Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
Roy menatapku dan bertanya
" katanya mau ngabarin kalo udah selesai, aku udah nunggu sejam lebih kamu ga keluar-keluar juga" lanjutnya lagi.
" oh sorry , tadi selesai Cecil ujian rencanya mau ngabarin, tapi yah kamu liat sendiri kami masih pengen jalan mengelilingi kampus dulu. Taunya ketemu Eko sama kamu di sini " jawabku
" ya udah kamu balik gih sama calon suami. Nanti ngambek, aku masih mau di sini reunian sama kak Eko dulu " bisik Cecil ke arahku namun masih terdengar samar oleh Roy
Roy berdecak ke arah Cecil dibalas Cecil dengan tawa kerasnya.
" ya udah aku duluan ya Cil, Eko bye" aku pamit
"dadah .." Cecil sambil melambaikan tangannya. Sedangkan Eko cukup mengangguk saja ke arahku tanpa menoleh ke arah Roy yang berdiri disampingku. Lalu roy menggandeng aku hingga masuk mobilnya. Kami pun pulang dengan diam tanpa ada percakapan apapun. Aku tak tahan sehingga aku yang memulai bertanya.
" Roy, ada apa antara kamu dan Eko? Kok ga seperti biasanya? " tanyaku
"ga ada apa-apa kok, aku cuma lagi ga mood aja tadi makanya ga sempat menyapa dia" jawabnya
"Eko juga dia ga menyapa kamu " tanyaku lagi
" Ya mana aku tau, ga usah dibahas lagi deh ga penting juga " Roy seperti menghindar pertanyaanku
" hmmm.... " meski penasaran aku tak melanjutkan pembicaraan ini.
"kita singgah makan siang dulu ya, aku lapar"
" iya, " jawabku singkat.
Kami menuju Restoran terdekat, bukan Restoran mewah tapi termasuk populer karena banyak pengunjungnya. Roy sengaja memilih tempat ini karena dia tau akan akan protes jika diajak ke tempat-tempat mewah. Aku tersenyum dalam hati bersyukur ternyata Roy masih sangat mengenalku.
Kami duduk di meja paling pojok, karena hanya ini meja kosong yang tersisa. Tidak masalah buatku, yang terpenting makanan di sini enak dan pelayannya juga bagus.
Roy memesan makananku sama dengan menu pilihannya. Aku bukan wanita ribet yang harus ditanyakan pasangannya mau makan apa?
Aku bukan wanita seperti itu, apa saja yang dipesan Roy aku pasti mengiyakan. Karena percuma jika aku pilih sendiri, maka Roy akan paling cerewet mengomentari ini dan itu. Katanya makanan kurang sehat lah kurang bergizi lah, atau makanan banyak lemaknya. Dan aku pun tidak pernah merengek paksa mau makanan seperti itu. Terpenting buatku halal bisa diterima leherku maka aku akan baik-baik saja.
Setelah makan siang bersama, Roy langsung ijin pamit ke aku setelah mengantarku pulang ke rumah. Katanya mau lanjut ke kantor.
Rumahku tampak sepi siang ini, Ayah masih di bengkel tempat kerjanya. Ibu mungkin sedang istrahat karena kulihat tampak kamarnya tertutup dan sendalnya diletakkan depan kamar. Kedua adikku masih disekolah, aku menuju kamar merebahkan tubuhku. Satu beban di pikiranku berkurang, sekarang aku akan fokus membantu kak Arini mempersiapkan acara pernikahanku.
Kupejamkan mataku, aku tersenyum membayangkan aku duduk di pelaminan bersama Roy pujaan hatiku. Akhirnya mimpiku menjadi nyata, selangkah lagi kami akan menuju ke jenjang itu.
Hpku berdering kulihat ada nama Kak Arini di layar.
" halo..." sapaku
" halo Dar, gimana ujiannya? Lancar? " tanya kak Arini
" Alhamdulillah lancar kak, kritikannya kurang, hanya ada beberapa masukan saja. " jawabku
" Alhamdulillah, akhirnya Dar... Kalo gitu sekarang free kan? hari ini kamu istrahat dulu, Istrahat full ya! Besok mama mau ajak kamu ke butik, bajunya udah jadi. Roy juga udah aku telpon besok luangkan waktu buat fitting baju "
" baik kak, besok pagi-pagi aku langsung ke rumah mama " ucapku
Akhirnya aku menyebut mama untuk panggilan mamanya Roy karena sering di protes sama mereka.
" nanti Roy jemput kam jam 7 pagi ya, sekarang kamu istrahat ya. "
" iya kak, makasih banyak ya, aku jadi ga enak sama kakak. Aku yang mau nikah tapi yang sibuk malah kakak dan mama" ungkapku
" santai aja Dar, mama malah senang banget katanya. Kakak ikhlas sayang, malah kakak berterima kasih sama kamu mau menerima pinangan kita, juga mau menerima konsep resepsi impian aku dan mama. " jawab ka Arini.
" hhhee, iya kak "
" ya udah , kamu lanjut istrahatnya. Bye."
" bye"
Aku menghembuskan nafas lega, sebaik itu keluarga Roy terhadapku. Aku sangat bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik. Kupejamkan mataku, aku sangat lelah sehingga tak butuh waktu lama aku terlelap.
Ibu membangunkan aku ketika Azan Sholat Ashar, tapi aku mengatakan bahwa aku berhalangan sehingga tak bisa menunaikan kewajibanku. Kembali kulanjutkan tidurku setelah ibu keluar kamar, mataku sangat berat untuk kubuka sehingga aku melanjutkan tidurku kembali.
Menjelang magrib aku terbangun, ah badanku terasa segar setelah hampir seharian aku tidur. Keluar kamar tampak adik-adikku membantu ibu menyiapkan hidangan makan malam. Aku mendekat.
" ibu biar aku aja yang melanjutkan masaknya ibu dan adik-adik mandilah, siap-siap sholat magrib"
" oh iya nak, ini ikannya udah selesai di goreng kamu tinggal bikin sambalnya ya. Di situ ada sayur bayam, adikmu sudah memetik dan mencucinya. Ditumis aja biar cepat masaknya. Ibu pergi mandi dulu ya "
" iya bu"
Kulanjutkan pekerjaan ibu, menu sederhana namun dapat menggugah selera. Setelah selesai kutata rapi di atas meja makan kusiapkan semua piring sendok gelas dan air untuk mereka. Rasanya sudah sangat lama sekali aku tak melakukan pekerjaan ini, semasa kuliah aku disibukkan dengan pekerjaan paruh waktu dan tugas kuliah sehingga aku mengabaikan rumah.
Setelah semuanya rapi aku menyiapkan diriku juga. Tampak ayah sudah kembali dari mesjid.
" Assalamualaikum"
"Waalaikum salam wr wb"
Aku mendekat dan salim kepada ayah. Selanjutnya aku menuju kamar memanggil adik-adikku untuk makan bersama. Ayah lebih suka makan bersama jadi kami sudah terbiasa jika setelah magrib berkumpul di meja makan depan ruang Keluarga.
Kami makan dengan khidmat. Hanya denting sendok yang terdengar. Selesai makan kami berkumpul lagi bercengkrama seperti biasa.
Ayah menasehatiku , memberi wejangan untuk nanti setelah menikah.
" nak, jadilah seorang istri yang di ridhoi suami. Kalian sudah lama saling mengenal, meski hanya sebagai teman. Itu sudah cukup jadi bekal kalian nanti saat akan hidup bersama. Apa yang tak disukai oleh suami maka kamu jangan melakukannya, begitupun sebaliknya. Turuti setiap kata suami, yang penting untuk hal-hal yang baik. Jika ada masalah selesaikanlah dengan kepala dingin. Jangan saling menyalahkan. Introspeksi diri masing-masing.
"berselisih paham dalam setiap rumah tangga adalah hal yang wajar, tapi jangan terlalu berlarut-larut untuk menyelesaikan masalah " lanjut ayah lagi.
Aku mendengarkan nasehat ayah dengan baik. Petuah orang tua sangat penting untuk diperhatikan karena itu adalah nasehat kita melanjutkan hidup.
Percakapan kami terputus oleh azan Isya, ayah lalu beranjak Sholat di mesjid. Biasanya setelah Sholat ayah masih akan bercengkrama dengan para bapak- bapak di teras mesjid, kali ini ayah langsung pulang. Katanya capek seharian tadi banyak pelanggan di bengkel, ayah ingin cepat istrahat.
Pukul delapan malam terdengar mobil berhenti depan pagar halaman. Aku mengintip dari balik tirai, itu mobil Roy. Kubukakan pintu depan untuknya.
" Assalamualaikum "
" Waalaikum salam wr wb "
" Eh ada nak Roy, mari masuk nak " sambut ayah yang ikut berdiri bersamaku ketika menyambut kedatangan Roy.
" Baik pak, " Roy masuk dan kupersilahkan duduk di ruang tamu.
" ayah tinggal dulu ya, kalian ngobrol. Ayah tak bisa menemani, badan ayah pegal semua ingin cepat rebahan " kata ayah lagi
" iya ayah " kata Roy
" Roy, mau minum? " aku basa basi menawarkan
" mmmmm, boleh juga air putih aja ya" jawabnya
" iya, aku udah tau. Mana pernah kamu minum kopi sama teh .... Hhhe " aku sambil berlalu ke belakang.
Aku kembali dengan secangkir air putih. Lalu duduk berhadapan dengan calon suamiku. Sambil tersenyum. Moodku agaknya sudah membaik, setelah beristirahat yang cukup tadi siang.
Roy duduk bersandar sambil menatapku. Lalu dia pun tersenyum
" Dar, aku ga percaya kita bakalan jadi sepasang suamu istri nanti " ucapnya
Aku menunduk malu, sepertinya pipiku memerah. Lalu dia meraih tanganku menyebrangi meja kecil di depan kami.
" nanti setelah menikah, kamu maunya gimana? Mau kerja atau mau jadi istriku aja duduk manis di rumah nunggu suami pulang?" tanya Roy mode serius
"hah? " aku baru menyadari ini adalah bagian paling penting yang harus kami sepakati sebelum menikah.
" kalo aku gpp kamu mau melanjutkan cari kerja terus jadi wanita karir it's okey, dua-duanya aku dukung kamu " ucap Roy lagi.
"aku belum kepikiran ini sih Roy, setelah wisuda gimana, aku bahkan hampir lupa ini bagian terpenting untuk masa depan kita " jawabku
" kenapa? Saking senangnya ya? Sebentar lagi mau nikah " canda Roy sambil tertawa kecil.
" ye... ga gitu, cuma belum kepikiran aja setelah ini mau bagaimana." jawabku gugup
" tadinya sih aku maunya kamu di rumah aja, membesarkan anak-anak kita" kata-kata Roy membuatku berdebar mendengar kata anak.
" tapi mama menyarankan kamu melanjutkan pendidikan Notaris, sesuai jurusan kamu. Yah aku sih gpp ya, selama kamu baik-baik aja dan tetap ingat tugas utama kamu sebagai istri aku. " lanjut Roy lagi.
" nanti aku pikirin lagi ya, masih mumet ni otak aku hehehe.... " jawabku
"ya udah, oh ya tadi ka Arini nelpon katanya besok kita fitting baju ya?
Aku mengangguk.
" kalo gitu aku jemput kamu besok pagi ya"
" aku pamit ya Dar, udah malam. Kamu lanjut istrahat lagi." pamit Roy
" iya, aku panggil Ayah dulu ya"
" ga usah, Ayah capek udah tidur mungkin. Aku pergi ya"
" oh oke."