Tidak perlu repot-repot nyari jodoh yeorobun, siapa tahu jodohmu sudah dipersiapkan kakek buyutmu jauh sebelum kamu lahir ke dunia Timio ini, dan ternyata jodoh pilihan kakek ini, is the trully type of a HUSBAND MATERIAL means 💜
Happy reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Venus
Keesokan harinya, Jenny kembali mengekori Arsen ke kantor sembari menyuburkan ketidak warasan yang ia tanamkan pada Sharon, Nadia, dan Rony. Sekalian menjaga suaminya dari Andin yang ia sebut Jin pirang. Geng gibah yang diketuai istri dirut Askara Corp. sedang berkumpul di pantry dengan minuman masing-masing.
Biar ngga bingung menghalunya, visual mereka ini ya yeorobun :
Sharon (sye)
Nadia
Rony, mas dimple. Mantan managernya The Prince di Kiara, malah jadi mas mas kantoran biasa 😂
"Mba, udah isi belum?", tanya Sharon.
"Hah? Isi? Isi apaan Sye?".
"Aku aja paham mba." seru Rony sambil cengengesan mencondongkan perutnya dan dielus-elus pula. Mereka sontak tertawa berbarengan.
"Hmm, belum. Aku yakin belum. Ntar dulu deh. Kita masih sibuk pacaran."
"Cielahhh... iye dah yang bucin." ledek Nadia.
Mba, pak Arsen kalo di rumah gimana sih? Kepo nih mba. Soalnya kan kalo di kantor pak Arsen orangnya rada dingin, kaku mba kayak kanebo kering." seru Nadia, tawa Jenny lebih dulu meledak mendengar Nadia menyebut suaminya kanebo kering.
"Kepo nih mba." desak Sharon.
"Beliau itu rada posesif, bukan rada lagi sih. Agak parah. Mudah overthinking, sebentar aja aku pergi gak izin dari dia, dia itu kayak kesetanan nyariin aku. Rada manja, dan boss kalian itu bucin parah, kalo udah dicuekin dia pasti ngekorin mulu, kaya anak anjing minta kepastian. Tapi dia punya hati yang hangat banget, tempat yang nyaman buat aku yang silent treatment, ngga kasar, intinya dia me ratukan aku banget. Udah ah... ntar kalian berusaha rebut dia dari aku heheheh." ledek Jenny.
Terlihat Sharon dan Nadia menyimak dengan sangat antusias, dan mereka wajah mereka mulai berekspresi aneh. Rony yang melihat itu hanya mampu geleng kepala dan menghela napasnya dikarenakan ia dikelilingi wanita-wanita aneh.
"Mulai deh lu berdua, mulai...", kesal Rony, tawa Jenny kembali meledak, hingga getaran di ponselnya memutar balikkan ekspresinya yang riang gembira menjadi datar.
'Nanda Venus' dilayar. Semua karyawan butiknya ia buatkan nama Venus sebagai nama terakhir di daftar kontaknya.
Alisnya menyatu, pasalnya Nanda tidak mungkin menghubunginya sekarang, apalagi semua rahasia ini dipegang oleh semua karyawan Venus. Tentu rahasia tentang dirinya adalah CEO dari The Venus, dari keluarga Wijaya dan Askara.
Pasti ini sangat mendesak batin Jenny sambil menekan tombol Hijau.
"Halo, Nan. Ada apa?", tanya Jenny. Beberapa detik kemudian ekspresinya berubah total, panik, dan napasnya tidak teratur. Bola matanya membulat sempurna, ia buru-buru keluar dari ruang pantry, ia tidak ingat dan tidak mempertimbangkan apapun lagi, ia hanya ingin berada di Venus sekarang.
" Mba Jenn.... Mba Jenny kenapa mba...?! Mba Jenn...", teriak Sharon mengejar hingga ke pintu tapi Jenny keburu jauh. Arsen yang kebetulan lewat melihatnya.
"Ada apa Sye?", Arsen mendekat.
"Pak Arsen, maaf saya teriak-teriak. Kaget aja mba Jenny tiba-tiba kabur kayak gitu." jawab Sharon.
Merasa ada sesuatu yang mencurigakan, Arsen meminta Billy melacak lokasi Jenny setelah sebelumnya ia memastikan istrinya itu tidak kembali ke mansion, ditambah Jenny tidak menjawab seluruh telepon dan chat darinya.
"Tuan, nona muda berada di sebuah taksi dengan plat xxxx, navigasinya menuju sebuah butik ditengah kota 'The Venus'", setelah mendapat informasi akurat dari Billy, sang tuan muda pun mengebut sesegera mungkin menyusulnya.
***
Jenny tergopoh - gopoh turun dari taksi dan memasuki butik besar itu. Terlihat suasana butik sedang hectic karena ada satu wanita yang membuat kegaduhan. Ketika Jenny masuk, beberapa saat berselang Arsen pun tiba dan mendapati keadaan serupa.
"Permisi, maaf permisi."
Jenny menerobos beberapa orang yang menghalangi jalannya. Terlihat Nanda dan empat karyawan lainnya menunduk dengan tampang kusut masing-masing, dimaki oleh seorang wanita 45 tahunan.
"Mana nih pemilik butiknya, kok ngga nongol-nongol? Takut ya? Nipu sih." sergah wanita itu.
"Ada yang bisa saya bantu ibu?", tanya Jenny dengan tenang, meski hatinya sudah sangat tidak enak, sudah kalut.
"Kamu yang punya ya?"
"Iya ibu, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya minta ganti rugi ! Saya kena tipu. Butik kamu jual barang rusak, udah gitu palsu lagi."
Deg
Kerumunan itu mulai kasak kusuk lagi, sang CEO juga sejujurnya sudah mulai tidak teratur napasnya, melihat kelima karyawannya diperlakukan seperti itu membuat dirinya semakin tidak terima.
"Boleh saya cek bu?"
"Nih...", wanita itu melempar pakaiannya yang dikomplain nya dengan kasar ke kaki Jenny, Arsen yang bersembunyi dibelakang sudah ingin pasang badan saat itu juga melihat istrinya, diperlakukan kasar, tapi ia mempertimbangkan lagi dan tetap menunggu dibelakang. Jenny pun meneliti keseluruhan kain yang dipegangnya itu dan... bingo, istri Arsen itu pun tersenyum lega.
"Hmm.. ok, kapan ibu membeli dress ini?", tanya Jenny masih ramah.
"Kemarin, baru kemarin." masih ketus.
"Ibu masih ingat siapa karyawan yang melayani anda waktu itu?".
"Itu, dia yang dipojok."
"Baik ibu, akan kita proses. Sebelumnya saya minta kartu member ibu untuk registrasi."
"Saya ngga bawa, ribet banget sih. Tinggal ganti rugi aja apa susahnya!"
"Tidak bawa ya bu, ibu ingat nomor idnya?"
"Ngga! Saya ngga ingat. Cepetan balikin uang saya. Saya ini orang sibuk. Saya minta uang saya kembali." sergah wanita itu lagi tapi dengan gestur yang lebih gelisah, tapi tatapan dan sergahan nya terus berusaha mengintimidasi.
"Ok baik bu. Kita buat yang paling mudah ya. Kita pakai sidik jadi ibu aja. Nan, ambil scanner." titah Jenny, wanita itu semakin gusar.
" Ngga usah scanner scanneran, saya mau uang saya kembali, susah amat!", bentaknya keras.
Detik itu juga kesabaran Jenny habis, ia menarik napas panjang dan menghempaskannya, sekalian melempar dengan kasar kain palsu yang dipegangnya sedari tadi.
"Woah. Heh... betina! eh maksudnya ibu, pilih yang mana? Malu banget sampe ke ubun-ubun atau berurusan sama hukum? atau mau yang lebih parah?", kesal Jenny akhirnya dan kerumunan itu pun diam, berikut Arsen yang menelan saliva nya dengan susah payah dibelakang sana, pasalnya istrinya ini spek gila premium.
"Kamu ngancem saya? Saya ngga takut. Saya punya banyak kenalan di kejaksaan. Liat aja, bisnis kamu bakal tutup sekedip mata." ancam wanita itu lagi, karyawan Jenny sudah mulai riuh dan menangis ketakutan.
"Nanda, Dita, Irene, Laura, Cikita !!! Diam!", bentak Jenny, seketika kelima karyawannya itu sontak menutup mulut.
"Mungkin tadi karyawan saya sudah terintimidasi duluan, jadi mereka ngeblank gitu aja. Tapi ibu berurusan sama orang yang salah bu. Okay... ini banyak saksi ya.
Semuanya aktifkan kamera kalian, boleh direkam, tapi saya mohon jangan disebarkan. Karena saya cuma mau punya bukti buat ke kepolisian nanti, bukan di validasi ke publik. CCTV saya ada satu, dua, tiga, sepuluh di ruangan ini dari sudut yang berbeda, semuanya aktif. Wahh seru nih." girang Jenny.
Semua yang ada disana agak bingung dengan tingkah Jenny, dituntut ganti rugi bukannya panik malah girang, kecuali Arsen yang duduk dipojokan, ia sudah yakin istrinya punya sesuatu untuk ditunjukkan kepada kerumunan itu.
"Nan, ambil stok di rak delapan, box hitam bersegel yang baru datang pagi ini." titah Jenny, Nanda karyawannya itu patuh dan segera bergegas, diikuti Dita dibelakangnya. Beberapa saat kemudian, Nanda dan Dita membawa box itu tepat didepan kerumunan, wajah ibu penuntut itu sudah tidak beraturan lagi, tapi ia tetap berusaha menguasai situasi dengan wajah angkuhnya.
Sreeet... Jenny merobek segel box yang melekat rapat itu, bunyinya menggema diseluruh ruangan.
"Bagaimana bisa ibu membeli dress ini kemarin, sedangkan di butik saya barangnya baru datang tadi pagi, saya bisa konfirmasi kurir dan pabriknya sekarang juga kalau ibu mau.", seru Jenny dengan tenang, si ibu mulai gelisah.
"Ayo kita bandingkan, dari segi kain saja sudah beda, mungkin bagi orang umum kelihatan sama, tapi saya sudah lima tahun mengerjakan hal yang sama berulang-ulang kali. Ini jelas beda. Hmmm.. saya sangat yakin ini bukan produk Venus, setiap produk saya itu ada kancing cubic silver tersembunyi di ujung kain bagian dalam, sementara yang ibu bawa ini tidak ada.", sembari membalik kedua dress itu. Wanita itu semakin gusar dan terus melihat ke arah pintu keluar.
"Chikita... suruh satpam berjaga di pintu, sepertinya ada yang mau kabur." Chikita Venus segera berlari melaksanakan perintah nona bossnya itu.
"Saya belum selesai menjelaskan ya bu, tolong tenang dulu. Selanjutnya, setiap label ukuran itu khusus dibagian dalam lipatannya ada inisial khusus, pertanggal 14 februari tahun lalu inisialnya sudah berubah dari 'J' menjadi 'JA'. Ibu costumer yang terhormat, selama lima tahun saya memiliki butik ini hanya anda yang menolak di scan sidik jarinya, karena setiap orang yang hendak berbelanja di Venus wajib menjadi member terlebih dahulu, alasan tidak ada kartu itu klasik dan kuno sekali, itu tandanya apa? Anda bukan member Venus, anda penipu!", bentak Jenny sambil melemparkan barang palsu wanita itu.
Arsen dibelakang kerumunan, semangat tak karuan meninju udara seolah menang jackpot,
"Badass banget istri gua."
Akhirnya wanita paruh baya itu menjerit, meronta-ronta minta ampun. Sore yang memusingkan itu pun berakhir, ibu penuntut itu bersujud memohon ampun dikaki Jenny, akhirnya wanita itu dilepas Jenny begitu saja, para karyawannya pun bingung begitupun Arsen. Butik pun akhirnya tutup lebih awal dan tidak satu pun mereka menyadari keberadaan Arsen.
"Nanda, lain kali kalo yang kayak gitu terulang, kamu tenang dulu jangan langsung panik. Kamu juga Dita, jelas jelas kemarin kamu libur, bisa-bisanya kalian semua nge blank." tegas Jenny.
"Hehehe... aku lupa mba, ibunya nyeremin banget, langsung bentak-bentak."
"Siapa yang punya pacar? Hayo ngaku." tuntut Jenny, dan beberapa orang mengangkat tangannya.
"Kalian cewe-cewe yang punya pacar hati-hati, kalian mudah banget dimanipulasi, dibentak dikit ngeblank, ntar dirayu dikit ngeblank. Lain kali yang modelan kayak gitu cakar aja langsung, biar aku yang nyelesaiin belakangan." kesal Jenny.
"Maaf ya mba, maaf banget nona boss..", ringis Nanda.
"Mba... mba tremor." seru Chikita tergesa mengambilkan kursi, dan Laura yang segera menyodorkan sebotol air mineral.
Glek... glek.... lega rasanya air dingin itu menyiram kerongkongannya yang mengering setelah berpidato cukup panjang hari ini.
"Mba, ini dilaporin kemana? Ke mas Jonathan atau Mba Naura?", tanya Irene.
FYI, Jonathan adalah orang yang sedari dulu mengurusi masalah internal dan eksternal The Venus, dan Naura adalah penasehatnya. Lebih tepatnya mereka juga bekerja paruh waktu disana secara tidak langsung.
"Jangan laporin apa-apa ke siapapun, hapus aja CCTV hari ini, tapi sebelumnya copy dulu kirim ke aku, takut ada apa apa kedepannya nanti. Jangan sampe Jojo ataupun Naura tahu. Jonathan pasti lagi hibernasi entah dimana, Naura lagi pusing-pusingnya sama doktoralnya, dan aku juga sebentar lagi bakal di transfer ke RSJ terdekat." keluh Jenny.
"Maaf ya mba... maaaaf banget." Nanda masih merasa sangat bersalah.
"Kamu ngga salah Nan, emang butik kita aja yang lagi apes. Oh sama satu lagi, ada member yang harus kalian blacklist, awalnya aku ngga ngenalin, tapi lama-lama aku ngerasa ngga asing, ternyata dulu dia rajin belanja disini. Dulu rambutnya masi item, sekarang udah pirang. Nan, blokir Andin Angeline sekarang."
Deg
Nanda mengecek komputernya dan benar saja ada member Andin Angeline sekarang.
"Loh kenapa mba? Dia costumer paling loyal loh, setiap ada keluaran baru, dia pasti udah ada di waiting list. Tapi udah hampir setahun sih ngga keliatan."
"Blokir aja mba cepet. Muka mba Jenny udh serem tuh." Chikita menyenggol lengan Nanda memberi kode.
"I-iya iya nona boss, diblokir sekarang." Nanda mengklik blokir.
"Okay... kelima anakku yang sebenarnya ngga berguna-berguna amat. Kita semua udah syok dan jantungan banget hari ini. Nih.... jajan sepuasnya. Beli makanan enak, beli barang bagus, bersenang-senanglah hari ini. Besok kita libur, kita buka kembali lusa.", sambil menyerahkan kartu kredit pribadinya.
"Aaaaa... nona boss.... ", kelima karyawannya itu melting dan memeluk Jenny berbarengan.
"Iyuh, stop stop... ngga usah lebay. Jangan pulang cepet-cepet, tapi ngga boleh mabuk-mabukan. Awas ya kalo ada yang dibobol cowo atau hamil duluan, gua gampar lu ye." seru Jenny, mengundang senyum pria tampan di sudut sana.
"Sipp.. nyonya Askara... aaaa mba Jenny, Cinta banget deh... ", cengesan Nanda.
Srekk.... langkah kaki yang mendekat, membelalakkan mata mereka semua.
"Tae- Taehyung....", pekik Dita melongo.
Sekian detik kemudian Dita dan karyawan lainnya berhenti mengagumi indahnya ciptaan Tuhan itu, mereka menyadari hari ini mereka gagal melindungi privasi Jenny, rahasia besar yang bertahun disembunyikannya.
"Mm-mba t-tolong bawain dress yang ini ya, se-semua warna." seru Jenny dengan tertatih dan harapan palsunya.
"Udah sayang stop. Aku udah liat semuanya, ngga usah drama lagi." seru Arsen mendekat.
Jenny yang tertunduk lesu dikelilingi kelima anaknya, sandiwaranya tamat hari ini.
Sapp
Arsen mengambil kartu yang dipegang Nanda, menggantikan dengan miliknya.
"Pakai ini saja ya nona-nona Venus, perintahnya sama, beli semua yang kalian mau, pulang lah larut malam, tapi tidak boleh mabuk-mabukan."
"Woah....", seru Nanda tanpa sadar mulutnya menganga lebar betapa tampannya Arsen dari dekat. Kemudian Dita menarik Nanda sedikit menjauh dari Arsen agar segera menyudahi mangap dan muka bodohnya.
"Hmm... ibu, mama, bunda, eomma, jungjeonmama, eonni, mba Jenina Askara, sepertinya untuk masalah selanjutnya kami ngga bisa bantu, jadi hwaiiting... ayo gais kita kabuuur...",seru Cikita dan pergi dengan heboh disusul Dita, Laura, dan Irene.
"Mmakasih black cardnya mas Taehyung , kita kabur dulu...", Nanda juga kabur dengan tergesa-gesa, sementara Jenny hanya terus menunduk, mati kutu, dan dalam hati berkata,
" Apa gua pecat aja ya mereka semua."
Jenny hanya terus menunduk melihat ujung sepatu mengkilat Arsen, dan berusaha mempersiapkan diri akan semua yang akan terjadi selanjutnya.
"Mba Jenn.....", teriak Irene muncul di pintu tapi hanya menyembulkan kepalanya saja.
Spek Taehyung kaya gitu nemu dimana???", tanyanya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Teriakan yang tadinya membuat Jenny dan Arsen menoleh ke arah sumber suara secara bersamaan.
"Pergi ngga lu...!!!!", bentak Jenny sambil mengangkat sebelah sepatunya, sementara Arsen tertawa lirih melihatnya.
.
.
.
Tbc ... 💜