Fiandra tak menyangka jika dirinya akan berjodoh dengan seorang dosen yang selalu memarahinya bernama Ilham. Mereka di paksa menikah dan menjalani pernikahan, meskipun keduanya menolak. Keinginan kedua orang tua Fiandra dan Ilham begitu kuat untuk menikahkan mereka, hingga mereka melakukan satu cara, untuk menjebak keduanya agar bisa menikah... bagaimana kisah mereka? akankah cinta hadir di tengah permusuhan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi Harinya
Matahari baru saja muncul ke permukaan. Ilham dan Fiandra duduk saling membelakangi dengan tangan saling menopang dagu. Mereka sendiri bingung harus berbuat apa. Sesekali keduanya menguap karena semalam tidak bisa tidur.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Perut mereka sudah terasa kerongkongan.
"Aduh sampai kapan sih kita di kurung seperti ini, Pak?" keluh Fiandra.
"Ya gak tau!" celetuk pria itu dengan santai. Ilham menoleh ke belakang. "Kamu ikut SP saya, kan Fi?" tanyanya.
"Iya ini semua gara-gara bapak yang sering kasih saya nilai E. Sekarangkan Saya sudah jadi istri bapak, minimal kasih saya nilai B, gitu pak. Bukannya bapak juga yang malu kalau punya istri...."
Ilham langsung menginterupsi."Goblok seperti kamu...?"
"Nah itu dia!"
"Gak ada hubungannya status suami istri dengan nilai kamu.Biar gak malu-maluin. Mulai sekarang kamu harus belajar sama saya."
Wajah Fiandra berbinar- binar. "Wah boleh juga pak! Gratis kan?" tanyanya.
Ilham membuang mukanya. "Mana ada yang gratis di dunia ini."
Bibir Fi kembali mengerucut. "Masa iya, sama istri sendiri pakai bayar," dengusnya.
"Ya tapi gak bayar pakai uang, sih." Lirih Ilham sambil tersenyum menaik turunkan alisnya.
Mendengar bayaran tidak berupa uang, Fiandra langsung menoleh dengan penuh semangat. "Seriusan, pak? kalau gak pakai duit, pakai apa?" tanyanya antusias.
"Ya nantilah, saya beritahu. pokoknya saya jamin otak kamu yang ngadat itu bakalan encer."
"Oke siap, Pak!" ujarnya dengan penuh semangat. Sementara Ilham mengulum senyumnya merasa mangsanya sudah masuk jebakan.
Kreak.. terdengar anak kunci terbuka. Keduanya langsung menoleh ke arah pintu.
Romlah muncul di balik pintu sambil mesem-mesem. "Selamat pagi penganten baru, sekarang silahkan keluar kamar," Wanita paruh baya itu tertawa mengejek.
Ia lalu menarik sebuah koper. "Nyak tunggu kalian berdua sarapan." Romlah kembali menutup pintu itu.
"Nyak! itu ada koper aye!'" Fiandra yang kesal langsung menyibak selimut lalu bangkit, dia lupa jika saat itu tengah memakai lingerie Super tipis dan seksi. Dengan santai ia melewati Ilham.
Secara reflek Ilham melototkan bola matanya, miliknya langsung berdiri tegak melihat bentuk tubuh Fiandra yang tercetak jelas hanya di tutupi kain menerawang itu. Agar tak kelihatan bagian bawahnya menonjol, dia sedikit membungkukkan tubuhnya...Deg deg jantung Ilham berdetak tak karuan, rasanya tak kuasa menahan diri lagi. "Sialan pagi-pagi sudah bikin terangs*ng dengus Ilham. Dia langsung menuju kamar mandi untuk menidurkan adiknya.
Fiandra sibuk mencari pakaian yang pantas. Setelah membongkar koper miliknya ia mengganti pakaian itu dengan kais oversize dan celana training.
Setelah itu dia menuju kamar mandi. Tanpa permisi, dia langsung membuka pintu. Bola matanya terbelalak.
''Akh!" Ilham dan Fiandra sama-sama menjerit karena kaget.
Fiandra memekik sambil menutup matanya."Bapak!"
Ilham yang belum selesai dengan rutinitasnya, secara reflek memakai celana boxernya. Lalu menghampiri Fiandra yang masih terpaku dengan tangan dan kaki gemetar.
"Kamu ngapain sih Fi?!" tanya Ilham kesal.
Fiandra diam saja."Fi kamu kenapa?" tanyanya sambil mengguncang tubuh gadis itu. Tubuh Fi bergetar semakin kuat dan tiba-tiba saja gadis itu tumbang.
"Fi!" teriak Ilham panik. Dengan cepat ia menyambar tubuhnya. lalu mengangkat tubuh istrinya dan di bawa diatas tempat tidur.
"Fi! sadar fi!" Ilham menepuk pipi Fiandra dengan panik.
Mendengar suara berisik Romlah segera datang. Dia kaget begitu melihat menantu kesayangannya terbaring dengan wajah yang pucat. "Ya Allah! Fi lo kenapa?" tanya wanita itu dengan panik. Ketika mendekati menantunya Fiandra sudah membuka matanya. Gadis itu pun menanis. "Fi lo kenapa?" tanya Romlah sambil mengusap kepalanya.
Fiandra melirik Ilham dengan ekspresi ketakutan. "Ilham ambil minum!" titah Romlah.
Ilham segera keluar dari kamar, sementara ekor mata Fi tertuju pada suaminya.
"Fi lo kenapa? lo di paksa Ilham ?" tanya Romlah.
Fiandra menggeleng dengan cepat.
"Terus kenapa lo pingsan?" tanya Romlah dengan sabar.
"Aye,,, aye gak sengaja melihat belalainya pak Ilham Nyak," jawab Fi tergagap.
"Hah gak sengaja bagaimana. Bukanya lo udah cobain ya?" celetuk Romlah dengan santai.
"Ih gak mau lah Nyak. Aye ngeri, punya pak Ilham segede gaban gitu!" ujar Fi sambil bergidik.
Haha! tawa Romlah pecah. "Fi... fi ada ada saja ya lo. Gak mungkin lah, punyanya ilham segede gaban! haha."
"Ih Nyak kok ketawa aja sih, gak percaya apa!" Dengus Fi dengan kesal.
"Habisnya lo ada ada saja sih. Baru lihat saja dah pingsan lo!"
"Habisnya aye takut Nyak! Aye mau pulang saja."
Ilham datang membawa minuman. "Nih minum Fi." celetuknya sambil menyodorkan segelas air putih.
Dengan tangan gemetar Fi menerima air tersebut lalu meminumnya.
"Sudah kalian selesaikan masalah rumah tangga kalian dulu. Bicarakan baik-baik, ini masalah yang sangat krusial dalam rumah tangga, mau gak mau lu harus terima Ilham apa adanya Fi. Meskipun punyanya segede gaban menurut lo." Romlah beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menghampiri pintu.
Kreak pintu itu tertutup kembali tinggallah mereka berdua di kamar itu. Keadaan hening beberapa saat. Ilham dan Fiandra saling mencuri pandang beberapa kali.
Beberapa saat bergeming, akhirnya Ilham membuka suaranya. "Menurut kamu bagaimana Fi?"
Fiandra menoleh ke pria itu. "Bagaimana apanya, Pak?"
Ilham mengusap kedua telapak tangannya. "Ya tentang pernikahan kita."
''Terserah bapak saja deh!" celetuk Fi.
Ilham menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Ya saya sih bisa menerima kamu, tapi kamu juga harus bisa menerima saya."
"Hah! Menerima bapak? termasuk punya bapak yang segede gaban itu?" celetuk Fi dengan wajahnya yang polos yang terlihat kaget.
"Ya mau bagaimana lagi. Kan gak bisa di potong, atau di kecilin." Ilham menoleh sambil mengulum senyumnya.
Hmm kira-kira Fi mau gak ya, reader 🥰😘.
Sorry author baru up kemaren maag author kambuh.
apa kabar dengan duo enyak udah dapat belum berburu para duda 😍 semoga dapat ya nyak 😂😂😂😂