Pernikahan yang terjadi antara Ajeng dan Bisma karena perjodohan. Seperti mendapat durian runtuh, itulah kebahagiaan yang dirasakan Ajeng seumur hidup. Suami yang tampan, tajir dan memiliki jabatan di instansi pemerintahan membuatnya tidak menginginkan hal lain lagi.
Ternyata pernikahan yang terjadi tak seindah bayangan Ajeng sebelumnya. Bisma tak lain hanya seorang lelaki dingin tak berhati. Kelahiran putri kecil mereka tak membuat nurani Bisma tersentuh.
Kehadiran Deby rekan kerja beda departemen membuat perasaan Bisma tersentuh dan ingin merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, sehingga ia mengakhiri pernikahan yang belum genap tiga tahun.
Walau dengan hati terluka Ajeng menerima keputusan sepihak yang diambil Bisma. Di saat ia telah membuka hati, ternyata Bisma baru menyadari bahwa keluarga kecilnya lah yang ia butuhkan bukan yang lain.
Apakah Ajeng akan kembali rujuk dengan Bisma atau menerima lelaki baru dalam hidupnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Pertemuan Tak Terduga
Perjalanan dari Jakarta hingga kini tiba di Malang membuat keduanya memerlukan istirahat yang cukup agar nanti malam kondisi tubuh lebih fit untuk beraktivitas dalam agenda kegiatan.
Sesampai di kamar Bisma langsung mengistirahatkan jiwa dan raganya di atas kasur untuk mengurangi rasa lelah hati akibat pembicaraan yang sangat menyita pikiran dan perasaanya atas semua kisah Deby yang ia dengar dari teman seperjalanan.
Ponselnya berbunyi menandakan pesan dari aplikasi hijau masuk. Dengan tak bersemangat ia membuka untuk melihat pesan yang dikirim Deby.
‘Honey udah nyampe di mana? Aku sekarang ada di rumah mama, baru pulang dari mal bersama teman.’
Bisma merasa jijik setelah membacanya. Ia yang selama ini bersemangat untuk mendengar dan mengetahui kabar sang kekasih jika mereka berjauhan, kini enggan untuk membalasnya.
Tangannya bermain untuk men-scroll status yang menarik perhatiannya. Ia melihat status mbak Mayang yang sedang live. Ia terkejut melihat seorang perempuan berhijab yang sedang menyuapi batita menggemaskan.
“Penampilan baru, semangat baru, dan menuju jodoh baru .... “ terdengar tawa renyah Mayang saat menyorot perempuan muda dan batita mungilnya.
“Apa an sih mba .... “ suara perempuan dengan nada merajuk itu membuat Bisma menajamkan pendengarannya.
“Ajeng, Lala .... “ guman Bisma seraya membesarkan gambar untuk melihat tangkapan layar pada ponselnya.
Ia terkejut melihat sosok perempuan berhijab yang sedang menyuapi Lala adalah Ajeng mantan istri yang telah ia talak. Wajahnya kelihatan berbeda dengan hijab yang ia gunakan. Tak dapat ia pungkiri, penampilan baru Ajeng membuat perubahan yang sangat signifikan.
“Semakin cantik .... “ tanpa sadar bibir Bisma terucap kata-kata yang tak pernah terlintas dari benaknya akan fisik sang istri saat masih bersamanya.
Ia terus menikmati pemandangan indah yang tersaji melalui layar smartphone dalam genggaman tangan. Senyum tipis tanpa ia sadari terbit di ujung bibir melihat keakraban yang terjadi.
Malam telah datang. Bisma sudah bersiap untuk menghadiri seminar “Pemberdayaan UKM dan UMKM Untuk Penyerapan Tenaga Kerja Demi Terciptanya Masyarakat Sejahtera” yang diadakan Kemendag bekerja sama dengan Kemenaker dan Kemenparekraf dengan fasilitator diskopindag Malang.
Agenda malam ini selain menghadirkan para pengusaha dibidangnya masing-masing yang melibatkan pihak pemerintah juga akan memberikan beberapa penghargaan kepada para UKM dan UMKM yang telah berjasa dalam menyerap tenaga kerja di bidangnya masing-masing.
Walau pun tubuhnya masih terasa lelah, tapi tak menyurutkan Bisma untuk datang mewakili kepala dinas Kopindag (Koperasi Perindustrian dan Perdagangan) kota Malang yang saat ini sedang melakukan perjalanan dinas ke luar negeri bersama Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).
Ia telah dua bulan menjalankan tugas baru di tempat yang berbeda. Bisma belum sempat menceritakan kepindahannya pada mama dan Mayang. Tapi sekarang ia rutin mengunjungi keduanya walau pun tidak setiap pekan.
Ia melihat kondisi mamanya sudah sehat. Mayang pun kembali beraktivitas menjalankan usaha mamanya di bidang kuliner serta makanan olahan. Perpisahan yang terjadi antara dirinya dan Rudi, membuatnya kini bangkit kembali. Dan Bisma sangat lega akan hal itu.
Bersama rombongan ketiga kementerian yang turut hadir Bisma dan Andrean duduk di kursi VVIP yang telah disediakan pihak panitia penyelenggara. Ia merasa tidak sendiri, Andrean seorang teman yang baik dan berbincang dengannya membuat pikiran Bisma terbuka akan banyak hal.
“Bagaimana perasaanmu sekarang?” pertanyaan Andrean membuat Bisma mengalihkan atensinya dari panggung tempat ketua panitia penyelenggara sedang memberikan sambutan.
“Sudah lebih baik,” Bisma menjawab dengan cepat. Ia tak ingin kecewa terlalu lama atas berita yang ia dengar tentang masa lalu kekasih yang sudah ia target untuk hidup mendampinginya di masa depan.
“Syukurlah,” ucap Andrean dengan senyum, “Ku pikir kamu gak akan muncul karena menghabiskan waktu meratapi nasib karena salah memilih pasangan.”
Bisma tersenyum kecut mendengar perkataan lelaki mapan di sampingnya. Matanya kembali fokus ke depan dan mulai mendengarkan pidato sambutan kementerian perdagangan yang diwakili oleh staf ahli.
Satu demi satu kata sambutan dari pihak kementerian telah berlangsung. Tepat jam sepuluh malam acara pembukaan workshop dan seminar ditutup yang akan dilanjutkan besok pagi hingga siang hari.
Saat hendak kembali ke kamar untuk beristirahat, langkah Bisma terhenti. Suara yang ia kenal dan pernah membersamainya terdengar begitu dekat di indera pendengarannya.
Ia mencari arah suara, yang ia lihat hanya sosok perempuan berhijab yang membelakanginya dan berjalan dengan cepat bersama rombongan para pelaku UKM dan UMKM yang menjadi tamu undangan dalam kegiatan yang dimaksud.
Bisma hanya menggelengkan kepala dengan senyum tipis yang terukir di sudut bibirnya. Ia jadi heran, kenapa pikirannya seolah mengatakan bahwa perempuan berkaca mata yang lewat di depannya adalah Ajeng.
Tak mungkinlah ...
Akhirnya Bisma memasuki kamar dan menghempaskan tubuhnya di pembaringan. Rasa kantuk dan letih bersamaan menyerangnya, hingga Bisma pun terlelap dalam pelukan malam.
Keesokan paginya dengan fisik lebih fresh, Bisma turun ke ballroom untuk mengikuti acara sekaligus penutupan yang akan dilakukan pihak Kementerian Tenaga Kerja.
Kini acara terakhir yang ditunggu para undangan khususnya para pengusaha yang bergerak di bidangnya masing-masing yaitu penyerahan penghargaan kepada para pelaku UKM dan UMKM.
Bisma melihat antusias dari para pelaku UKM dan UMKM yang namanya dipanggil satu demi satu untuk mengambil penghargaan berupa sertifikat dan uang pembinaan dari kementerian, hingga tiba-tiba mendengar nama yang tidak asing di telinganya.
“Ajeng Lestari Handayani .... “ suara panitia membuat mata Bisma membulat dan pandangannya langsung mengitari aula yang luas untuk mencari nama yang disebut.
Sesosok tinggi semampai berhijab dengan pelan berjalan menuju panggung untuk bergabung dengan para pengusaha yang namanya telah dipanggil terlebih dahulu.
Glek!
Bisma menelan saliva yang terasa nyangkut di tenggorokan. Benar-benar di luar dugaannya. Bagaimana bisa baru enam bulan perpisahannya, tapi kini Ajeng telah menjadi seorang pengusaha dan namanya bersanding dengan seluruh pengusaha yang bergerak di bidang UKM dan UMKM yang akan mendapatkan penghargaan serta uang pembinaan dari pemerintah pusat.
Matanya tak berkedip memandang sosok sang mantan yang kini tampak bersinar bersama para pengusaha yang kini berdiri berjajar menunggu instruksi selanjutnya dari MC yang masih stay di pentas.
“Wah, ternyata ada juga wajah dan pemain baru yang mendapat penghargaan kali ini,” ujar Andrean saat matanya memandang satu demi satu peserta yang mendapat penghargaan sejumlah 10 orang.
“Anda sangat hafal dengan para pengusaha itu ... “ Bisma berkata dengan menatap Andrean keheranan.
Sedikit banyak kini ia mengetahui sosok Andrean yang berprofesi sebagai pengusaha ternama dan menjadi ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), yang jam terbangnya sangat tinggi dalam setiap workshop atau seminar serupa yang diadakan kementerian terkait yang memintanya hadir sebagai nara sumber.
“Tentu saja,” jawab Andrean cepat.
Kini pandangan Andrean lurus menatap ke satu titik. Dan Bisma menyadari bahwa pandangannya mengarah pada Ajeng yang selalu mengulas senyum tipis di bibirnya.
“Menarik untuk dipertimbangkan.... “ suara pelan Andrean tertangkap di indera pendengaran Bisma.
“Maksudmu?” kejar Bisma tak sabar mendengar ucapan Andrean saat memandang Ajeng.
Senyum tipis terbit di wajah Andrean. Matanya terus fokus menatap Ajeng membuat Bisma semakin penasaran. Ia yakin banyak hal yang tidak ia ketahui tentang aktivitas sang mantan ketika tak lagi bersama.
“Usahanya melesat dalam dua tahun belakangan,” suara Andrean terdengar lagi di telinganya.
“Maksudnya?” rasa penasaran Bisma membuatnya terus mengejar Andrean untuk memberikan jawaban yang memuaskan.
Kalau dipikirkan secara logis, tidak mungkin Ajeng memulai usaha saat masih bersamanya. Ia tau, masa itu Ajeng masih menjadi pegawai bank pemerintah dan tidak pernah meninggalkan tugas untuk keperluan apa pun, kecuali saat cuti melahirkan putri mereka.
“Aku sendiri tidak percaya ketika panitia menyodorkan namanya sebagai nominator yang akan menerima penghargaan,” senyum terbit di wajah Andrean saat menjawab pertanyaan Bisma.
“Bagaimana kamu mengenalnya?” tak sabar Bisma mendengar perkataan Andrean yang seperti mengenal Ajeng jauh sebelumnya.
“Ternyata UMKM-nya telah dimulai saat ia masih aktif sebagai pegawai bank. Dan yang menjalankan usahanya adalah saudaranya selama dua tahun berjalan,” jawab Andrean logis.