Saphira Aluna, gadis berusia 18 tahun yang belum lama ini telah menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas.
Luna harus menelan pil pahit, ketika detik-detik kelulusannya Ia mendapat kabar duka. Kedua orang tua Luna mendapat musibah kecelakaan tunggal, keduanya pun di kabarkan tewas di tempat.
Luna begitu terpuruk, terlebih Ia harus mengubur mimpinya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Luna kini menjadi tulang punggung, Ia harus menghidupi adik satu-satunya yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama.
Hidup yang pas-pasan membuat Luna mau tak mau harus memutar otak agar bisa terus mencukupi kebutuhannya, Luna kini tengah bekerja di sebuah Yayasan Pelita Kasih dimana Ia menjadi seorang baby sitter.
Luna kira hidup pahitnya akan segera berakhir, namun masalah demi masalah datang menghampirinya. Hingga pada waktu Ia mendapatkan anak asuh, Luna malah terjebak dalam sebuah kejadian yang membuatnya terpaksa menikah dengan majikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ina Ambarini (Mrs.IA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Majikan Pertama
Shapira Aluna, harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya juga adik satu-satunya. Aluna mendapat tawaran kerja dari guru SMAnya, Bu Farida. Bu Farida memberi tawaran kepada Luna untuk bekerja di sebuah yayasan, di sana Luna akan bekerja sebagai Baby Sitter.
Luna sudah melakukan training selama beberapa bulan selama di yayasan, Ia tengah menunggu seseorang yang membutuhkan tenaganya.
Luna sangat berharap untuk segera mendapat majikan, Luna harus memenuhi kebutuhan sekolah sang adik.
Hingga suatu hari, ada tiga orang dewasa mendatangi yayasan.
"Selamat siang, Pak, Bu. Ada yang bisa Kami bantu?" Tanya pengurus yayasan pada seorang pria bernama Khaif Xelian, Ia tak datang sendirian melainkan bersama dua orang perempuan cantik dan salah satunya menggunakan kursi roda.
"Iya. Emm Kami butuh satu orang babby sitter, dan Kami ingin hari ini juga. Ada?" Tanya Khaif dengan tegas.
Khaif memiliki perawakan tinggi, dan dada yang bidang. Wajahnya putih bersih, Ia juga memiliki alis yang cukup tebal dan hitam pekat.
Mata bulatnya menampakkan raut ketegasan ketika menatap siapapun yang menjadi lawan bicaranya, Ia memiliki seorang istri yang cantik juga tiga orang anak dan salah satunya baru lahir sekitar dua bulan yang lalu.
"Bisa sekali, Pak. Kebetulan ada satu babby sitter yang siap untuk bekerja," tutur pengurus yayasan.
"Sebentar, Saya panggilkan dulu orangnya." Penguruh yayasan itu masuk ke sebuah ruangan, dimana ketika Ia kembali Luna sudah berjalan di belakangnya.
Luna menundukkan kepalanya, tubuhnya yang mungil membuat Khaif sedikit melontarkan pertanyaan.
"Berapa usianya? Apa Dia masih di bawah umur?" Tanya Khaif sembari memperhatikan postur tubuh Luna yang mini.
Luna seketika mengangkat kepalanya, mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Khaif.
"Oh, tidak, Pak. Dia sudah cukup umur," jawab pengurus yayasan.
"Sayang. Aku kayaknya cocok deh sama Dia, Kita ambil Dia aja!" Pinta Selina, istri dari Khaif.
Khaif yang terlihat gagah berwibawa, seketika merunduk merendahkan tubuhnya di samping sang istri. Suara tegasnya berubah lembut ketika hendak berbicara dengan istrinya.
"Lin. Kok Kamu langsung main cocok aja, kan Kita belum tahu Dia seperti apa. Kenalan juga belum, terus..."
"Sayang. Apa pernah feeling Aku meleset?" Selina berucap dengan yakin.
Khaif terdiam, Ia mengatupkan kedua bibirnya dan mengingat bagaimana cara sang istri menilai sikap seseorang bahkan yang belum Ia kenal sekalipun.
"Ya sudah."
Khaif berdiri, dan kembali menatap Luna dengan tajam.
"Kami ambil Dia!" Seru Khaif.
Pengurus yayasan tersenyum, begitupun dengan Luna yang merasa senang karena Ia akan segera mulai bekerja.
"Boleh sekali, Pak. Namun sebelum itu Saya memiliki syarat khusus untuk keluarga yang akan memperkerjakan Luna," ujar pengurus yayasan.
"Syarat khusus? Apa itu?" Tanya Khaif.
"Luna hanya bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 7 malam, setelah itu Dia akan pulang dan tidak menginap di rumah majikannya." Pengurus yayasan menuturkan.
Khaif sedikit terkejut, pasalnya Ia menginginkan baby sitter yang ada di rumahnya setiap saat.
"Tapi Saya ingin yang bisa 24 jam di rumah. Memangnya apa alasan Dia tidak bisa menginap?" Tanya Khaif dengan nada yang sedikit tak terima.
"Begini, Pak. Luna ini yatim piatu, Luna hidup berdua dengan adiknya yang masih sekolah di bangku SMP. Mereka tinggal di kontrakan, dan Luna tidak bisa membiarkan adiknya tinggal sendirian. Luna harus menyiapkan keperluan adiknya di pagi hari," tutur pengurus yayasan.
"Oh, kalau begitu adiknya Luna ikut saja tinggal di rumah Kami. Bolehkan, Mas?" Tanya Selina.
Khaif menoleh, Ia tak menduga sang istri akan mempunyai rencana secepat itu.
"Luna. Mereka kan orang asing, baby sitter aja kadang tidak bisa di percaya, apalagi di tambah anggota keluarganya yang Kita juga gak kenal." Teman Selina, Yuke, menuturkan.
"Benar, Sayang. Kalau keduanya ikut ke rumah, Kita rugi dong harus memberi makan keluarganya juga!" Seru Khaif.
Luna yang mendengar seruan Khaif, seketika merasa kesal.
"Sombong banget ini laki-laki," ucap Luna dalam hatinya.
"Emangnya kenapa? Kasihan kan kalau adik Luna di tinggal sendirian, Kita juga punya anak laki-laki yang umurnya mungkin gak beda jauh sama adik Luna. Mereka bisa berteman, dan untuk makanan. Kita gak akan miskin hanya karena memberi makan satu atau dua orang, Sayang." Tutur kata Selina begitu lembut, hal itu yang juga membuat Luna merasa senang terhadap Selina.
Khaif tak membantah, Ia kembali berdiri dan memberikan keputusan.
"Ya sudah, Saya ambil Dia. Sekalian sama adiknya!" Seru Khaif.
"Alhamdulillah. Baik kalau begitu boleh Saya minta alamat rumah Bapak? Nanti Luna akan segera datang, Dia harus menjemput adiknya lebih dulu." Pengurus yayasan menjelaskan.
"Ya sudah Luna ikut Kami sekarang, dan Kami akan mengantar Dia menjemput adiknya. Iya kan, Mas?" Tanya Selina lagi yang membuat Khaif tak bisa menolak.
"Iya." Khaif terpaksa menyetujui.
"Lin. Kok Kamu segitu royalnya sama Dia?" Tanya Yuke yang merasa tak suka dengan sikap temannya yang terlalu baik terhadap Luna.
"Gak apa-apa, Ke. Apa masalahnya? Kasihan Dia harus naik angkutan umum jemput adiknya, terus naik angkutan umum lagi buat menuju ke rumah Aku. Kalau bisa bareng, kenapa harus perginya masing-masing?" Tanya Selina.
"Bu, maaf. Gak apa-apa, kok. Saya bisa berangkat sendiri ke rumah Ibu nanti, Saya janji Saya gak akan lama." Luna meyakinkan.
"Nggak. Kamu bareng Kita aja sekarang!" Seru Selina yang bersikukuh dengan keinginannya.
"Ya sudah Luna, Kamu siap-siap sekarang aja." Pengurus yayasan meminta.
"Baik, Bu. Saya ambil tas dulu," ujar Luna.
Ia pun berlari menuju ruangan, dan kembali dengan cepat.
"Saya sudah siap, Bu." Luna telah berdiri kembali di depan Khaif dan istrinya.
"Ya sudah, Kita berangkat sekarang." Selina dan Khaif berpamitan, dan Mereka pun mengantar Luna untuk menjemput adiknya.
Semua sudah di dalam mobil, dan Khaif pun mulai melajukan mobilnya menuju kediaman Luna.
"Luna. Adik Kamu ada di rumah atau masih di sekolah?" Tanya Selina.
"Biasanya kalau jam segini sudah di rumah, Bu." Luna menjawab seadanya.
"Oh, bagus kalau gitu. Jadi Kita langsung ke rumah Kamu, ya!" Seru Selina.
Luna mengangguk, sekilas Ia memperhatikan posisi duduk majikannya.
"Kok ini yang duduk di depan malah temannya Bu Selina?" Dalam hati Luna bertanya-tanya.
Terlihat jelas bagaimana tatapan mata Yuke pada Khafi, yang menurut Luna seperti menyimpan perasaan.
Namun Luna tak berlebihan dalam memikirkan hal itu, Luna tak mau ikut campur urusan majikannya. Ia hanya akan fokus pada pekerjaannya, dan akan bekerja sebaik mungkin agar dapat terus memenuhi kebutuhan sang adik juga kebutuhan dirinya.