*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Mengapa Ibu Membenciku?
Setelah bicara dengan Vira, suaminya itu pamit untuk pergi kerja. Wanita itu mengantar hingga ke halaman dan Yudha masuk ke mobil. Sebelum masuk pria itu mencium dahi istrinya seperti biasanya.
Baru saja mobil Yudha menghilang dari pandangannya, ibu Desy datang menghampiri Vira. Dengan berkacak pinggang wanita paruh baya itu menatap Vira dengan mata tajam.
"Masuklah! Aku ingin bicara," ucap Ibu Desy dengan suara tinggi. Jika saja ada tetangga yang kebetulan lewat depan rumah mereka pasti mengira Vira dan mertuanya sedang bertengkar.
Vira tersenyum dan melangkah masuk. Duduk di sofa ruang keluarga. Ibu mertuanya memilih duduk di seberang wanita itu. Menatap dengan mata melotot seolah ingin menelan Vira hidup-hidup. Vira menarik napas, agar tidak terbawa emosi. Bagaimanapun Vira masih menghormati dia sebagai seorang mertua, ibu yang telah melahirkan suaminya.
"Aku minta hentikan dramamu!" ucap Ibu Desy ketus.
"Drama apa, Bu? Aku tidak mengerti!" ucap Vira dengan dahi berkerut.
"Jangan pura-pura bodoh, atau kamu ini sebenarnya memang bodoh!"
Vira kembali menarik napas dalam dan panjang. Berdoa dalam hati, agar Tuhan memberikan kesabaran baginya dalam menghadapi ibu mertuanya.
"Bu, aku merasa tidak pernah melakukan drama dalam hidupku. Tentu saja aku bingung dan bertanya," ucap Vira, masih berusaha sabar.
"Jangan pura-pura menjadi korban dan yang paling tersakiti. Jika kamu memang ikhlas ya ikhlas aja. Jangan pakai syarat ini dan itu. Kamu pasti ingin Yudha berubah pikiran dan tidak jadi menikah. Yang korban sebenarnya di sini anakku Yudha. Kenapa nasibnya begitu buruk hingga mendapatkan istri seperti kamu. Yang bisanya merajuk dan memasang wajah sedih untuk menarik simpati!" ucap Ibu Desy ketus.
Vira tampak menurut dadanya yang terasa sesak. Menarik napas panjang. Dia tidak ingin terbawa emosi. Jika dia marah, pasti ibu Desy akan memanfaatkan ini untuk mengadu pada suaminya agar membenci. Dia baik saja salah di mata wanita paruh baya itu, apa lagi jika dia memang marah.
"Jika Yudha mengurungkan niatnya untuk menikah lagi, aku tidak akan memaafkan kamu," ucap Ibu Desy selanjutnya.
Ibu mertua Vira itu menatapnya dengan tajam. Seolah ingin menghujam jantungnya. Namun, tanpa di duga, Vira bukannya marah tetapi tersenyum.
"Aku ingin kamu temui Weny dan minta kesediaan dirinya untuk menjadi madumu!" ucap Ibu Desy.
Mendengar perintah ibu mertuanya itu, Vira menjadi sangat terkejut. Bagaimana mungkin dia mendatangi Weny dan meminta wanita itu bersedia menjadi madunya.
Ibu Desy yang melihat keterkejutan dari wajah menantunya menjadi tersenyum. Ini yang dia bicarakan kemarin dengan Weny. Wanita itu meminta syarat agar Vira yang datang dan memintanya jadi madu.
"Kenapa harus aku yang mendatangi wanita itu dan meminta kesediaan dirinya. Bukankah Mas Yudha dan Ibu akan datang ke rumah Weny untuk melamarnya?"
"Yang dibutuhkan untuk suami bisa menikah lagi itu adalah izin dari istri pertamanya."
"Bu, bagaimana bisa ibu meminta aku menemui Weny dan membujuknya menjadi maduku. Apakah ibu tidak bisa menghargai sedikit saja perasaanku?"
Ibu Desy memandangi Vira dengan wajah sangarnya. Tidak ada rasa iba dan kasihan. Tanpa bisa dicegah air mata jatuh juga membasahi pipi Vira.
"Bu, sebenarnya apa salahku sehingga ibu tidak menyukai aku sebagai menantu? Selama ini aku telah berusaha menjadi menantu yang baik. Jika aku memang bersalah katakan saja, agar kita bisa akur layaknya anak dan menantu bukan seperti saat ini, kita seperti bermusuhan."
...****************...
Selamat Siang. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
Novel ini mama ikutkan dalam event AIR MATA PERNIKAHAN tema MERTUA KEJAM.
Mama mohon dukungannya. Terima kasih.