Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
....
udara segar Indonesia benar-benar berbeda dengan luar negeri, seperti itulah perkataan keempat pria yang baru saja berkumpul setelah seharian beristirahat
"tempat ini banyak berubah" ujar lio yang kimi berdiri di rooftop sekolah nya yang dulu
"lapangan basket nya juga makin keren" timpal Rio
"yahhhh bagaimana kapten?"
"ehm benar-benar banyak berubah, semakin luas bahkan semakin berkembang"
"hanya tempat ini yang banyak menyimpan kenangan, banyak banget" kekeh Tio mengingat bagaimana dulu rain selalu mendapatkan pernyataan cinta dari banyak gadis namun tak satupun rain Terima bahkan rain tolak mentah mentah
"cowok se cool lu dan berkharisma kayak lu sekarang malah kecantol sama nenek lampir"
"nenek lampir?" dingin rain menatap tio
"nggak maksud gue a-dik kami, alun"
"unik ya? sebelum itu lu dan aluna persis kucing dan tikus tapi sekarang malah kayak perangko dan kertas aja lu"
"kalau gue jelasin lu nggak bakal ngerti juga"
"aelah, jelasin aja! napa sih lu" sinis Rio
grep
semuanya benar-benar terkejut dengan siapa yang baru saja memeluk rain bahkan dengan santainya tak memperdulikan keberadaan yang lain
"apa kabar?"
"a-alun?!" kaget semuanya
"kenapa? kaget banget gue di sini" sinis aluna
"bu-bukannya bulan lalu lu...."
"kak Rio, kak Rio dan kak lio, aku lagi izin, yahh kebetulan juga aku sedang kabur"
"dari tante aiya?!" kaget Rio
"mana ada, kepo banget"
"ck" sinis lio
Rio tersenyum kemudian merangkul adik nya itu, ia memintanya ikut berdiri di rooftop tempat nongkrong mereka dulu semasa sekolah
"ini adalah tempat kegemaran kami, kita suka banget kumpul di sini bahkan kami bolos ke sini, pintu di sana kami kunci kalau lagi bolos" kekeh Rio
"enak ya?"
"ehm enak banget, makanya dulu gue manggil lu pulang untuk sekolah di Indonesia tapi kata tante aiya nggak usah biarin aja alun di Australia, hitung-hitung katanya biar lu nggak susah beradaptasi dengan orang-orang baru di sini"
"aaahh mama ada cerita kok"
"KAPTEN!!! AYO MAIN"
aluna menoleh ke arah rain, siapa yang tak kenal rain dan kawan kawan? mereka adalah tim basket terhebat yang tak pernah kalah, bahkan mereka sudah pernah bermain hingga ke kanca internasional
"terima tantangannya?" tanya lio
"ayo"
rain meraih tangan aluna dan segera menariknya untuk ikut ke lapangan basket, aluna duduk di antara anak anak gadis yang begitu suka menonton kharisma para anak laki-laki tersebut
"Hai kak, kakak pacar kak rain ya?"
"ehm.... i-iya"
"wah kak alun beruntung banget, kak rain itu seperti pilar yang nggak akan di lupakan di sekolah ini, kak rain super duper berprestasi, dan bahkan ada gelar kak rain, kulkas berjalan"
"kulkas berjalan?" gumam aluna mengingat julukan yang sama pada rain di kehidupan sebelum nya
"iya! kak rain nggak suka sama cewek manapun, bahkan kak rain itu keras, sekalinya caper maka kak rain akan usir mentah mentah, seperti kak raisa dulu"
"raisa?"
"iya, dia angkatan dua tahun lalu, saat kak rain dan teman temannya ke sini, dia katanya selalu bergelayut manja, bahkan nggak segan segan kak rain bentak"
aluna tersenyum kemudian menatap rain yang asik bermain bersama adik adiknya, namun tatapan aluna terkunci pada pria yang melawan rain dia sio, kapten basket sekarang
"SIO?!! KAMU HARUS MENANG!!" sorak aluna penuh semangat
"apa?!" kaget rain
"IYA KAK!!"
aluna terus menyoraki sio, semenjak kejadian di Inggris, aluna seperti memiliki adik laki-laki yang sangat tampan dan pengertian, saat kembali ke Australia dan sio pun kembali ke indonesia, sio adalah keturunan blasteran, mamanya Indonesia papanya Inggris
"YAAAAAAAHHHHH" jerit penonton melihat tim sio berhasil mencetak poin
"ouh, baiklah ayo" ujar rain mulai serius
alun terus menerus terkejut saat rain dengan mudahnya mencetak poin bahkan dalam waktu singkat, sio pun sama terkejut nya tapi ia sangat bangga dengan kemampuan rain yang tak pernah luntur
"ini"
aluna membeli sekantong air minum untuk menberikan pada rain dan kawan kawan nya serta untuk sio dan kawan kawannya juga
"woah kak rain hebat banget kak alun" bangga sio
"harusnya kamu ngalah dong! namanya juga anak anak!!" kesal aluna
"ngalah? ini pertandingan bukan latihan"
"ini latihan!! kasihan sio tau" kesal aluna
"apa?! kamu cuma kasihan sama sio? aku? nggak sama sekali?"
"nggak, kamu kan sudah hebat, iyakan adik kak alun" gemas aluna mengacak acak rambut sio
"kalian ngapain di Indonesia?" tanya sio penasaran
"ehm liburan aja" serentak alun dan rain
"waaahh hebat, jalan jalan yuk kak ke kantin? biar sio yang bayar"
"nggak! karena kan kak alun yang tamu di sekolah ini jadi biar kakak yang bayar? ajak teman teman basket kamu"
"serius kak?!" antusias sio
"serius" kekeh rain
mungkin di mata para gadis sekolah tesebut sio adalah sosok yang sangat dewasa bahkan sangat berkharisma selayaknya rain di masa sekolah, namun di mata alun, rain, lita, lili, kia, dan si trio kembar sio hanyalah anak laki-laki yang belum selesai dengan inner child nya
"ayo kak"
"ayo" kekeh aluna merangkul sio yang sudah hampir setinggi dirinya
....
"mie ayam 15 porsi ya bu? sekalian es teh nya juga"
"iya non, eh tunggu non?"
"iya bu? ada apa?"
"kayaknya non bukan alumni sini ya? soalnya wajah non nggak pernah ibu liat, cuma mas rain"
"iya bu, saya sepupu si trio kembar"
"begitu toh, tapi dekat juga sama mas rain?"
"ehm iya bu"
"oh bagus dong, esnya sudah meleleh, mataharinya sudah datang" ujar ibu kantin tersebut melihat rain yang asik bercanda dengan tim sio
bukannya pergi bergabung aluna malah masuk dan seakan meminta cerita lebih lanjut akan masa sekolah rain dari ibu kantin tersebut
"loh non? kenapa nggak gabung sama teman teman mas rain?"
"ehmm... maaf ibu bisa cerita tentang masa sekolah rain nggak?"
"bisa banget, bisa ibu ceritakan, duduk aja, nggak usah bantuin ya? ibu nggak enak, meskipun mas rain dan non sama persis suka menolong tapi ibu tetap tolak ya?" kekeh ibu kantin
"i-iya" canggung aluna kemudian duduk
"mas rain itu anak yang pintar, tegas dan penyayang meskipun banyak yang bilang mas rain itu jahat, kejam bahkan tak manusiawi pada wanita, yah ibu maklum kan, mas rain nggak suka di dekati siapapun bahkan dengan latar apapun, sejak awal masuk, bibi bisa melihat sosok mas rain yang menutupi dirinya dari yang namanya cinta pada wanita selain mamanya, dia suka ke sini untuk mengerjakan tugas bersama teman temannya, sehabis main basket bahkan meskipun sedang mendapatkan masalah mas rain dan teman temannya suka sekali ke sini, tak jarang juga mereka membantu ibu berjualan sampai jualan ibu habis, mas rain itu anak baik selama masa sekolah hingga sekarang, makanya menurut ibu non alun itu beruntung dan mas rain juga beruntung"
"rain.... pernah dekat dengan wanita lain?"
"tidak non, mas rain nggak pernah dekat siapapun, itu yang bibi lihat, jika pun di kasi makanan mas rain nggak buang, malah di kasi ke ibu, lucu kan dia?"
aluna terkekeh mendengar serentetan kalimat akan rain semasa sekolah nya dulu, meskioun tak seusia dengan dirinya seperti kehidupan sebelumnya namun ternyata semuanya masih sama, bahkan masih berada di tempat nya
brugh
"aduhhhh kasihan non, ada lagi anak yang di bully"
"di mana bu?"
"di belakang, bibi nggak berani, pembully nya bawa pisau"
aluna langsung berdiri dan meninggalkan area kantin, khawatir akan terjadi hal hal buruk pada korban tersebut
"kak aluna mau kemana?!" kaget sio
"alun?!" panik rain melihat aluna berlari
"ayo ikut!" ujar roi
"kalian makan duluan aja ya? gue mau ikut sama kak rain" ujar sio segera menyusul
. ....
bersambung