Di sebuah desa bagian timur kabupaten Jember yang mulai terjamah zaman modern hiduplah sebuah keluarga yang harmonis dan terpandang di daerahnya. Sepasang suami istri yang dikaruniai sepasang putra dan putri.
Putra sulung mereka Akbar Maulana telah menikah dan memiliki seorang putri yang lucu. Sedangkan putri bungsunya yang cantik,manis menjadi primadona di desa nya masih asyik dengan usahanya hingga belum menikah di usia yang menurutnya masih sangat muda untuk berkeluarga yaitu 24 tahun. Iya, Maureen Maulana namanya.
Sedangkan di ibu kota, tepatnya di pondok pesantren terkenal yang di asuh Kyai Abdul Aziz yang namanya sering di tampilkan di sosial media,berita koran maupun di televisi. putra semata wayangnya pun tak kalah menjadi sorotan, diusianya yang tergolong muda yaitu 30thn bergelar doktor lulusan Mesir tentu untuk membantu proses pendidikan di ponpes orang tuanya dan menjadi pengusaha sukses mandiri tanpa bantuan orang tuanya. sungguh pria idaman wanita " ialah Faizul A'la
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maliyaiskan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewanya Maulana
Minggu berganti Minggu, bulan berganti bulan tanpa terasa kehamilan Fathimah telah memasuki bulan ke delapan. Sedangkan kehamilan Maureen memasuki usia tujuh bulan, yang kalau di Jawa ada tradisi tingkeban atau mitoni.
Jika acara tingkeban Fathimah diadakan di kediaman Hj. Musdalifah tapi tidak pada acara tingkeban Maureen, Kyai Aziz tidak mengizinkan untuk diselenggarakan di Jember sesuai permintaan Maureen. Beliau menghendaki di laksanakan di pondok mengingat bayi yang dikandung Maureen adalah cucu pertama kyai Aziz. Beliau sangat memperhatikan nasab, janin yang ada dalam perut Fathimah adalah hasil diluar pernikahan. Maka tidak termasuk nasab dari keluarganya. Oleh sebab itu kyai Aziz lebih antusias terhadap cucu dari Maureen ketimbang Fathimah. Belum lagi beliau memiliki firasat yang tidak enak atau lebih tepatnya tidak ada sambungan batin dengan janin yang ada di dalam perut Fathimah tersebut.
Acara yang telah diputuskan diselenggarakan di pondok tersebut membuat Maureen ketar-ketir. Pasalnya keluarga Jember akan turut hadir dalam acara tersebut. Bukan tidak lain, pasti akan mengetahui fakta tentang poligami yang selama ini ia terima. Jelas itu akan membuat keluarganya terpukul mengetahui penghianat komitmen yang dilakukan suaminya.
" Siap-siap aja ketemu Abah dan Ummah by, silahkan pikirkan alasan disetiap pertanyaan yang akan diberikan oleh kedua orang tuaku. Hubby tidak lupa kan, kalau mereka tidak tahu soal poligami yang kamu hadiahkan untuk istrimu ini " Kata Maureen mengingatkan sekaligus menyindir Gus Faiz seraya menggambar model gamis sesuai ide yang muncul dalam benaknya
Terdengar helaan nafas berat dan hembusan kasar dari Gus Faiz. Siap tidak siap ia harus menghadapi mertuanya, menghindar kemanapun pada akhirnya juga akan terungkap. Ia harus terima apapun konsekuensinya, Gus Faiz berharap mertuanya bisa memahami dan mengerti tentang yang terjadi pada dirinya.
" Berjanjilah sayang, kalian berdua akan terus bersama Hubby apapun yang terjadi." Gus Faiz mengatakannya dengan berjongkok mensejajarkan kepalanya didepan perut Maureen lalu mengelus dan mengecupnya penuh sayang. Ia sadar mertuanya nanti akan sangat kecewa dan marah akan perbuatannya. Maka dari itu Gus Faiz khawatir, kekecewaan mertuanya tersebut akan mempengaruhi rumah tangganya seperti halnya menjauhkan Maureen dengan dirinya.
" Entahlah by, janjimu untuk segera menyelesaikan masalah ini saja nyatanya belum bisa kamu tepati hingga sekarang " Jawab Maureen melepaskan tangan Gus Faiz pada perutnya lalu melangkah menuju bibir ranjang
________
Bagi masyarakat Jawa, tentunya tak asing lagi dengan tradisi mitoni atau tingkeban. Biasanya, tradisi ini dilakukan pada saat usia kehamilan telah menginjak tujuh bulan.
Diadakannya mitoni dengan tujuan agar calon ibu dan calon bayi mendapatkan keselamatan sejak dalam kandungan hingga tumbuh dewasa. Kemudian, adanya mitoni dapat menjadi sarana silaturahmi bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Lalu, mitoni bertujuan untuk melestarikan budaya nenek moyang, agar tetap terjaga. Sehingga, hal ini dapat mempertahankan unsur budaya yang ada. Maka, budaya tersebut dapat menjadi ketetapan atau ciri khas bagi masyarakat Jawa.
Seperti sebelum-sebelumnya acara diselenggarakan tak cukup sehari, hari pertama diadakan acara pengajian yang diiringi group majelis sholawat pimpinan habib kondang dari luar kota. Khusus kyai Aziz siapkan untuk mendoakan Maureen dan calon cucunya.
Acara berjalan dengan lancar dan meriah, jika sebelumnya keluarga Maureen ditempatkan di ndalem tapi tidak untuk saat ini mereka di sediakan tempat khusus yaitu di hotel milik Gus Faiz yang berada sekitar seratus meter dari area pondok pesantren. Awalnya Anggun menolak, ia ingin bersama putrinya saja untuk mengobati rindu namun ditolak Gus Faiz dengan dalih agar waktu istirahat keluarga istrinya tersebut tidak terganggu dengan keriuhan tamu. Mengingat acara yang diselenggarakan tiga hari tiga malam tersebut tentu dia juga tidak ingin mertuanya jadi kelelahan.
Hari kedua juga tak kalah ramainya, paginya di isi dongeng bersama kakak profesional yang dihadiri para santri yang masih paud,TK dan SD sederajat. Sedangkan malam harinya di isi dengan istighosah akbar yang dihadiri ribuan orang juga. Namun sama sekali tidak mengurangi suasana sakral dan khusyuknya acara tersebut. Begitupun hari ke tiga diselenggarakan serangkaian acara sesuai adat Jawa yang kental. Mulai dari proses sungkeman, siraman hingga ditutup dengan dodol dawet atau rujak pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Undangan yang hadir merupakan orang pilihan seperti sanak saudara, pejabat pemerintah, kolega bisnis Gus Faiz dan juga orang-orang terdekat kyai Aziz.
Acara pada hari ketiga yang memang di selenggarakan siang hari tentu membuat keluarga Maureen juga ikut sibuk di ndalem, yang biasanya jika siang mereka di minta istirahat di hotel namun tidak untuk hari ini. Namun siapa sangka ia malah disuguhi pemandangan yang membuat matanya pedas.
" iya betul, pertahankan 1,2,3...ckrek..ckrek..ckrek " fotografer profesional mengambil beberapa gambar dengan apik nan epik
Namun kali ini bukan tampilan Maureen atau cara fotografer menata gaya yang menjadi pusat perhatian para tamu disana. Akan tetapi posisi Gus faiz yang duduk dengan dua wanita hamil di sisi kiri dan kanan nya. Yang tak kalah menjadi perhatian adalah sikap Umi Khadijah yang tampak antusias menuntun Fathimah naik keatas pelaminan mitoni khusus disediakan untuk Maureen yang sesekali Gus Faiz ikut membersamai saat sesi dokumentasi.
" Oh jadi itu istri muda Gus Faiz, Cantik istri tua nya ya bu " Ucap salah satu tamu yang duduk berkerumun dengan beberapa tamu lainnya
" Jelas lah, memang cantikan Ning Maureen. Ning Fathimah juga cantik sih tapi kalau dilihat agak lama jadi ngebosenin ya gak sih Bu " seru ibu-ibu muda yang modis
" Iya bener, tapi bisa barengan gitu hamilnya ya. Kalau aku jadi Ning Maureen palingan udah nge-reog terus tiap hari. Belum lagi kan mereka tinggal satu rumah selama ini, bayangin aja guys " Timpal ibu-ibu yang lebih berisi badannya dan berpenampilan lebih gonjreng dari pada yang lainnya
" Kalau Ning Maureen kan asal Jember ya. Lah kalau Ning Fathimah itu siapa, orang mana? " tanya ibu muda itu lagi
" Memangnya sampean gak tahu? Ning Fathimah itu kan sepupu Gus Faiz, anak dari adiknya Umi Khadijah. Guys, istri muda Gus Faiz itu hamil delapan bulan lho. Gak kebayang gimana ribetnya dengan dua istri yang sama-sama hamil " Ibu-ibu gonjreng kembali bersuara
Siapa sangka ternyata tepat dibelakang mereka ada Anggun dan Wulan yang tengah duduk menyuapi Bella makan. Jelas mereka terkejut mendengar topik perbincangan para ibu-ibu itu. Seketika Anggun berubah pias, tangannya gemetar dan matanya tampak berkaca-kaca namun segera Wulan elus punggungnya dan ia genggam tangan mertuanya itu seolah memberikan kekuatan untuk tetap bersikap tenang.
Wulan langsung menggiring Ibu mertuanya menuju Abah Maulana dan suaminya Akbar. Setelah Mereka berkumpul di tempat yang menurut mereka aman, Wulan segera menceritakan semua yang mereka dengar kepada ayah mertua dan suaminya tersebut. Tak kalah kagetnya dari Anggun dan Wulan, mereka juga sama sakitnya. Bahkan Akbar sempat emosi dan ingin segera menemui adik iparnya itu, namun dicegah oleh Maulana agar tidak merusak acara yang telah dipersiapkan untuk Maureen.
Ba'da isya selesai acara mereka semua berkumpul di ruang tamu guna membicarakan tentang poligami Gus Faiz yang baru diketahui keluarga Maureen
" Nuwun Sewu, nyuwun pangapunten Yai. Mengapa informasi sebesar ini seolah ditutup-tutupi pada kami. Padahal kami orang tua Maureen juga berhak tahu. Anak kami merupakan pelita hati kami, sangat berharga bagi kami. Lantas mengapa ini bisa terjadi bahkan pada pernikahan yang seumur jagung. Menurut saya terlalu dini untuk mengatakan bahwa putri kami kurang memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri yang tentunya masih dalam kurun penyesuaian dan tahap pembelajaran. " Ingin rasanya Maulana meneriaki besannya itu namun sekuat tenaga ia tahan karena masih menghormatinya sebagai seorang ulama terkemuka
" Sebelumnya kami minta maaf pak Maulana, sungguh ini diluar keinginan kami. Ada kondisi yang memang mau tidak mau untuk kami segera menikahkan Faiz dengan Fathimah. Kami tahu bahwa ini salah, dari awal saya pribadi sempat meminta mereka untuk jujur kepada sampean sekeluarga. Namun mereka menolak, khususnya Maureen yang tidak ingin ibunya sampai kepikiran. Jika soal kewajiban Maureen sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan terjadinya poligami ini. Pernikahan kedua ini terjadi pyur murni karena kesalahan Faiz, kesalahan kami semua sebetulnya. " Jawab kyai Aziz dengan wajah penuh penyesalan
Sedangkan Anggun tak kalah menyedihkan dari Maureen, wajah yang mulai terlihat kerutan itu pun sudah basah oleh cairan bening. Tangannya bergetar merentang dan segera membawa Maureen dalam pelukan " Anak Ummah harus kuat " ucap nya lirih
Bukannya merasa tenang, kata-kata yang disampaikan oleh Anggun bak sebilah belati tajam yang menyayat luka hati Maureen hingga makin terkoyak dan berdarah-darah.
Bibir Maureen kelu " Maafkan Maureen Ummah " meski tenggorokan terasa tercekat, kalimat lirih itu mampu Maureen ucapkan
Anggun mengusap jejak air mata Maureen meskipun air mata yang lain kembali membasahinya " Tapi adek janji harus kuat ya, demi si kecil " Maureen mengangguk
" Jujur kami kecewa Yai, tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menangis dan tersakiti sepanjang waktu " Kembali Maulana mengutarakan isi hatinya
" Maafkan kami pak Maulana " Timpal kyai Aziz yang mengerti betul perasaan besannya itu
" Kalau begitu kami akan membawa Maureen untuk ikut serta bersama kami ke Jember malam ini juga " Rasanya Maulana ingin merebut kembali gadis kecilnya, gadis ceria yang dulu selalu memperlihatkan sederet gigi putihnya saat Maulana gendong di bahunya
" Maaf kan saya Abah, saya tahu saya salah. Tolong jangan bawa istri saya bah, Tentu saya tidak akan bisa menjalani hari-hari tanpa istri di sisi saya " Sergah Gus Faiz dengan air mata yang menganak sungai di kedua pipinya, ketakutan yang selama ini menghantuinya kini benar-benar terjadi.
" Ngapunten, nyatanya Njenengan mendua Gus. Dan itu membuat kami semua kecewa. Jadi biarkan Maureen bersama kami untuk beberapa waktu. Saya faham bahwa istri merupakan tanggung jawab suami, namun saya juga berharap Njenengan bisa memahami dan tidak mempersulit itu. Ijinkan saya sebagai seorang ayah kembali merasakan pelukan sandaran bagi putrinya " apa tidak salah menantunya itu bilang tidak bisa menjalani hari-harinya tanpa Maureen tapi jelas-jelas dia berkhianat, jika tidak ingat strata keluarganya, mungkin Maulana telah membuat menantunya itu babak belur.
" Tapi Abah saya benar-benar tidak bisa jauh dari istri saya. Tolong Abah.." seru Gus Faiz dengan derai air mata
" Maaf Yai, saya tetap akan membawa Maureen ke Jember " Putus Maulana pada Kyai Aziz tanpa menoleh ke arah Gus Faiz sama sekali. Membuat Gus Faiz makin kelimpungan tak ingin mertuanya membawa Maureen ke jember
.."aku tresno karo sampeyan".. maukah jadi istriku sehidup semati
diubel up dong thor...
rujuk harus melalui perjalanan yang berat ya Thorrr.
jangan² benar nih kalau dokter Ahmad dan Gus Faiz ternyata berteman..terus bagaimana rencana Maureen tidak jalan lahh