lihat?”

Yu Fengmu mengerling sekilas ke arah Wang Lu.

Wang Lu mengerjap dan membelalakkan matanya, bersikap seakan-akan ia baru sadar kalau temannya ada di situ, lalu buru-buru berpindah ke belakang Yu Fengmu dan mengintip kartunya juga.

Begitu seterusnya, Wang Lu berakting sedang bertengkar dengan gurunya, sementara ia berkeliling menghampiri semua orang berpura-pura mencari dukungan. Hingga permainan berakhir, tidak satu pun dari ketiga pria cantik itu menyadari kalau mereka sudah dirampok.

Itukah keahlian Penatua Kelima yang diwariskan Wang Wu pada muridnya?

Dasar perempuan keparat!

“Begini saja!” Wang Wu memutuskan.

Semua orang di sekeliling meja sudah melemas karena kalah dan lelah.

“Qinghe! Atur muridmu untuk bertanding dengan muridku secara terbuka,” instruksi Wang Wu tanpa ekspresi.

“Tidak bisa!” tolak Ye Qinghe cepat-cepat. “Ketua melarang murid terlibat pertarungan sampai ujian tahunan.”

“Bukankah hanya pertandingan?” sergah Wang Wu. “Apa kubilang pertarungan?” Ia berkilah.

Semua orang serentak menegak.

“Maksudmu…?” Ye Qinghe penasaran.

“Tanding teori,” jawab Wang Wu.

“Tapi, meskipun muridku lebih mahir dalam pelajaran keterampilan, bagaimanapun dia sudah sepuluh tahun belajar di sini,” tutur Ye Qinghe beralasan. “Muridmu bahkan tak pernah ikut kelas!”

“Kenapa?” tanya Wang Wu dengan sikap menantang. “Meremehkan metode pelatihanku?”

“Apanya yang metode pelatihan?” gerutu Wang Lu dengan suara pelan. “Selain menipu kau tak pernah mengajari apa-apa!”

“Tapi…” Ye Qinghe masih tak yakin. “Kudengar kondisinya…”

“Kondisi apa? Kondisi muridku?” Wang Wu membelalakkan matanya. “Dia hanya cacat pondasi internal!” rongosnya malah diperjelas. “Apa hubungannya pondasi internal dengan keahlian teori? Otaknya kan tak ikut cacat!”

“Aiya… sudah cukup!” erang Wang Lu dengan raut wajah memelas. “Kalian menganggapku tidak ada, ya?”

“Sudah diputuskan!” Wang Wu menandaskan. “Bertanding secara terbuka setelah tujuh hari!” Kemudian ia melirik Wang Lu dan mengedipkan matanya.

Apa lagi maksudnya?

1
Lila Putra
luar biasa
Buang Sengketa
ADD jan di colong ya biar dapat penghargaan WTP dari BPK 🤣🤣🤣
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: hffffffttt 🤭
total 1 replies
Roni Sakroni
klo ada yg berminat ya bunuh saja
Mesin Waktu
kalahnya sama shifu 😆😆😆😆😆
Maz Tama
ahhhkkk kurang Thor nanggung... semangat dan selalu jaga kesehatan /Joyful/ditunggu update nya
Maz Tama
ayoooo semangat bantaaaaiiiiiii.. selalu epic pertarungan nya /Joyful/
Maz Tama
wah makin seru saja... jaga kesehatan Thor
Maz Tama
wah siapa orang misterius itu... semangat thor
Maz Tama
siapa kah yang menyerang...jaga kesehatan Thor
Maz Tama
wah hebat biksu kecil..semoga bisa rutin ya update nya
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Diusahakan konsisten update, Reader Zheyenk!
Makasih tetap setia dari awal sampai hari ini.
total 1 replies
Roni Sakroni
bagus tegas sehingga jadi terhormat
Xiao Shuxiang
NOVEL KEREN, LAYAK DI BACA
Xiao Shuxiang: SM2 THOR.. CRAZY UP SEMANGAT
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Makasih, Kak, vote-nya!
Semoga tidak mengecewakan sampai tamat!
total 2 replies
Xiao Shuxiang
1 VOTE MELUNCUR
Oe Din
Eittt...
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Hahahaha 🤣🤣
total 1 replies
Oe Din
Biarkan saja Wang Wu "pacaran" dengan si Biang kerok...!!!
Oe Din
Kan bisa jadi penonton / penyemangat...!!!
/Determined//Determined//Determined/
Oe Din
Padahal rasa "gatal" Duanmu Jin sudah mencapai klimaksnya...
😅😅😅
Oe Din
Saya juga mulai "gatal"...
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...
Mesin Waktu
ciye ciyeee udah mengakuinya sebagai milikku 🙄
Mesin Waktu
saya bisa bayangin nih 😀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!