YOUNG MARRIAGE

--

"Kalau lo nanya cowok paling ditakutin di sekolah gue dulu, jawabannya Aksa, tapi kalau lo nanya cewek paling ditakutin di sekolah gue dulu, udah pasti jawabannya Yeseul. Paham nggak lo?" ujar Salsa.

Yuna mengangguk paham setelah beberapa saat mencerna ucapan Salsa. Akhirnya setelah merengek meminta penjelasan ke Salsa, sahabatnya itu memberikan penjelasannya juga. Salsa menarik Yuna ke luar kelas dan membawanya agar duduk di depan kelas. Yuna pasrah saja, toh dia masih ingin mendengar cerita Salsa.

"Tahu nggak? Yeseul itu mantan Genta!"

"Udah tahu," jawab Yuna cepat.

"Mulai sekarang lo harus waspada!"

"Apa, sih, gue aja nggak tahu Yeseul siapa, masa gue juga harus waspada sama dia?" protes Yuna.

"Ih, bego!" Salsa menoel jidat Yuna gemas.

"Insiden beberapa tahun yang lalu itu, semuanya bermula dari si cewek gila itu!"

"Insiden apa?" Salsa memutar bola matanya kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Yuna.

"Diandra .…"

Yuna membulatkan matanya, mulutnya yang sempat menganga langsung ia tutup dengan kedua tangannya.

"Kaget, kan, lo?! Yeseul itu nggak bisa dianggap remeh. Kelihatannya aja kayak anak manja, tapi otaknya nggak sehat! Dia itu terobsesi banget sama Aksa, bahkan dia pacaran sama Genta karena mau deketin Aksa. Lo nggak tahu, kan, kalau dulu Genta juga temenan baik sama Aksa?"

Yuna menggeleng, wajahnya masih melongo kaget. Ternyata masih banyak cerita yang belum ia dengar, dan itu lebih dari apa yang ia bayangkan. Pantas saja Yuna merasa ada yang aneh dengan Genta, karena tidak mungkin seseorang mengganggu hidup orang lain tanpa sebab.

"Aksa dulu temenan sama Genta. Terus Yeseul dateng dan pacaran sama Genta. Lama-lama kedok Yeseul kebongkar, alhasil pertemanan Aksa sama Genta hancur." Salsa mengatur napasnya sebentar, insiden beberapa tahun yang lalu harusnya tidak perlu dibahas lagi, tetapi karena Yuna butuh penjelasan, mau tak mau ia harus menjelaskan semuanya. "Dan gilanya lagi, Yeseul nggak nyesel sama sekali dengan perbuatannya. Dia malah makin terobsesi sama Aksa, dan itu memancing kemarahan Genta."

"Satu sekolah tahu soal insiden itu, semuanya tahu gimana Genta sengaja ngedektin satu-satunya cewek yang dilindungi Aksa demi balas dendam."

"Maksud lo Diandra?" tanya Yuna dan Salsa langsung mengangguk. "Terus?"

"Semenjak kejadian itu kondisi sekolah jadi kacau, nama sekolah kita bahkan dipertaruhkan. Belum lagi Aksa yang hampir memperkeruh keadaan, dia hampir ngehabisin Genta di lokasi kejadian. Hadeh, ngebayangin hal itu aja gue masih ngeri! Untung aja Genta masuk kampus yang beda sama Aksa."

"Maksud lo Aksa hampir bunuh Genta?" tanya Yuna masih tidak yakin.

"Bahasa kasarnya sih gitu, tapi gue tahu Aksa ngelakuin itu karena dia marah banget. Bayangin aja, yang dirusak Genta itu Diandra, satu-satunya cewek yang dekat sama Aksa!" Yuna mengigit bibir bawahnya, sulit baginya untuk percaya cerita Salsa, tetapi sahabatnya itu tidak mungkin mengarang cerita.

"Terus, setelah itu apa yang terjadi?" tanya Yuna lagi.

"Genta dikeluarin dari sekolah, Diandra juga keluar dari sekolah. Katanya dia pergi ke luar negeri, terus Aksa masih dikasih keringanan karena papanya yang donatur tetap di sekolah kita," jelas Salsa lagi.

"Yeseul?"

"Gue juga nggak tahu, setelah membuat insiden itu dia ngilang entah ke mana. Ada yang bilang dia juga keluar negeri dan lanjut sekolah di sana, tapi hari ini dia tiba-tiba muncul di kampus kita, dan ngebayangin ketemu dia lagi gue jadi mual!"

"Gue paham sekarang!"

"Mau ke mana lo?" tanya Salsa karena Yuna tiba-tiba berdiri.

"Gue harus ketemu sama cewek gila itu!" Salsa langsung melongo.

"Ih, jangan Yuna! Lo nggak tahu apa yang bakal dia lakuin ke elo, sebaiknya dia nggak tahu kalau lo deket sama Aksa! Lo bisa habis bego!" peringat Salsa dan menarik Yuna agar duduk kembali.

"Nggak, Sal, cewek kayak dia harus dikasih pelajaran. Lo nggak tahu, apa aja yang udah Aksa alamin gara-gara digangguin sama Genta mulu! Dan itu semua gara-gara cewek itu!"

"Gue juga paham kalau itu, tapi Yeseul bukan tandingan lo!" Yuna diam dan menggenggam tangannya kuat-kuat.

"Gu--"

"Lo bedua ngapain di sini? Nggak masuk? Mau ikut gue bolos?!" Jae tiba-tiba sudah berdiri di belakang Yuna dan Salsa.

"Apa, sih, nggak guna lo ke kampus kalau bolos mulu," marah Salsa dan langsung menarik Yuna masuk kembali ke kelas.

"Ini Salsa kalau di kandangin sama singa, kayaknya singanya bakal nangis dah. Galak bener!" gumam Jae lalu melanjutkan langkahnya menuju ke tempat bolosnya.

Di sisi lain Aksa yang berada di markasnya masih terlihat sibuk dengan benda pipih di tangannya. Antensinya beralih ketika ada yang membuka pintu. Itu Reno yang datang dengan seorang gadis yang mengekor di belakangnya.

"Yeseul?!" Aksa bergumam, ia langsung menegakkan duduknya.

"Aksaaaaaa!" Yeseul langsung berlari antusias ke arah Aksa.

Brak!

Belum sempat Yeseul menyentuh Aksa, langkahnya sudah terhalang oleh meja yang barusan ditendang oleh Aksa. Tatapan tajam yang ia berikan tak membuat Yeseul gentar apalagi takut, dia malah memutari meja dan melangkah lagi ke arahnya. Masih tak sempat, saat Yeseul sudah duduk di kursi Aksa malah berdiri dan langsung meninggalkan markas.

"Lain kali lo bawa dia ketemu gue, gue habisin lo," ujar Aksa seraya menepuk bahu Reno.

Ia membanting pintu markas dengan kuat, hal itu sudah bisa menggambarkan betapa kesalnya dia bertemu Yeseul.

"Woy, Cewek Gila! Keluar lo! Awas aja kalau lo ngikutin gue lagi," ujar Reno jadi kesal karena Aksa menyalahkannya barusan.

Aksa melangkah menuju kelas, ia tidak peduli jika harus mendapat petuah dari dosen yang mengajar karena terlambat masuk. Intinya ia hanya ingin ke kelas demi menghindari Yeseul, cewek gila yang masih saja terobsesi dengannya.

***

"Kamu kenapa, sih? Lagi badmood, ya?"

Aksa tak menghiraukan pertanyaan Yuna karena sejak melihat wajah Yeseul, mood-nya benar-benar hancur lebur. Bahkan selama perjalanan pulang dia tak bicara apa pun meski Yuna memberikan banyak pertanyaan. Masih lelah, Aksa menghempaskan tubuhnya ke sofa, begitu pun Yuna. Yuna yang sudah duduk di samping Aksa memberikan tatapan lekatnya.

"Kalau ada masalah, ngomong, Sa," ucap Yuna menggenggam tangan Aksa. Namun sayangnya Aksa masih tak menggubrisnya, dia malah menarik Yuna agar bersandar di bahunya.

"Udah, kamu nggak perlu tahu masalah ini. Kamu itu ceroboh."

Yuna mendongak menatap Aksa lalu mencubit perutnya.

"Aku tuh nggak ceroboh tahu! Cepet bilang siapa yang gangguin kamu? Cewek gila yang namanya Yeseul itu, kah?! Aku nggak takut sama dia!" Yuna berbicara dengan begitu semangat, membuat Aksa terkekeh mendengarnya.

"Iya, kamu emang nggak takut sama dia, tapi aku nggak bakal biarin kamu berurusan sama dia," ujar Aksa membuat Yuna langsung memajukan bibirnya.

"Emang kenapa, sih?" tanya Yuna makin cemberut. Ia masih heran kenapa semua orang melarangnya melawan Yeseul. Dulu ia dilarang dekat dengan Genta dan sekarang Yeseul, mereka berdua seperti buronan saja.

"Karena bidadari nggak cocok ngelawan penyihir."

Seketika Yuna terkekeh, pipinya juga merona. Ia langsung mengalungkan tangannya ke perut Aksa dan memeluknya erat-erat. Jarang-jarang Aksa menggombal dan sekalinya menggombal, ia langsung terbang ke langit ke tujuh. Namun tunggu, Yuna mendongak menatap Aksa.

"Aku bidadarinya, kan?!" Aksa menggeleng sambil menahan tawannya, membuat Yuna langsung melepas pelukannya.

"Aksaaaaaa! Nyebeliiiin!" pekik Yuna kesal dan langsung menarik rambut Aksa kuat-kuat. Dan adegan baku hantam pun tidak bisa terhindarkan lagi.

***

Jangan lupa like teman-teman🤍