TAMAT
.
Kisah Kaisar yang hidup dalam keluarga yang tidak utuh, Ayahnya menceraikan sang Ibu dan lebih memilih cinta pertamanya semasa muda dulu.
Sang Ibu terpaksa meninggalkan Kaisar karena ancaman suaminya sendiri, ia pergi membawa bayi perempuan yang masih berada diperutnya dan terlahir dengan nama Keiina yang tidak diketehaui keberadaannya oleh suaminya.
Kaisar tumbuh menjadi anak yang penuh dengan dendam dan sangat membenci sang Ayah juga istri yang sudah merebut posisi ibunya, di masa depan ia mencari keberadaan sang ibu dan adik yang belum pernah ia temui.
Apa yang terjadi dengan hubungan Kakak beradik antara Kaisar dan Keiina?
Akankah mereka saling mengenali saat bertemu untuk pertama kalinya?
Bagaimana saat cinta menghampiri Kaisar maupun Keiina, akankah pengkhiatan sang Ayah membuat mereka trauma dan membatasi diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Kaisar kembali ke rumahnya setelah mengantar Keiina pulang ke Mess nya. Ia banyak berpikir tentang semua cerita Keiina yang begitu menutup dirinya, membatasi hatinya hanya karena takut terluka.
Efek perpisahan kedua orang tua mereka membuat luka yang teramat dalam.
"Ternyata kamu pun terluka karena perpisahan Papa dan Mama." Gumam Kaisar dalam hatinya.
Tidak ada perpisahan yang tidak meninggalkan luka di hati anak yang menginginkan sebuah keluarga yang utuh. Kaisar yang menganggap dirinya hanya terluka sendirian ternyata salah, Keiina sang adik juga sama hal nya seperti dirinya, bahkan Keiina menutup hati dan membentengi dirinya untuk tidak menjalin hubungan dengan pria manapun hanya karena takut mengalami kegagalan seperti sang Ibu.
"Kami sama sama terluka." Batin Kaisar, "Dan ini karna Papa."
Kaisar menaiki tangga dan sekilas melihat Anhar yang tengah duduk di ruang televisi seorang diri.
"Baru pulang, Kai?" Tanya Anhar penuh perhatian.
"Menurutmu?" Tanya Kaisar yang terus berjalan tanpa menghiraukan Anhar.
"Sudah lama aku tidak mendengarmu memanggilku Papa, Kai." Kata Anhar dengan nada sedihnya.
Kaisar menghentikan langkahnya lalu berbalik melihat ke arah Anhar. "Dan sudah lebih dari dua puluh tahun juga, Mama tidak mendengarku memanggilnya Mama." Balas Kaisar.
"Setidaknya kau masih bisa melihatku dan mendengar suaraku. Tapi Mama, aku bahkan tidak tau apa Mama hidup dengan baik, makan dengan enak atau tidur dengan nyaman?" Desis Kaisar.
"Mamamu yang memilih pergi, Kai. Papa sudah memberinya sebuah rumah yang cukup besar, tabungan deposito yang cukup untuknya, dan saham di perusahaan kita. Jangan salahkan Papa jika Mamamu tetap memilih pergi." Kata Anhar membela diri.
Kaisar tertawa, tawa yang ditakuti oleh Anhar, sebuah tawa yang meremehkan dirinya. "Kau tau? Mama tidak akan pergi begitu saja jika kau tidak menyakitinya." Kaisar berteriak pada Anhar.
Anhar hanya diam, setiap kata yang di lontarkan oleh Kaisar memang benar adanya.
"Kau tau?" Kaisar menarik nafasnya dalam dalam, "Aku akan membalaskan setiap tetes air mata Mama yang terbuang begitu saja dan kau akan menyesalinya."
"Kai...." Lirih Anhar.
"Aku semakin membencimu, sangat membencimu setelah apa yang kau perbuat pada kami dulu, Kau yang memberikan luka di hati kami." Kaisar segera meninggalkan Anhar yang masih mematung di ruang televisi.
"Papa mengaku salah, Kai... Maafkan Papa." Lirih Anhar namun tidak terdengar oleh Kaisar.
**
Keesokan harinya, Keiina masuk kerja seperti biasa, dengan pakaian kemeja putih dan dan rok sepan selutut berwarna hitam ciri khas karyawan training.
"Keii..." Ryu memanggil Keiina dan setengah berlari menghampirinya.
"Selamat pagi calon istri." Goda Ryu.
Wajah Keiina merona merah dan menunduk, "Mas apa apaan sih." Ucap Keii malu.
"Ishh makin gemesin banget sihh.." Kata Ryu yang terus terusan menggoda Keiina.
"By the way, Mamaku titip salam untuk kamu, kata Mama kue buatan calon besannya enak." Ryu terus terusan mengulas senyum.
"Calon besan siapa?" Tanya Keiina.
"Mamamu dan Mamaku, calon besan besanan." Kata Ryu lagi.
"Ishh percaya diri sekali sih, Mas." Keiina menjadi salah tingkah.
Mereka berpisah saat menuju lift masing masing, "Keii, nanti istirahat Key mau kesini, kita makan siang bareng ya." Ajak Ryu. "Aku akan menunggu di tempat biasa ya." Ucapnya lagi.
Keiina mengangguk, "Akan aku usahakan, terimakasih ajakannya." Jawabnya lalu menuju lift khusus karyawan sementara Ryu menaiki lift khusus petinggi perusahaan.
Menjelang siang, Kaisar datang ke perusahaan Medika Group dan masuk begitu saja ke ruangan Ryu.
"Ini data Keiina yang masuk ke perusahaan." Kata Ryu memberikan sebuah map berwarna merah.
Kaisar menerimanya dan langsung membukanya.
"Keiina Putri Adelia."
"15 Desember 20XX"
Degg..
"Mama..." Lirih Kaisar sembari mengusap nama Adelia yang tercetak jelas di CV milik Keiina.
Kaisar menatap wajah Ryu, "Adelia adalah nama Mamaku, Ry." Kata Kaisar.
"Dan itu menjadi nama belakang Keiina." Balas Ryu.
"Bahkan Mama tidak berani memberi nama Wiguna di belakang nama Keii." Ucap Kaisar bersedih.
"Bukan tidak berani, Key. Mungkin saja Mamamu tidak ingin jika Papamu mengambil Keiina, bukankah hal itu yang Oma bilang." Jawab Ryu.
Kaisar mengangguk lalu membaca CV milik Keiina kembali.
"Keii kuliah hanya sampai D3 dan itu pun di universitas biasa." Kaisar mendessah tak percaya.
"Bagaimana dengan detektif yang kamu sewa? Sudah ada kabar?" Tanya Ryu.
"Aku masih menunggunya, sekarang mereka ada di daerah menyelidiki soal Mama." Jawabnya.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Ryu lagi.
"Aku ingin mendekati Keiina sebelum akhirnya aku menemui Mama." Kaisar diam sejenak, "Ry, berapa penalty yang harus aku bayar jika Keii tidak meneruskan trainingnya?" Tanya Kaisar.
Ryu tertawa, "Cukup menikahkan adikmu dengan ku, Key." Katanya dengan penuh harap.
"Adikku masih kecil, aku tidak akan menikahkannya dalam waktu dekat, aku ingin membuatnya bahagia dulu." Ucap Kaisar.
"Tapi usiaku sudah 26 tahun, Key. Mama slalu mendesakku untuk menikah. Oh ayolah Key, kamu tau kan jika aku tidak memiliki masa lalu yang buruk, aku akan menjadikan Keiina ratu di hidupku." Ryu memohon pada Kaisar.
"Entahlah, Ry. Hanya saja aku belum terpikirkan ke arah sana. Aku ingin menjaga adikku dan membuatnya bahagia dulu. Ucap Kaisar lagi. "Jadi berapa yang harus aku bayar jika adikku tidak meneruskan kontrak trainingnya?" Tanya Kaisar lagi.
Ryu menghela nafas dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Aku membebaskannya dari penalty."
Kaisar tersenyum, "Kamu memang sahabat terbaikku."
"Aku bukan lagi sahabatmu, melainkan calon adik iparmu." Ryu menaik turunkan halisnya.
Tring..
Kaisar menerima sebuah email di ponselnya dan segera membukanya.
Seketika air mata menggenang di matanya.
"Key, are you okay?" Tanya Ryu.
Tangan Kaisar mengusap layar ponselnya yang memperlihatkan seorang wanita yang sangat ia rindui sedang tersenyum ramah melayani pembeli di sebuah toko kue kecil.
"Mama...." Gumam Kaisar. "Dia Mamaku, dan Keii benar adikku, Ry." Lirih Kaisar.
Kaisar mengusap wajahnya, "Pantas saja wajahnya tidak asing, Keii benar benar mirip Mama.." Kata Kaisar, "Bodohnya aku tidak menyadari hal itu."
Ryu menghela nafas lega, akhirnya sang sahabat menemukan kebahagiaan yang slama ini hilang, yakni kehangatan seorang Ibu.
"Kamu ingin menemuinya? Lusa aku kembali ke daerah untuk praktik lagi disana." Kata Ryu.
Kaisar menganggukan kepalanya, "Aku sangat merindukan Mama, kita akan pergi bersama."
"Bagaimana dengan Keiinaku?" Tanya Ryu.
"Biarkan Keiina tetap disini dan menjalankan pekerjaannya, aku ingin ketemu dulu dengan Mama." Jawab Kaisar. "Aku ingin Mama bilang sendiri padaku, jika aku memiliki sang adik." Imbuhnya lagi dan Ryu menganggukan kepalanya tanda setuju.
Keiina tengah berkutat dengan data yang harus ia kerjakan, teman seniornya berbuat hal yang semena mena terhadapnya, hanya karena Keiina cantik dan menjadi pusat perhatian membuat para senior menjadi tidak suka dengan Keiina, terlebih saat Pak Rahmat kepala divisi memperlakukan Keiina yang hanya anak training dengan istimewa, padahal Pak Rahmat hanya ingin bersikap baik pada Keiina yang ia ketahui jika Keiina adalah teman dari Ryu.
"Udah jam istirahat, Mas Ryu pasti menungguku. Mana aku gak punya nomer ponselnya." Gumam Keiina dan kembali mengerjakan pekerjaan yang seharusnya bukan pekerjaannya.
...****************...