Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meluluhkan
malam hari
resepsi pernikahan diadakan malam hari namun kali ini pestanya diadakan di outdoor, tifany yang diminta langsung oleh pengantin untuk menyiapkan acaranya lebih dulu mengecek apakah semua sudah siap dan tak ada yang terlewatkan
"gimana persiapannya?" tifany masih dengan baju santainya karena belum bersiap lebih dulu memastikan semua persiapan aman
"beres bu, sudah seratus persen tinggal tunggu waktu saja" pegawai yang menemani tifany berkeliling dan juga sebagai penanggung jawab acara
"oke, kalau begitu saya akan bersiap dan kembali lagi nanti" tifany merasa apa yang sudah disampaikan oleh pegawainya benar tak ada yang belum selesai dan tifany memutuskan kembali ke kamarnya untuk bersiap
"hei, mau kemana?" cavero melihat tifany melangkah dengan cepat dan tak melihatnya
"em, mau bersiap acaranya akan segera dimulai" tifany menjawab jujur dan "maaf ya mas saya duluan" tifany pamit
"iya fan" cavero memandang langkah tifany dan cavero yang terlihat sudah rapi kembali ke kamar hotel memutuskan untuk menemui tifany sebelum acara dimulai
Tifany yang sudah sampai dikamar langsung menuju kamar pengantin untuk minta di make up karena ia tak begitu pandai merias diri
"permisi! Kalian ngga lagi aneh-aneh kan" tifany membuka pintu kamar pengantin perlahan
"engga dek, masuk" ucap regi yang sedang duduk dan memainkan ponselnya sedang menunggu elsa selesai make up
para mua dan asistennya tertawa dengan pertanyaan tifany
"dia memang konyol miss" ucap elsa pada mua nya
"miss saya boleh ngga sekalian di make up in?" tanya tifany yang malas untuk melakukannya sendiri karena tak ahli
"boleh dong say, duduk dulu ya sebentar lagi selesai"ucap miss mua
"oke!" tifany tak bisa diam menatap elsa yang nampak sangat cantik dengan balutan gown resepsi pernikahannya
lalu matanya menemukan sesuatu "hei, kenapa apa ini?" tifany menujuk dan menajamkan matanya melihat dibagian dada elsa memiliki tanda merah
Elsa segera menaikan gownnya yang sedikit turun dan menoyor kepala tifany "kurang kerjaan banget deh fan" elsa merasa malu pada yang ada disana terutama pada suaminya yang terlihat dari cermin tersenyum bangga
"maaf, kirain kamu alergi. Aku kan ngga ngerti apa-apa" ucap tifany pura-pura polos dan memang ia belum pernah merasakannya
"udah ini kalau mau make up, aku mau benerin baju dulu" ucap elsa ia beranjak dan menarik suaminya untuk menarik sleting gownnya yang belum tertutup semua agar tifany segera bersiap
"oke" jawab tifany dengan nada mengayun dan duduk untuk segera memulai mak upnya
"ini sih ngga usah tebal-tebal sudah cantik dari sananya" puji miss dan mulai mengerjakan riasannya mulai dari wajah lalu ke rambut
"fan, aku duluan ya kata mami udah banyak tamu" ucap elsa berpamitan dan keluar kamar dengan regi yang setia memegangi gown menjuntai milik istrinya agar tak terinjak
"hm, nanti aku nyusul" ucap tifany
"sudah kak, silahkan ganti bajunya" ucap miss
Tifany mengangguk dan terpesona melihat hasil riasan yang simpel tapi membuat tifany makin cantik "makasih ya miss" tifany keluar kamar pengantin dan masuk ke kamarnya yang hanya berjarak beberapa pintu saja
"loh mas kamu ngapain?" tifany melihat cavero sedang berjalan-jalan di sekitar kamar tifany
bukannya menjawab cavero malah menatap tifany karena terpesona
"em,itu...anu" cavero berbata-bata
"regi minta saya tungguin kamu" ucap cavero yang memang tadi bertemu dengan regi namun sebenarnya itu hanya karangannya saja agar dapat bersama tifany
"oh, tapi aku masih belum siap mas. Duluan aja ngga apa-apa" ucap tifany yang malah jadi gugup setelah sekian lama tak merasakan getaran ini lagi
"ngga apa-apa mas tunggu disini, santai saja jangan buru-buru" cavero bersedia menunggu tifany selesai
"hm, iya" tifany masuk ke kamarnya, lalu tak lama membuka kembali pintu kamarnya
"kalau mau tunggu di dalam" tifany memberi kesempatan untuk cavero
tanpa pikir panjang cavero masuk dan menunggu tifany mempersilahkan untuk duduk
"duduk aja mas" tifany seperti mengetahui apa yang cavero tunggu dan meninggalkan cavero tanpa kata-kata lagi
Di dalam ruangannya masih ada pintu ke kamarnya jadi tifany tak khawatir saat berganti baju
dan segera mengganti baju dengan cepat agar cavero tak lama menunggunya
Sekitar lima belas menit tifany keluar dari kamar dan sudah siap "ayo mas" ajak tifany terdengar geli oleh dirinya sendiri
"hm, ayo!" cavero mengikut langkah tifany dari belakang rasanya ingin sekali memeluk tifany namun ia takut malah akan membuat tifany menghindarinya
"sudah makan?" pertanyaan aneh dari cavero yang bingung akan membuka obrolan apa dengan tifany
"belum, kamu sudah?" tifany membalas bertanya juga pada cavero keduanya seperti sangat gugup dan suasana menjadi canggung
"mas, ada papi" tiba-tiba tifany menarik cavero untuk berbelok araha agar tak bertemu dengan papinya
tifany tak mau melihat cavero terluka meski keduanya hampir sah berpisah secara negara
keduanya menempel ditembok saling berhadapan dan membelakangi pak malik yang akan kembali ke kamar mengambil sesuatu
"diam dan menunduk" ucap tifany, badan keduanya sangat dekat dan wajahnya saling bertatapan satu sama lain
tentu saja cavero patuh ini adalah momen yang dua inginkan dan tanpa sengaja tifany yang lakukan
"kan bisa dikamar fan, jangan disini" ucap papi malik setelah melewati keduanya lalu terus berjalan seolah tak kaget
"pi" tifany merasa aneh dan malah menghadang langkah papinya
"kenapa? papi buru-buru" ucap pak malik
"pi, dia mas cavero loh" tifany memperjelas lagi siapa yang bersamanya saat ini
"lalu? Udah awas nanti mamimu marah papi lama" pak malik juga dengan respon biasa saja tak seperti beberapa waktu lalu yang menghajar cavero di rumahnya
Pak malik meninggalkan tifany yang masih bingung dan cavero yang tersenyum full karena sudah mendapat lampu hijau dari orang tua tifany
"kamu ngga mau ke pesta?" tanya cavero
"i-iya ayo" tifany masih berfikir keras, bagaimana caranya papinya membiarkan tifany dan cavero bersama
"kenapa?" cavero melihat tifany masih melamun
"em, kamu dan papi udah baikan?"
Cavero berhenti berjalan dan tersenyum "kamu mau tahu?" cavero menundukan wajahnya dan mendekat pada tifany
mata tifany membelalak dan wajahnya menjauh seketika "ayo, acara mulai" tifany merasakan getaran jantungnya tak beraturan saat cavero menatap matanya
Cavero memberanikan diri menggenggam tangan tifany dan tak menerima penolakan
keduanya berjalan sampai di tempat pesta dan masih saling berpegangan meski tifany menepiskan tangan cavero
"cie.....cie" elsa meledek tifany melihat begitu dekat dengan cavero
"cie...pal* mu!" ucap tifany pelan pada elsa
"panggil aku kak!" ucap elsa yang memang sekarang menjadi kakak sepupu tifany
"ogah! Aku laper mau cari makan dulu ya" ucap tifany