Rere Anita, sungguh tidak menyangka kalau sang suami yang selama ini mengaku lemah syahwat ternyata memiliki selingkuhan dan anak yang sudah besar.
Mendapati fakta itu membuat Rere sakit hati karna uangnya telah banyak habis untuk menyembuhkan Sang suami yang mengaku lemah syahwat itu.
Hingga Rere mencari sosok pria bayaran yang harus bisa membantu dirinya balas dendam, dengan kekayaan Rere sebagai pancingan.
"Aku hanya membutuhkan pria m0k0nd0 saja, karna hanya untuk memuaskan aku dalam hal ranjang dan haus dahaga akan pengkhianatan suamiku." ucap Rere dengan sangat angkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
“Apa tidak mungkin katanya? Lalu apakah maksud dia lebih baik menumpukkan kesalahan padaku saja, begitu?” Batin Rere, ia terus mengumpat Saka di dalam hati. “Aku tidak pernah menyangka telah menikah dengan pria tidak tahu diri seperti Saka!”
Dengan rasa kesal didalam hati Rere melera pelukan tersebut, semakin terlihat setiap ekspresi wajah palsu dari Saka yang selalu diberikan padanya. Rere tersenyum kecut saja mendapati fakta itu, ia sudah tidak tahan lagi.
“Aku akan mengadukan semuanya kepada Nenek, Mas. Setidaknya dia harus tahu masalah apa yang membuatku tidak kunjung hamil sampai sekarang,” Kataku.
Tidak menunggu respon dari Saka dulu langsung Rere melangkah maju tapi tangannya ditarik oleh Saka. Tentu saja langkah Rere menjadi terhenti, Rere melirik kearah Saka yang menatapnya sangat tajam. “Kau mau membuatku hilang muka didepan Nenek, Ha?” Tanyanya dengan sedikit penuh penekanan.
Saka mendorong Rere untuk kembali duduk di sofa, ia menatap wanita itu sangat tajam. “Tidak bisa seperti itu, Rere. Dimata Nenek aku sangat sempurna, jangan membuat penilaian buruk ada dalam diri Nenek untukku.” Ucapnya.
Ayolah Rere ingin tertawa mendengar apa yang Saka katakan, sangat menggelitik perutnya. “Kalau Mas tidak mau keburukan ini diketahui Nenek, maka berhentilah menjelekkan aku didepan Nenekku sendiri!” Kata Rere, ia bangkit hingga saling tatap tajam dengan Saka.
“Aku muak, Mas. Kau yang lemah syahwat kenapa aku yang harus menanggung kemarahan dari Nenek? Apakah menurutmu semua itu pantas aku terima, hem?” Rere tertawa kecil, ia menatap malas Saka yang masih terdiam.
Saka menghela napas panjang, ia menatap sangat dalam Rere yang tidak menatapnya sama sekali. Perlahan pelan-pelan dengan penuh kelembutan Saka meraih tangan Rere yang bersedekap didada. Ia membawa tangan itu untuk ia kecup sampai lama, tentu saja Rere sampai terdiam dengan semua hal yang dilakukan Saka.
“Aku akan berusaha lagi untuk sembuh, sayang. Tapi, aku membutuhkan uang lagi..” Ujar Saka, ia menatap Rere sangat serius.
Mungkin Saka merasa jika Rere akan terpesona dengan tatapan penuh cinta palsu yang ia berikan. Padahal yang sebenarnya hanya ada kebencian yang sangat dalam dihati Rere sekarang. Tatapan Saka saat ini Rere artikan sebagai tatapan pengemis atau bahkan penipu handal.
“Berapa jumlah uang yang Mas butuhkan?” Tanya Rere langsung saja, ia tidak sanggup dengan segala rayuan palsu dari Saka lagi.
Saka belum menjawab bahkan langsung Rere mengeluarkan kartu hitam miliknya. “Aku rasa kartu itu cukup untuk memenuhi kebutuhan Mas yang sangat banyak..” Kata Rere, ia berlalu pergi setelah memberikan kartu itu kepada Saka.
Timbul senyuman puas diwajah Saka karena telah berhasil menipu Rere, semudah itu ternyata. Tanpa diketahui oleh Saka yang sebenarnya Rere masih memperhatikan dirinya dari belakang.
“Kepalsuan..” Kembali Rere melanjutkan langkahnya untuk menuju kamar utama.
Sepanjang jalan menaiki tangga Rere selalu terbayang dengan Galih, ya ntah kenapa ia menjadi teringat dengan tingkah aneh pria itu. Yaitu tidak menerima uang yang diberikan oleh Rere, padahal tidak pernah ada pria itu sebelumnya yang berani menolak uang pemberian Rere.
“Dia itu aneh, emang tidak suka uang atau ada sedikit gila?” Rere menjadi rindu dengan sentuhan Galih, langkah Rere berhenti dianak tangga yang hampir sampai menuju kamar.
Mengambil ponselnya di tas mahal miliknya, tidak ada panggilan dari siapapun. “Bukankah seharusnya Galih menghubungi aku, menanyakan bagaimana aku bertemu dengan Saka.. Ck, dia menyebalkan!” Semua sangat tidak sesuai ekspetasi Rere, membuat kesal saja.
Padahal Rere sudah meninggalkan nomor ponselnya seharusnya Galih menghubungi dirinya sekarang. “Ahhh.. Dia tampan, mungkin saja lagi bersama dengan wanita lain yang bisa memberikan dia uang yang lebih banyak. Itu sebabnya uang yang aku berikan tidak berarti untuknya.” Gumam Rere sembari melanjutkan langkahnya.
Ntah kenapa pikiran sekilas tadi membuat perasaan hati Rere menjadi membara sendiri. “Tunggu, jangan sampai Galih melayani wanita lain. Ahh, aku lupa memberi peraturan untuk jangan dekat dengan wanita lain disaat ada aku.” Rere terus memukul kepalanya karena melupakan janji sepenting itu.
Disaat tangan Rere menutup pintu kamar malah ponselnya berbunyi. Tanpa membaca dulu siapa yang menghubungi dirinya, langsung saja Rere mengangkat panggilan tersebut.
“Ada apa?” Yang dipikirkan Rere adalah mungkin saja Silas sedang membicarakan tentang pekerjaan hari ini.
“Bagaimana harimu setelah bertemu dengan suami palsu itu, baby?”
Suara dari sebrang telpon itu membuat Rere terdiam membeku, suara berat yang selalu membuat Rere menelan ludah setiap saatnya. “Kau Galih?” Tanya Rere, ia seakan berbunga-bunga mendapati fakta jika Galih menghubungi dirinya.
“Iya, sayang. Aku Galih, terus bersemangat menghadapi suami tidak bergunamu itu. Aku akan selalu mendukung dirimu, Baby.”
Ayolah Rere seakan kasmaran sekarang, sampai ia tidak sadar kalau Saka sudah masuk kedalam kamar. Tangan Saka berkacak pinggang sambil menatap aneh Rere yang terus tersenyum menatap layar ponselnya.
“Kau sedang berhubungan dengan siapa?” Seketika pertanyaan Saka membuat Rere terkejut.
Cepat-cepat Rere mematikan panggilan tersebut, ia menggelengkan kepala saja sebagai jawaban. “Tidak ada, Silas memberi kabar baik hal itu yang membuatku tersenyum.” Jelas Rere, ia meletakkan ponselnya di meja.
Saka mendekati Rere yang sepertinya ingin mandi, wanita itu melepaskan satu persatu anting. Dan dari pantulan cermin Rere dapat melihat Saka yang terus saja memperhatikan dirinya, melihat lekuk tubuh Rere sebenarnya.
“Apa kau berselingkuh dariku?” Tanya Saka sambil memegang pundak Rere.
“Kenapa Mas menuduhku begitu?” Tanya Rere balik, ia menanggapi dengan ketenangan.
“Karena kau tidak pernah tersenyum dengan panggilan Silas, Sayang. Aku tanya sekali lagi, apa kau berselingkuh?” Tanya Saka lebih detail lagi.
Rere meletakkan anting mahal miliknya dengan sedikit kasar, ya bisa dikatakan seperti membanting. Seakan muak dan sebal itulah yang menyesakkan didada Rere sekarang, ia berbalik badan hingga saling tatap dengan Saka sekarang.
“Mas sering tersenyum disaat mendapatkan panggilan video dari orang yang tidak boleh aku tahu, apakah aku ada menuduh Mas selingkuh?” Tanya Rere balik, seketika Saka terdiam.
“Karena Mas tidak suka dituduh bukan, kata Mas.. Harus saling percaya, untuk apa menjalani hubungan kalau tidak ada saling percaya. Itu kata, Mas dan aku mencoba mengikuti standar yang telah Mas berikan.”
“Lebih tepatnya, kalau Mas tidak mau dicurigai maka berhenti mencurigai aku.” Perjelas Rere lagi. “Aku ulangi, berhenti mencurigai aku jika ingin aku percaya dengan sangat baik, Mas.” Kembali Rere berbalik badan dan langsung pergi menuju bathroom.