Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima tahun kemudian
"Mama bawain bekal apa?" seorang gadis kecil dengan dua kuncir rambut di kepalanya menghampiri Retania di dapur.
"Mama lagi nyobain makanan viral di yutub," senyumnya sambil membalikkan nasi yang berselimutkan telur dengan berbagai toping protein.
"Pasti nanti teman Alma bakalan pesan, nih, ma." Wajahnya nampak ceria.
Retania melebarkan senyumnya. Dalam hati mengeluh, garis wajah putrinya mirip sekali dengan laki laki yang sudah membuangnya.
Selain bekerja di sebuah klinik kecil di kotanya, dia juga menjual katering makanan sehat.
Setelah beberapa hari tinggal di rumah yang dibelikan mendiang kakaknya, Retania baru tau kalo dia hamil.
Memutuskan tetap mempertahankan kehamilannya, karena dia takut hidup sendiri setelah ngga punya siapa siapa, ternyata bukan keputusan yang salah.
Alma tumbuh menjadi anak perempuan cantik yang sangat menyenangkan.
Kesedihannya sedikit demi sedikit terhapus. Retania mulai bisa menerima takdirnya. Hidupnya malah terasa nyaman dan tenang.
Walaupun sesekali ada pertanyaan tentang keberadaan papanya Alma yang kadang mengganggunya.
Suatu saat nanti, dia pasti akan menceritakan yang sebenarnya pada putrinya. Juga pada orang orang yang kepo.Tapi tidak sekarang.
Retania pun mengemasnya menjadi tiga kotak nasi gulung buatannya ke dalam kotak kotak plastik berukuran persegi panjang. Menaruh selembar selada dan satu irisan tomat di dalamnya sebelum wadahnya ditutup.
Biasanya Alma akan menjualnya dengan teman temannya, walaupun Retania sudah melarangnya.
"Dikasih aja."
"Enak aja, ma. Nggak. Mereka harus beli."
Retania hanya bisa tertawa mendengarnya. Dari kecil minat dagangnya sudah terlihat.
Kemudian dia pun mengantar putri kecilnya ke ruang tamu. Saat membuka pintu sudah ada Lingga di sana.
Setahun yamg lalu Retania ngga sengaja bertemu dengan Lingga di sebuah mall. Setelah itu Elza pun tau keberadaannya, begitu juga dengan dua teman lak laki mereka yang lain-Ardi dan Dio. Juga suster Tiwi.
Tapi mereka merahasiakannya, bahkan dokter Astuty juga ngga tau. Walaupun berat, tapi itu permintaan Retania yang ngga mau berhubungan dengan keluarga Davendra lagi.
Lingga sudah jadi CEO di perusahaannya. Sedangkan Elza dan kedua teman dokternya-Ardi dan Dio, sudah bekerja di rumah sakit yang membawa kenangan buruk untuknya sebagai dokter spesialis.
Sebulan sekali ketiganya akan meluangkan waktu untuk bertemu dengannya, terutama mengganggu Alma.
Sedangkan Lingga tinggal satu kota dengannya. Dia sering menyempatkan waktu untuk mengantar Alma ke sekolah, juga Retania ke klinik. Awalnya Retania menolak. Tapi Lingga tetap memaksa. Seperti hari ini.
"Om Linggaaa," seruan nyaring Alma langsung menyambutnya.
Lingga tertawa senang melihatnya.
Dia pun langsung menggandeng tangan Alma.
"Kita berangkat sekarang?" Sepasang matanya beralih menatap Retania.
"Ya."
"Ya, dong, Om." Alma juga ikutan menyahut.
"Ayo, sekarang." Dengan penuh sayang Lingga menggandeng anak perempuan kecil dengan pipi chuby itu.
"Mama nanya menu diet," ucap Lingga sambil membuka pintu mobil buat Alma, di depan.
"Nanti jam delapan akan diantar Pak Gatot. Menunya baru, biar ngga bosan."
"Ya, mama cocok dengan menu dari kamu. Biasanya kalo katering begitu, seminggu aja udah bosan," kekeh Lingga sambil memasangkan seatbelt buat Alma.
Retania pun balas tertawa.
Dengan Retania, bahkan sudah lebih setengah tahun berlangganan, mamanya malah ketagihan. Begitu juga papanya. Memang ngga tiap hari. Retania hanya menjadwalkannya seminggu tiga kali untuk menu setelah sarapan.
Mereka pun mengantarkan Alma dulu ke sekolah taman kanak kanaknya.
"Dadah mama, dadah Om....." Alma melambaikan tangannya pada Retania dan Lingga yang mengantarkannya sampai di gerbang.
"Mama udah kangen sama Alma. Kapan bisa maen ke rumah?" tanya Lingga saat Alma sudah masuk ke dalam gerbang sekolahnya.
Retania tersenyum tipis.
"Tante ngga marah lagi?"
"Kalo marah ngga mungkin, kan, terus pesan menu kateringnya?" senyum Lingga.
Mamanya sempat marah begitu Lingga mengatakan dia dituduh berzi-na dengan istri putra pemilik rumah sakit, karena itu dikeluarkan secara tidak hormat.
Apalagi setelah dikenalkan pada Retania. Sempat kesal tapi pengen nyoba menu katering Retania yang cukup terkenal di kalangan istri istri pengusaha di kota itu. Tapi malah cocok sampai sekarang. Ngga mau pindah tempat katering.
Retania tersenyum. Teringat kata kata mama dokter Lingga agar menjaga jarak dengan putranya.
Retania juga tau diri. Pengalaman sudah mengajarkannya dengan sangat pahit. Hidup sangat kejam buat orang orang kecil seperti dirinya.
Awalnya sempat meminta Alma melakukan tes dna, curiga kalo Alma cucunya setelah beliau tau ceritanya.
Tapi kemudian dia batalkan karena tidak ada sedikitpun kemiripan Lingga dengan Alma. Semuanya terlihat sangat jelas.
"Akhir akhir ini aku agak sibuk," tolak Retania halus.
"Jangan terlalu capek."
"Nggak, kok," senyumnya. Setelah pulang dari klinik dia akan pergi berbelanja menu katering sehatnya untuk besok, karena malamnya dia akan mengolahnya dibantu Bik Saro. Besoknya, Pak Gatot, supir Bik Saro yang akan mengantar ke pelanggan. Begitu rutinitasnya setiap hari.
Lingga menghembuskan nafas panjang. Sulit baginya untuk mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.
Dia menyayangi Alma. Begitu juga keluarganya. Tapi mamanya ngga mau dia terluka lagi karena berurusan dengan keluarga keluarga dokter Ajisona.
Lagi pula belum tentu Retania mau menerima perasaannya. Setelah apa yang dia alami, rekannya itu sudah betah dengan kesendiriannya.
Sekarang setelah menemukannya, dia dan teman temannya yang lain bermaksud menjaga Retania dan putrinya.
"Oke, aku pergi dulu," pamitnya sambil membuka pintu mobil.
Retania mengangguk.
"Hati hati." Retania hanya tinggal berjalan kaki saja ke klinik tempat dia bekerja.
"Ya."
Retania menatap kepergian mobil dokter Lingga yang sudah meninggalkan cita citanya sebagai dokter karena dirinya. Di hatinya masih tersimpan perasaan bersalah.
Dua tahun setelah berada di kota ini, Retania secara ngga sengaja bisa bekerja di klinik ini.
Awalnya menjadi pasien selama hamil sampai melahirkan. Kemudian klinik kekurangan dokter saat menangani musibah kecelakaan dua minibus rombongan pengantin.
Ternyata namanya sudah dibersihkan hingga dia bisa menggunakan gelar dokternya lagi. Retania baru mengetahuinya dan merasa lega.
*
*
*
"Tuan muda. Kita sudah terlalu lama berlibur. Tuan muda harus segera kembali ke perusahaan," ucap Harya mengingatkan.
Lima tahun mereka keliling Eropa, mengikuti keluarga Oma Omara yang pernah mereka tolong.
Sekarang mereka.memang sudah kembali ke tanah air. Sebulan yang lalu. Tapi kota ini cukup jauh dari kota asal mereka.
"Baiklah." Davendra langsung setuju. Selain lima tahun sudah tidak bertemu keluarganya, dia juga ingin menghindari perjodohan yang selalu didesak Oma Omara.
Padahal dia menghilang juga ingin menghindari perjodohan dari mamanya.
Davendra masih menutup akses ke keluarganya. Hanya sesekali berkirim kabar.
Tapi dia tidak pernah membuka email dari kedua abangnya.
Dia hanya ingin keluarganya tenang tenang saja, karena dia masih baik baik saja. Tidak bun-dir karena dua kali mendapat pengkhinatan.
Harya tentu saja bersorak mendengarnya.
"Saya akan pesankan tiket pulang."
"Minta Bang Farros mengirimkan pesawat pribadinya."
"Siap tuan muda."
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan