NovelToon NovelToon
Mencari Aku, Menemukan Kamu

Mencari Aku, Menemukan Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Slice of Life
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dylan_Write

"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami

"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo

"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan

.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hati Yang Tak Menentu

Sesi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) akhirnya dimulai. Hari yang telah dinanti-nanti, namun bagi Asami, hari ini lebih terasa seperti ujian untuk dirinya sendiri.

Ia berjalan melewati koridor sekolah dengan senyuman yang tampak ceria, meski di dalam hatinya ada perasaan yang berbeda—sebuah pergulatan batin yang masih belum sepenuhnya reda.

"Asami, kamu sudah siap?" tanya Rika.

Asami mengangguk cepat, memasang senyum terbaiknya. "Tentu saja. Kita harus memberikan kesan pertama yang baik, kan?"

Rika tersenyum kembali, dan mereka berdua melangkah menuju ruang aula yang dipenuhi oleh wajah-wajah baru.

Asami tahu, sebagai panitia MPLS, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memperkenalkan sekolah ini kepada para siswa baru. Ia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada tugasnya, berusaha mengabaikan bisikan-bisikan kecil di dalam benaknya yang terus mempertanyakan keberadaannya di sini.

Di sela-sela kesibukan, Asami mendapat tugas untuk memimpin sesi perkenalan di salah satu kelas dari jurusan mesin. Dengan langkah mantap, ia memasuki ruang kelas yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswa baru yang menatapnya dengan penuh antusias. Ia mengatur napas, mencoba mengumpulkan kepercayaan diri.

"Selamat pagi, semuanya!" serunya dengan suara riang.

"Nama saya Asami, dan saya akan menjadi mentor kalian selama MPLS ini. Kalian boleh bertanya apa saja tentang sekolah ini, dan saya akan dengan senang hati menjawabnya."

Beberapa siswa terlihat masih malu-malu, namun ada satu di antara mereka yang menatap Asami dengan penuh perhatian, pandangannya tak lepas dari sosok gadis di depan kelas. Dia adalah Reynar Rusmana, seorang pemuda dengan mata tajam dan senyum lebar yang tampak tak sabar untuk mendekat.

Saat sesi perkenalan berlanjut, Reynar mengangkat tangannya lebih cepat dari yang lain, seolah ingin memastikan bahwa ia adalah yang pertama berbicara.

"Permisi, Kak Asami," katanya dengan nada penuh semangat.

"Saya Reynar Rusmana, dan saya sangat tertarik dengan apa yang Kak Asami sampaikan tadi. Apakah ada kesempatan bagi kita untuk mengenal lebih dekat tentang sekolah ini? Mungkin setelah MPLS selesai?"

Asami terkejut dengan keberanian Reynar, namun ia tetap menjaga profesionalitasnya. "Tentu saja, Reynar. Kamu dan teman-teman lainnya selalu bisa bertanya kapan saja jika ada yang ingin diketahui lebih jauh."

Namun, dari caranya Reynar tersenyum, Asami tahu bahwa maksud pemuda itu mungkin lebih dari sekadar ingin tahu tentang sekolah. Ada sesuatu di matanya, sesuatu yang terasa hangat dan ingin mendekat, yang membuat Asami merasa sedikit tergelitik.

Saat sesi MPLS berlanjut, Reynar terus berusaha mencari cara untuk mendekati Asami. Setiap kesempatan yang ada, ia selalu mencoba untuk berbicara lebih lama, lebih dekat, dan lebih personal. Ia menyelipkan komentar-komentar kecil yang penuh perhatian, menyodorkan senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya.

Meski di satu sisi Asami merasa senang dengan perhatian yang diberikan Reynar, ia juga merasa gugup. Apakah Reynar hanya seorang siswa baru yang antusias, atau ada maksud lain di balik tatapan matanya yang hangat?

"Kak Asami," panggil Reynar lagi dengan senyum, "Terima kasih sudah menjadi mentor kami. Semoga kita bisa terus berteman, ya."

Asami tersenyum kecil, kali ini senyumnya terasa lebih ringan. "Tentu, Reynar. Kita semua di sini adalah teman."

Namun, dalam hati kecilnya, Asami tahu bahwa Reynar Rusmana bukanlah sekadar teman biasa. Ada sesuatu yang berbeda darinya, dan Asami tidak bisa menebak apakah perasaan itu adalah sesuatu yang baik atau justru sesuatu yang harus diwaspadai.

Matahari semakin tinggi di langit, dan sesi MPLS terus berjalan. Bagi Asami, hari ini mungkin akan menjadi lebih panjang dari yang ia bayangkan.

...ΩΩΩΩ...

Di sisi lain, ada satu hal yang mengganjal pikirannya—perubahan sikap Mateo. Sejak hari pertama MPLS, Mateo terlihat berbeda, terutama dalam cara pandang dan sikapnya pada Asami.

Dulu, Mateo selalu berada di sampingnya. Tetapi akhir-akhir ini, Ia mulai menjaga jarak, sering menghindar dari Asami. Ia tidak lagi menyapa seperti biasanya, atau melemparkan sapaan jahil.

Ketika istirahat makan siang, Asami mencoba menghampiri Mateo yang sedang duduk sendirian di salah satu kursi taman sekolah. Asami berharap bisa mengajak Mateo bicara, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Mateo,” panggil Asami pelan, suaranya terdengar lembut namun sedikit ragu. “Kamu sibuk nggak? Saya mau ngomong sebentar.”

Mateo menoleh, wajahnya tampak dingin. "Ada apa?" jawabnya singkat, tanpa senyuman.

Asami merasakan hatinya mencelos mendengar nada suara Mateo yang terasa asing baginya. "Saya cuma mau nanya, bisa nggak kita pulang bareng nanti? Udah lama banget kita nggak bareng..."

Mateo terdiam sesaat, lalu ia menghela napas panjang. "Maaf, saya sibuk," jawabnya dengan nada datar. "Mending kamu cari temen lain aja buat pulang."

Asami tertegun. "Mateo, ada apa sih? Kenapa kamu jadi begini? Apa aku salah?"

Mateo menatapnya sejenak, kemudian berucap dengan nada sedikit lebih kasar, "Asami, serius. Emangnya gak ada teman lain selain saya yang kamu kenal? Kalau nggak ada yang mau bareng sama kamu, ya pulang aja sendiri!"

Kata-kata Mateo seperti tamparan di wajah Asami. Ia merasa perih, terkejut, dan bingung. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Mateo, yang selalu menjadi tempatnya bergantung, kini berubah dingin dan jauh.

Sementara itu, Zayyan, yang sedang duduk tak jauh dari mereka, diam-diam memperhatikan percakapan itu. Ia melihat wajah Asami yang berubah muram, dan mendengar kata-kata Mateo yang keras. Zayyan tahu ada sesuatu yang tidak beres, dan hatinya tergerak untuk membantu.

Tanpa ragu, Zayyan mendekati Asami yang masih terdiam di tempat. “Hei, Asami. Kamu butuh teman pulang? Aku bisa anterin, kalau kamu mau,” katanya dengan nada penuh perhatian.

Asami menoleh dengan mata yang sedikit berair. Ia menatap Zayyan sejenak, ragu, sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Iya. Makasih ya, aku… aku seneng banget kalau kamu mau nganterin aku.”

Mateo yang melihat Asami menerima tawaran Zayyan, merasa dadanya semakin panas. Ia tidak ingin mengakui rasa cemburu yang menguasainya, namun melihat Asami pergi bersama laki-laki lain membuatnya semakin kesal.

Alih-alih menghentikan mereka, Mateo memilih untuk berpaling, seolah tak peduli.

Saat Asami berjalan pergi bersama Zayyan, ia merasa hatinya tercabik. Ada rasa sakit yang mendalam, bukan hanya karena Mateo menolaknya, tapi juga karena sikap dingin Mateo yang ia tidak mengerti.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mateo berubah?

Saat bel pulang berbunyi, sepanjang perjalanan pulang bersama Zayyan, Asami mencoba tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. Ia merasa sedikit lega ada yang peduli padanya, namun bayang-bayang Mateo yang menjauh terus menghantui pikirannya.

“Ada apa, Asami?” tanya Zayyan, suara lembutnya menyentak Asami dari lamunannya.

“Kamu terlihat nggak seperti biasanya.”

Asami menunduk, mencoba menyembunyikan kesedihannya. “Nggak apa-apa, Zayyan. Aku cuma… bingung aja. Mateo kayaknya marah sama aku, tapi aku nggak tau kenapa.”

Zayyan tersenyum tipis, berusaha menenangkan. “Mungkin dia cuma butuh waktu. Kadang-kadang orang punya masalah mereka sendiri, kan? Jangan terlalu dipikirin.”

Asami mengangguk pelan, meskipun hatinya masih terasa berat. Ia ingin percaya pada kata-kata Zayyan, tapi rasa kecewa karena Mateo tak kunjung menghilang.

Sepanjang perjalanan, Zayyan terus mencoba menghibur Asami dengan percakapan ringan, membuatnya sedikit tersenyum meski hatinya masih resah.

Sementara itu, Mateo, yang melihat dari kejauhan, merasa hatinya semakin terbelah. Ia tahu ia telah menyakiti Asami, tapi rasa cemburu itu terlalu besar untuk ia tahan.

Di dalam benaknya, Mateo bergumul dengan perasaan yang tak menentu, antara keinginan untuk mendekati Asami kembali atau membiarkannya berlalu dengan seseorang yang bisa membuatnya bahagia—meski bukan dirinya.

...ΩΩΩΩ...

Hari itu, kantin sekolah ramai seperti biasa. Suara tawa, percakapan, dan dering piring beradu membentuk melodi khas waktu makan siang.

Asami duduk di salah satu sudut kantin, menikmati makan siangnya sendirian sambil memeriksa pesan-pesan di ponselnya. Ia merasa sedikit lega karena sesi MPLS yang melelahkan akhirnya selesai, memberi sedikit waktu untuk dirinya bernapas.

Tiba-tiba, Reynar muncul dari kerumunan, wajahnya berseri-seri. Ia tampak seperti sedang mencari seseorang, dan begitu matanya menangkap sosok Asami, senyumnya semakin lebar.

Tanpa ragu, Reynar langsung melangkah mendekati meja Asami, mengambil kursi kosong di depannya, dan duduk dengan santai.

“Kak Asami!” sapa Reynar dengan antusias.

“Kebetulan banget ketemu di sini. Boleh aku duduk?”

Asami menatap Reynar dengan sedikit kaget, tetapi kemudian tersenyum ramah. "Oh, Reynar! Tentu, duduk aja," jawabnya.

Percakapan pun mengalir begitu saja, tanpa hambatan. Reynar bercerita tentang banyak hal—tentang pengalaman barunya di sekolah, kesulitan-kesulitan yang ia hadapi saat MPLS, hingga kesan pertamanya tentang teman-teman barunya. Asami mendengarkan dengan seksama, tertawa di sela-sela cerita Reynar yang lucu.

Ia merasa nyaman berbicara dengan Reynar. Ada sesuatu tentang pemuda ini yang membuatnya merasa ringan, seperti beban yang selama ini ia rasakan perlahan menghilang untuk sesaat.

Reynar sangat pandai berbicara, dan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya mengundang tawa kecil dari Asami.

Namun, di sudut-sudut kantin yang berbeda, ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka dengan seksama. Mata-mata yang diam, namun menyimpan berbagai perasaan yang tak terucapkan.

Di ujung ruangan, Mateo duduk di meja bersama teman-teman OSIS lainnya, namun pandangannya terpaku pada Asami dan Reynar.

Sorot matanya tajam, mencerminkan rasa terluka yang mendalam. Melihat Asami tertawa bersama Reynar membuat dadanya terasa sesak. Ia tahu bahwa ia telah menjauh dari Asami, tapi melihat Asami dekat dengan orang lain membuatnya semakin cemburu dan kesal.

Di sisi lain, Zayyan, yang duduk bersama beberapa teman satu jurusannya di meja dekat jendela, juga memperhatikan dari kejauhan. Ada raut sedih di wajahnya.

Ia tahu betapa Mateo berarti bagi Asami, namun di saat yang sama, ia ingin menjadi orang yang bisa membuat Asami tersenyum. Melihat Asami tertawa lepas bersama Reynar, ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang. Ia kecewa karena tidak pernah berhasil membuat Asami tersenyum seperti itu.

Asami tidak menyadari semua perhatian itu. Ia hanya merasa senang bisa berbicara dengan Reynar. Percakapan mereka terus berlanjut, penuh canda dan tawa, seolah-olah tidak ada yang lain di dunia ini selain mereka berdua.

Namun, meskipun ia terlihat begitu bahagia, jauh di dalam hatinya, Asami merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah kegelisahan samar yang ia coba abaikan. Entah mengapa, ia merasa seolah sedang berada di tengah panggung, dengan banyak mata memperhatikannya dari kegelapan.

Meskipun begitu, ia tetap memilih untuk menikmati momen ini, berpura-pura bahwa segalanya baik-baik saja.

Mungkin, pikirnya, untuk sesaat ini, ia berhak untuk merasa sedikit lebih baik. Meski hanya untuk sementara.

...******...

1
ussy kusumawati
semangat💪🏻💪🏻
Anna🌻
kak aku mampir, semangat terus ya💖
Dylan_Write: Halo Anna, terima kasih sudah mampir~
Semangat juga dalam beraktivitas^^
total 1 replies
Aurora79
😂😂😂😂😂😂
Aurora79
Foolback ya kak! 😁
Aurora79
Mampir aku kak KenKen... Sepertinya menarik...😊🍻
Ind
semangat kak,saya malah lagi ongoing bab 6 🥹🥹
masih jauh...saling support yaa
Dylan_Write
Halo~
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
Anonymous
NEXXTTTTT
Gresiaa_.
semangat thorr...
Arisena
Coba-coba baca novel romansa, kyknya oke juga
smgt thor💪
Dylan_Write: Terima kasih banyakkkk
total 1 replies
Salsabila
mampir juga ya ke cerita ku💕
Salsabila
cerita nya seru
Una loca(。・`ω´・)
Memikirkan ulang
Dylan_Write: Terima kasih sudah mampir dan membaca. Dukunganmu sangat berharga(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!