Bagaimana perasaanmu selalu dituduh mandul dan selalu diselingkuhi bahkan sang suami terus membawa pulang wanita yang berbeda-beda setiap harinya.
Hingga saat sudah tidak kuat lagi akhirnya Rialina menggugat cerai suaminya, sang suami yang mendengar itu tentu senang bukan main dan tanpa pikir panjang langsung menandatangani surat cerai itu.
Ayo simak kelanjutan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Mas ingat kita tidak memiliki ikatan apa-apa jadi tidak boleh tidur seranjang."
"Aku cuman mau tidur sambil peluk kamu aku janji tidak akan berbuat hal-hal aneh."
"Tapi enggak boleh mas."
"Aku mohon Rea aku hanya ingin meminta pelukan saja saat tidur" wajah Farel mulai memelas.
"Tapi kamu jangan aneh-aneh ya?"
"Iya, ayo sini cepat berbaring di sampingku" Farel menepuk tempat yang ada di sebelahnya.
Realina dengan perlahan-lahan naik ke ranjang lalu membaringkan tubuhnya. Mula-mula Realina berbaring agak jauh dari Farel karena merasa canggung tapi dengan cepat lengan kekar Farel merengkuh tubuh Realina untuk mendekat.
"Kenapa kamu berbaring jauh sekali aku jadi susah untuk memelukmu."
"Mas jangan terlalu dekat seperti ini" Realina mulai memberontak karena kurang nyaman.
"Shutt...diam aku mau tidur agar tubuhku lebih mendingan."
Setelah Farel mengatakan itu Realina pun terdiam tidak berbicara dan memberontak lagi. Tidak lama kemudian dapat Realina rasakan nafas Farel yang sudah teratur yang bertanda Farel sudah tertidur nyenyak. Realina tidak bisa memejamkan matanya hingga setengah jam karena tidak nyaman merasakan hembusan nafas Farel di lehernya.
Tapi setelah sejam kemudian Realina baru memejamkan matanya, mungkin karena efek mengantuk. Mereka tidur hingga matahari sudah bersinar cerah, mereka baru bangun saat ada teriakan yang melengking di dalam kamar.
"Farel! Realina! ada yang kalian lakukan?!" teriak Sekar yang membuat Farel dan Realina bangun tidur dengan panik dan kaget.
Mereka berdua menengok ke kanan dan kiri panik dengan mata yang masih terpejam. "mas Farel ada apa?!" Realina panik sendiri.
"Hah...tidak tahu" jawab Farel linglung.
"Hei kalian berdua cepat bangun dan temui ibu di ruang tamu!" ucap Sekar mutlak.
Sekar pergi keluar dari kamar, sedangkan mereka berdua yang nyawanya baru terkumpul sadar bahwa mereka berdua baru terpegok oleh Sekar, Realina menjadi bertambah panik.
"Bagaimana ini mas ibu kamu tahu kita tidur pelukan."
"Udah tenang aja lagian kita cuma tidur pelukan tidak melakukan hal-hal di luar itu."
"Tapi kan mas aku jadi takut kena marah ibu kalau begini, pasti ibu mengira aku yang godain kamu."
"Ibu tidak akan berpikiran seperti itu, cepat sana cuci muka lalu turun ke bawah agar ibu tidak bertambah marah lagi."
Realina dengan cepat melesat ke kamar mandi dan bergantian dengan Farel. Saat akan ke ruang tamu Realina tidak berani lebih dulu dari Farel, dia menyuruh Farel yang jalan lebih dulu. Sampai di ruang tamu Realina mencuri-curi pandang ke arah Sekar yang wajahnya terlihat dingin dan menahan marah.
"Mas aku takut" cicit Realina yang hanya di dengar Farel saja.
"Tenang saja nanti kalau ibu marah aku yang akan menghadapinya" ucap Farel pelan dan tenang.
"Kenapa kalian bisik-bisik seperti itu? cepat duduk jangan hanya berdiri seperti patung begitu!"
Realina sedikit berjingkat mendengar perkataan Sekar yang sarat akan emosi itu. Mereka berdua segera duduk untuk menghindari luapan amarah Sekar.
"Sekarang kalian jelaskan bagaimana bisa tidur satu ranjang seperti itu mana pelukan lagi, kalian itu bukan pasangan suami istri!"
Mereka berdua diam saja tanpa mengatakan kata satu pun, Farel yang menghadapinya biasa saja sedangkan Realina sudah gemetar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Realina terus memilin jarinya karena ketakutan.
"Ayo kalian jawab jangan hanya diam saja begitu, Rea kenapa kamu melakukan semua itu ayo jelaskan ke ibu" Sekar terus menuntut penjelasan.
Realina mengangkat sedikit kepalanya, "sebenarnya..." baru satu kata yang keluar dari mulut Realina, Farel sudah menyelanya.
"Sudah Rea biar aku saja yang menjelaskan ke ibu kamu cukup diam saja" Sekar menaikkan satu alisnya.
"Jadi siapa ini yang akan menjelaskan?"
"Aku saja bu jangan Realina."
Farel mulai menjelaskan dari awal mulai dari datang ke kamar Realina hingga bisa tidur berpelukan. Sekar yang mendengar penjelasan itu mengangguk mengerti.
"Tapi Farel tidak seharusnya kamu melakukan hal yang seperti itu, ibu tidak membenarkannya."
"Ibu tahu sendiri kan kalau aku sedang sakit pasti tidak mau ditinggal dan manja" ucap Farel membela dirinya.
"Iya ibu tahu tapi kalau sampai tidur seranjang seperti itu kalian tetap salah apalagi sekarang kalian tinggal dalam satu atap, pasti nanti kalian akan melakukan hal-hal aneh selain berpelukan."
"Ibu kita enggak bakal melakukan hal-hal aneh kok tenang saja" ucap Realina.
"Walaupun kalian bilang tidak melakukan hal aneh-aneh tapi siapa tahu nanti ada bujukan setan disekitar kalian lalu kalian melakukan hal selain pelukan?"
Mereka berdua langsung terdiam, "mending gini aja kalian segera menikah saja setelah masa iddahnya Realina habis."
Realina langsung mendongakkan kepalanya menatap wajah Sekar, "ibu kenapa harus menikah?"
"Ya mau bagaimana lagi untuk menghindari zina."
"Kalau Farel sih mau aja."
"Bagaimana Rea apakah kamu mau menikah dengan Farel?"
"Tapi bu..."
"Rea demi menghindari zina lebih baik kamu menikah, bagaimana kamu setuju?"
Realina terdiam berpikir apakah dia mau menikah dengan Farel atau tidak. Kalau Realina menolak untuk menikah dengan Farel, dia akan tinggal dimana? tinggal di rumah Sekar tidak mungkin karena Keanu dan Rinta akan ke sana otomatis Realina bertemu.
Sepertinya memang lebih baik dia menerima menikah dengan Farel saja, Farel juga orang yang selama ini membantu Realina. Sepertinya Realina tidak akan susah dan sedih saat menikah dengan Farel nanti karena bisa dilihat dari perlakuan Farel selama ini.
"Gimana Rea?" tanya Sekar menuntut jawaban.
"Iya aku setuju untuk menikah dengan mas Farel" ucap Realina lirih tapi masih mampu didengar oleh Sekar dan Farel.
Sekar senang mendengarnya, sedangkan Farel tidak mampu menahan senyum senangnya. Sungguh apabila bisa selebrasi sekarang Farel akan langsung melakukannya tapi berhubung dia harus menjaga harga dirinya di depan Realina jadi dia menahannya.
"Huft...ibu lega sekaligus senang mendengar persetujuanmu ini, tinggal berapa hari lagi masa Iddahmu selesai Rea?"
"Seminggu lagi bu."
"Baik kalau begitu seminggu lagi kalian akan menikah, jadi siapkan diri kalian."
"Bu memang itu tidak terlalu cepat?" tanya Realina.
"Menurut ibu tidak malahan lebih cepat lebih baik bukan?"
"Iya yang dikatakan ibu benar" ucap Farel setuju.
"Tapi bu untuk menyiapkan sebuah pernikahan kan memerlukan waktu yang lama jadi waktu seminggu tidak cukup untuk menyelesaikan semuanya."
Realina berusaha untuk mengundur pernikahannya, dalam waktu seminggu menikah lagi? sungguh itu gila sekali menurut Realina.
"Kalau masalah dekor dan lainnya tinggal ibu suruh saja orang yang mengurusnya jadi kita tinggal terima beres saja, tenang saja Rea dalam waktu seminggu semuanya akan segera beres kamu tinggal mempersiapkan diri saja."