Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05
Okay, Berry akan kembali menarik kata-kata nya tentang hidup tentram dan damai. Sejak kapan hidupnya pernah memiliki hal seperti itu, hah?
Lihat orang-orang biadab di depan nya ini, mereka duduk di sofa rumah nya dengan santai sambil melihat kesana kemari seakan-akan barang yang ada di sekitar dapat bergerak sendiri, alias hidup.
Berry diam? Oh tentu saja tidak, sayangnya di tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Jujur, Berry ingin sekali menarik satu persatu bulu kaki pria sombong di depan nya ini.
"Sekarang, kau dapat berbicara pada ku tentang rahasia yang di sampaikan oleh ayahku sebelum kematian nya di tangan mu"Ucap pria yang merencanakan semua kesusahan Berry saat ini.
"Emphh... emphh!!"
Berry memutar mata nya malas ketika pria itu mengerutkan keningnya. Bajingan bodoh ini selain tidak punya otak dia juga buta seperti nya.
Apa dia tidak melihat mulut Berry yang
tertutup selotip besar. Dan pria bodoh ini masih menyuruh nya ini bicara, bagaimana cara nya?
Kalian ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya? Baiklah, mungkin hidup ku tidak lama lagi jadi dengan sederhana akan ku ceritakan mengapa aku duduk di bawah dengan mulut tertutup selotip.
Setelah membersihkan semua sampah di teras rumah, Berry ingin pergi mandi. Dia mengunci rumah nya dengan sangat baik, begitu juga dengan kamar mandi nya.
Ketika dia sedang memakai pakaian, tiba-tiba terdengar bunyi keributan di ruang tamu nya.
Berry tidak sempat bereaksi, dia bahkan belum memakai behanya dan harus di paksa memakai baju demi menghindari tembakan yang di layangkan padanya.
Meski dia seorang pembunuhan bayaran profesional, bagaimana pun dia akan tetap kalah jika di hadapkan dengan puluhan
orang bersenjata lengkap.
Sangat kontras dengan diri nya yang hanya memakai kaos dan celana pendek, itu pun dia belum memakai beha nya.
Berry sangat risih, dua gunungnya terpental kesana kemari saat bergerak menghindari serangan.
Akhirnya, dia di taklukan dan di ikat. Disinilah Berry sekarang, duduk di bawah lantai yang dingin tepat di depan sepatu hitam kotor pria yang sangat ingin dia cabik-cabik daging nya.
"Kenapa dia tidak mau bicara?"Tanya pria itu dengan bodoh kepada asistennya sambil menunjuk ke arah Berry yang menatapnya dengan penuh dendam.
Asisten itu meringis malu karena kebodohan bos nya, dia menunjuk mulut Berry yang tertutup selotip tadi.
"Bos menyuruh untuk menutup mulut nya tadi karena itu dia tidak bisa bicara"Jawab sang asisten dengan ketebalan mukanya yang patut di acungi jempol.
Pria itu terdiam sesaat, kemudian dia tertawa.
"Ahaha... benar juga. Kita menutup mulut nya tadi."
Pria itu hanya bisa mengangguk dengan lucu, bodoh sekali dia sampai lupa kalau dia yang menyuruh anak buah nya tadi. Berry mendengus dingin.
"Ayo, tunggu apa lagi, buka selotip nya agar dia bisa berbicara"Perintah pria itu pada asisten nya.
Asisten tersebut pun bergerak maju dan menarik selotip di mulut Berry dengan santai nya.
Berry meringis merasakan perih karena mulut nya tertarik, tidak ada ramah-tamah nya pada perempuan. Dia menatap tajam asisten itu karena memperlakukan nya dengan semena-mena.
Asisten itu ketakutan dan segera mundur kebelakang sambil membuang mukanya ke arah lain. Tatapan Berry sangat mengerikan, dia tidak berani menatap balik.
"Nah, sekarang kau sudah dapat berbicara. Cepat katakan padaku, dimana semua harta ayah ku di sembunyikan?"Ucap pria itu dengan cepat.
Dia tidak mau menunggu lebih lama lagi, setiap detik jantung nya akan berdetak dengan cepat memikirkan semua harta peninggalan ayah nya.
Berry terkekeh geli mendengar ucapan itu, "Apa menurut mu aku terlihat tahu dengan apa yang kau maksud?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan orang-orang bodoh ini.
Pria itu menggertakkan gigi nya, dia menendang Berry dengan keras hingga wanita itu terjatuh.
"Berani sekali kau bermain-main dengan ku!"Ucap pria itu dengan marah.
Berry tersenyum miring meski tubuhnya merasakan sakit dia masih teguh dengan pendiriannya.
"Siapa yang bermain denganmu? Kau tidak lihat aku sedang di ikat disini?"Jawab Berry dengan berani. Meski ajal akan menjemput nya sebentar lagi, apa salah nya membuat kesal para pembunuh nya.
Asisten itu menatap Berry risih, kenapa wanita ini tidak mengalah saja. Melihat nya terbaring tidak berdaya serta penuh dengan luka tembakan itu membuat hati mungilnya merasa iba.
Namun, ini adalah pekerjaan nya toh wanita ini juga seorang pembunuh berdarah dingin sangat tidak pantas untuk di kasihani.
Pria itu berdiri dengan marah, dia menendang keras kursi yang ia duduki tadi. Asisten itu menutup mata karena terkejut dengan apa yang dilakukan bos nya yang seperti nya sudah kehilangan kesabaran yang memang tidak pernah ada, itu.
"Periksa semua rumah ini! Cari tahu apapun yang menyangkut tentang pekerjaan nya sebelum dia pensiun"Ucap pria itu memerintahkan para anak buahnya.
Mereka pun mengangguk paham dan segera berbalik pergi memeriksa seluruh rumah, termasuk kamar Berry.
Berry melirik dengan santai kepergian orang-orang itu, dia meludah ke samping karena ada darah di mulut nya.
Itu sungguh sangat mengganggu Berry, dia
pun berusaha agar kembali duduk dengan benar. Setelah duduk, dia menarik nafas sebentar kemudian menghembuskan nya dengan pelan.
Melihat sikap Berry yang sangat tenang dan tanpa rasa takut sedikitpun, pria itu merasa tidak nyaman.
Jika wanita ini benar-benar menyembunyikan rahasia nya di rumah ini, dia tidak akan bersikap dengan santai seperti itu.
"Kalian hanya akan membuang-buang waktu, apa yang kalian cari tidak pernah ada disini maupun pada ku"Kata Berry pelan, dia menatap pria itu dengan senyum ala penjual kosmetik profesional nya.
Dia sudah berlatih senyum ini berkali-kali, sedikit ada untung nya jika di gunakan di
saat seperti ini.
Hahaha, Bravo!
"Apa maksudmu?"Tanya pria itu tidak santai, dia menduga wanita gila ini sudah terlalu putus asa akan kematian nya karena itu dia berbicara yang tidak jelas.
Berry memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, lehernya cukup pegal karena terus melihat ke atas dengan waktu lama.
"Ayah mu sebelum mati, dia memang memberitahu kan kepada ku tentang lokasi harta peninggalan nya."
Pria itu memasang pendengarannya dengan tajam setelah mendengar tentang harta peninggalan ayahnya.
"Cepat katakan! Jangan terlalu suka membuang waktu ku"Ucap pria itu dengan tidak sabaran nya.
Berry menatap nya dengan sinis, sungguh manusia serakah. Sangat tidak sabaran, dia juga perlu waktu untuk mengingatnya, tahu.
"Meski dia memberitahu rahasia itu padaku, ada satu peringatan yang dia katakan lagi saat itu"Lanjut Berry sok serius.
Otak nya masih berusaha mencari ingatan tentang kejadian malam itu.
"Apa?"Tanya pria tersebut, dia berhenti sesaat sebelum kembali mengamuk bak orang gila.
"Aishh! Bisakah kau langsung mengatakan nya saja?!? Jangan terbelit-belit, alku bukan orang yang suka menunda, kau akan mati jika bermain-main dengan ku!"Teriak nya penuh kesal.
Dia menendang meja di samping Berry hingga tergeser jauh dari wanita itu. Berry menutup mata nya menahan kesal karena teriakan mengerikan pria ini yang dapat dan sangat amat dapat menghancurkan pendengaran nya.
Ingin sekali dia merobek mulut jelek itu, sungguh mengganggu.
"Bisakah kau diam?! Aku sedang berbicara disini, jangan memotong nya! Kau yang
membuat semua menjadi lebih lama."
Berry membentak pria itu dengan kekesalan yang sudah menumpuk sangat. Asisten dan sang bos itu terkejut dan mundur beberapa langkah menjauh dari Berry.
Pria itu menatap asisten nya dengan kebingungan yang sangat terlihat jelas di wajahnya, "Kenapa tiba-tiba dia terlihat sangat menyeramkan?"Ucap nya.
"Lalu, kenapa dia yang malah memarahi ku? Hei, aku disini bos nya kan?"Lanjut nya
bertanya dengan bodoh.
Sang asisten bingung harus menjawab seperti apa, dia melirik Berry yang sedang mencoba menenangkan diri nya dari rasa kesal yang amat sangat.
"Mungkin... dia sedang stres bos, karena sebentar lagi dia akan mati. Jadi... dia melampiaskan nya seperti itu... ahaha... ha..."
Asisten itu menjawab dengan ragu namun tetap memasang wajah seriusnya agar sang bos percaya dengan kalimat-kalimat
aneh nya.
Pria itu menyipitkan matanya menatap sang asisten kemudian Berry, "Hm... seperti nya perkataan mu sedikit benar. Baiklah tidak masalah, karena dia akan mati sebentar lagi. Akan aku ampuni kali ini saja"Balas pria itu sombong. Dia menyuruh asisten nya untuk mengambil kursi yang tadi ia tendang hingga menjauh dari nya, sang asisten segera bergerak membetulkan posisi kursi tersebut.
Pria itu duduk dengan santai, dia menyilang kaki nya dengan angkuh di depan Berry.
"Lanjutkan perkataan mu tadi, ingat jangan membuang-buang waktu. Kau akan mati sebentar lagi tidak baik memperlama nya"Ucap pria itu sambil tersenyum miring, hal yang paling Berry benci adalah orang yang sok kuat padahal dia lemah. Sama seperti pria di depan nya hanya orang lemah yang berlindung di balik anak buah nya dan kekayaan. Sangat pantas untuk di musnahkan.
"Ayahmu mengatakan bahwa harta itu hanya bisa di akses oleh diri nya sendiri. Dengan kata lain bahkan jika kau menemukan letak nya dimana, tidak akan ada yang bisa membuka harta itu. Bahkan jika kau adalah putra nya sendiri."
Berry mengatakan itu dengan cepat. Dia sudah ingat, ngomong-ngomong memang benar, harta peninggalan itu tidak ada yang bisa mengambilnya kecuali mendiang sendiri.
Pria itu menatap Berry, kemudian dia menutup mata nya menahan segala emosi yang ingin kembali membludak.
"Dia menggunakan scene iris mata yang tentu nya hanya dia yang memiliki nya. Aku sudah pernah mencoba kesana dan memang benar, itu tidak bisa di buka kecuali ayahmu. Harta itu akan tertanam disana, selama nya"Lanjut Berry lagi, dia tidak berusaha menakut-nakuti, ini
adalah kebenaran nya.
Jadi, percuma membuang tenaga mencari nya. Toh juga tidak bisa di ambil.
"Dimana harta itu berada?"Tanya pria itu dengan gelap bahkan ketika ayahnya sudah meninggal, pria itu masih sangat suka mempersulit hidup nya.
"Itu ada lima belas meter di bawah gedung Sunny Plaza milik ayah mu. Dia meminta para mafia dari Italia untuk menyembunyikan semua harta nya disana, selebih nya aku tidak tahu lagi. Hanya itu yang dia beri tahu pada ku."
Saat itu Berry mengira dia akan menjadi kaya dalam sekejap karena rahasia yang di berikan pada nya namun semua juga sia-sia.
Ini hal bagus mendiang telah mempersiapkan semua nya dengan amat terencana. Tidak akan ada yang dapat menggunakan emas-emas itu.
Tapi, Berry melirik pria itu dengan santai, dia juga akan tetap mati disini.
"Panggil yang lain, kita akan segera pergi dari sini"Perintah pria itu pada asisten nya dengan dingin, sudah cukup semua drama malam ini.
Dia hanya perlu mencari cara untuk mendapatkan semua harta itu. Asisten itu mengangguk dan segera pergi mencari anak buah nya, pria itu mengambil pistolnya kembali dan mengarahkan nya pada Berry.
"Kau sudah tahu jika kau akan tetap mati meski telah memberikan rahasia itu pada ku'kan?"Tanya pria tersebut pada Berry, dia berdiri tepat di depan wanita itu dan meletakkan ujung pistol nya di antara alis Berry.
Suara petir menyambar di luar sana, hujan turun dengan begitu lebat nya. Bahkan jika terjadi ledakan di rumah Berry, tidak akan ada yang menyadarinya.
Berry terkekeh kecil, "Di hari aku memegang rahasia itu, aku sudah tahu kalau aku akan mati. Cepat atau lambat"Jawab Berry penuh rasa percaya diri, dia tidak takut.
Mati hanya hukuman paling rendah untuk
seorang pendosa seperti diri nya. Bunyi tapak kaki memenuhi ruangan, asisten itu kembali dengan para anak buah nya, mereka menatap sang bos dan menunggu perintah selanjutnya.
Pria itu mengangguk paham, "Kau sadar diri juga ternyata."
"Aku tidak seperti mu, manusia lemah yang hanya menginginkan kekuasaan dengan cara menjijikkan, sungguh membuat ku sangat mual"Balas Berry sinis, dia bahkan sampai meludah ke samping demi memperkuat penghinaan nya pada pria itu.
Kepala Berry terdorong ke belakang karena pistol di kening nya menekan nya dengan kuat,
"Ya, hanya itu kata-kata terakhirmu?"Kata pria itu, dia sudah bersiap untuk menarik pelatuk pistol nya.
Berry tersenyum miring dan menatap nya tajam, "Mati lah ke neraka"Bisik nya dengan penuh dendam. Pria itu menarik pelatuk nya dengan cepat.
Dorr
Darah Berry terciprat memenuhi ruangan, tubuh wanita itu terjatuh lemah. Darah merembes keluar dari lubang di kepala nya.
Pria itu menyuruh anak buah nya segera keluar dari rumah dan meninggal kan jasad Berry begitu saja.
Begitulah akhir dari kisah seorang pembunuh bayaran yang penuh dengan tumpahan darah selama hidup nya.
Kegelapan memenuhi jiwa Berry dalam sekejap, dia tidak dapat melihat apapun di sekitar nya.
Hanya gelap, tidak ada cahaya dan juga dingin. Berry tersenyum tipis, dia tidak tahu dimana dia sekarang, apa dia akan segera menuju neraka? Atau hanya menjadi sebuah jiwa yang akan mengambang di antara dua dunia.
Dia masih bisa merasakan bekas peluru yang di tembakkan di kepala nya tadi, cukup sakit.
Jadi, beginilah rasa nya mati. Hmm... tidak buruk juga meski sedikit gelap dan dingin, ini lebih baik dari pada hidup dengan dosa yang harus ia tanggung selama nya.
Dia bebas sekarang, Berry Aguelira sudah tidak ada lagi. Si pembunuh bayaran tidak ada lagi, anak malang yang tidak memiliki orang tua sudah tidak ada lagi.
Hanya dia, sebuah jiwa yang melayang. Tanpa nama dan tujuan.
Berry berjalan pelan ke sekitar, dia merasa seperti tidak memijak tanah. Lagian, dia sudah menjadi jiwa, wajar saja.
Entah sudah berapa lama dia melayang tidak tentu arah, dia sudah mulai bosan. Hanya gelap disini tidak ada waktu, mungkin sudah berjam-jam, berhari-hari atau berbulan-bulan, dia tidak tahu.
Jauh di depan, ada sebuah cahaya kecil. Dia menyipitkan mata nya menatap kejauhan itu, akhirnya ada hal yang lebih baik dari pada ini.
Dia pun berjalan lebih dekat dengan cahaya itu, semakin dekat dan semakin dekat. Dia berhenti, apa yang ada di balik cahaya ini dia tidak tahu.
Bisa saja itu neraka dan sudah jelas itu bukan surga. Lalu apa?
Sebuah suara tanpa emosi seperti menyuruh nya untuk terus melangkah maju dan masuk ke dalam cahaya itu.
Dia ragu namun, apa lagi yang dapat di lakukan disini? Dia kembali melanjutkan langkahnya dengan pelan hingga akhir nya dia melewati cahaya itu, dia menutup mata yang entah dia miliki atau tidak.
Jiwanya terasa tersedot dengan cepat sebelum sempat ia berkata-kata maupun berpikir.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah
semangat kk