KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian
Adik Kusno menemui ibunya didapur, lalu menanyakan apa yang sedang terjadi. Ibu kusno menjawab tidak terjadi apa-apa, hanya kesalah fahaman saja.
" Sebenarnya aku berharap mas kusno dengan marni segera berpisah bu. Buat apa punya istri seperti dia, orang miskin yang menempel saja. Masih banyak bu wanita yang mau jadi istri mas kusno," ujar Sri adik kusno.
“ Dijaga mulutmu kalau ngomong sri, ibu tidak mengajarkanmu mencela orang lain. Semua ini salahmu yang selalu minta uang sama mamasmu. Seharusnya kamu faham mamasmu sudah berkeluarga," jawab ibu kusno.
“ Tapi aku berkata benar bu, wajar jika aku meminta uang pada mas kusno. Diakan mamasku sendiri bu, sudah seharusnya dia membantu adiknya," ujar sri beralasan.
Ibu kusno hanya menggelengkan kepalanya, begitu heran dengan sikap Sri. Ibu mencoba memberikan nasehat pada sri agar mengerti.
“ Sri kamu juga seorang istri, seharusnya kamu minta pada suamimu bukan mamasmu. Tidak ada tanggung jawab dia menafkahimu. Itu semua tanggung jawab suamimu! Sekarang lebih baik kamu pulang, kamu membuat ibu tambah sakit kepala," ujar ibu kusno dengan suara seraknya.
Sri merasa tak bersalah dengan apa yang telah ia lakukan pada Marni. Karena sejak awal kusno mengenal marni ia sudah tidak menyukainya. Sudah banyak hasutan yang ia berikan pada kusno saat berada dirumahnya. Sri berjalan sambil mencari sesuatu didapur.
“ Tapi bu, aku kesini mau minta garam sama bumbu dapur bu. Dirumahku sudah habis, suami tidak bekerja, lagi pula disini juga banyak perbumbuan,” jawab sri dengan santainya mengambil bahan perbumbuan. Kemudian pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada ibunya.
Beberapa hari telah berlalu ibu kusno begitu tersiksa batinnya. Ia selalu terbayang wajah menantu dan cucunya ingin sekali ia menemui mereka. Beberapa kali ibu minta diantar kerumah marni tapi kusno selalu menolak dengan berbagai alasan. Karena sudah teramat rindu pada Tisna. Pagi-pagi sekali ia meminta tolong pada tetangga rumah untuk mengantarkan ia ketempat Marni.
Perjalanan ketempat marni membutuhkan waktu hampir satu jam. Sesampainya ditempat marni ibu segera mengucapkan salam sembari mengetuk pintu. Terdengar suara marni menjawab salam dari dalam rumah. Marni yang baru saja selesai menyusui Tisna segera bangun dari duduknya membuka pintu. Betapa terkejutnya marni saat melihat mertuanya datang.
Marni menyambut kedatangan mertuanya dengan hangat. Ia bersalaman dan mempersilakan mertuanya masuk. Kemudian marni pergi kedapur membuatkan secangkir teh hangat.
“ Silakan diminum dulu bu tehnya selagi masih hangat," ujar marni.
“ Terimakasih marni, bagaimana kabarmu dan Tisna?," tanya mertuanya.
Baru saja marni akan menjawab ibu marni datang membawa buah-buahan ditangannya
“ Masyaallah ada tamu, bagaimana kabarnya ibu besan? Maaf saya baru saja dari pasar," ucap ibu marni.
“ Alhamdulilah baik, bagaimana kabarmu sekeluarga bu Ning?," tanya mertua marni.
“ Alhamdulilah semua baik bu Ani, silakan diminum dulu tehnya sembari ngobrol dengan marni. Saya mau mandi dulu," ujar bu Ning.
Kini hanya marni dan ibu mertuanya yaitu ibu Ani. Ibu Ani mengawali pembicaraan dengan sangat hati-hati karena tidak ingin menyinggung perasaan Marni. Begitu juga dengan Marni. Bu Ani sangat bahagia melihat menantunya bisa tersenyum saat bercerita tentang kelucuan Tisna.
Namun wajahnya berubah menjadi murung ketika bu Ani menanyakan perihal hubungannya dengan Kusno. Bu Ani mencoba menasehati dan membujuk Marni agar mau bersama lagi. Awalnya Marni menolak ajakan bu Ani, karena melihat wajah ibu mertua yang begitu menyayangi cucunya. Ia tak tega melihat bu Ani bersedih.
“ Bu aku akan pulang, tapi tidak untuk saat ini bu. Mungkin di lain hari, tapi maaf bu aku tak bisa tinggal disana dan bersama Mas kusno lagi. Aku hanya akan pulang sesekali menemui ibu," ujar marni.
“ Baiklah nak jika itu keputusanmu, tapi bolehkah ibu sering datang kesini untuk menjenguk Tisna?," tanya ibu marni sembari menghabiskan secangkir teh ditangannya, sedikit menyembunyikan rasa sedihnya.
Marni sebenarnya tak tega melihat mertuanya bersedih. Namun bayang-bayang suaminya begitu masih menyisakan luka yang mendalam baginya. Marni berdiri dan mendekati ibu Ani, ia memeluk dan menghapus air mata yang mengalir diwajah ibu mertuanya. Saat marni mendengar suara tangis anaknya ia mencoba menghiburnya.
“ Jangan bersedih bu, marni tetap anak ibu juga. Ayo bu ikut marni kekamar, dengarlah bu itu suara Tisna menangis. Sepertinya sudah bangun," ujar marni.
Ibu ani berjalan mengikuti marni dari belakang dan masuk kekamar marni. Wajah bu ani terlihat bahagia namun bercampur sedih saat melihat cucunya. Ia kemudian menggendong menciumi cucunya dengan penuh cinta lalu memberikan pada Marni untuk disusui. Dan mereka bercerita dan bertukar fikiran tentang banyak hal tentang bagaimana cara merawat anak yang baik.
Saat mereka asyik berbincang ibu Ning menghampiri mereka dikamar mengajaknya untuk makan siang. Selesai makan siang dan sholat Dzuhur terlihat tisna jugasudah tertidur lelap. Mereka akhirnya beristirahat dulu.
Beberapa jam kemudian mereka terbangun. Ia menyiapkan air hangat untuk memandikan tisna. Setelah selesai tisna mandi dan dirasa sudah harum, ia titipkan pada mertuanya. Marni segera mandi karena akan masuk waktu sholat ashar. Begitu juga ibu dan mertua marni mandi bergantian lalu sholat.
Baru saja selesai sholat terdengar orang mengucapkan salam. Marni segera membuka pintu betapa kagetnya dia, yang datang adalah Kusno dan adiknya Iman.
Marni mempersilakan masuk, lalu Iman adik marni menarik tangan marni dan mengajaknya berbicara empat mata dikamar. Ternyata tanpa sepengetahuan marni Kusno menemui Iman dan mereka sepakat membuat sebuah perjanjian.
“ Kamu membuat perjanjian apa dengannya dek. Bukankah aku sudah bilang padamu, mbak ingin bercerai dengannya! Apa kamu gak faham perasaan mbak dek," ucap marni penuh kekesalan pada adiknya.
“ Mbak percayalah padaku, aku tidak akan tinggal diam jika kusno berani menyakiti mbak dan Tisna lagi. Kembalilah mba pada mas Kusno, kasihan anakmu nanti mbak. Banyak orang kampung yang sudah membicarakan perihal rumah tangga kalian," ujar Iman.
“ Aku tidak perduli orang mau berkata apa dek, tapi aku tidak mau kembali padanya. Sungguh sakit hatiku dek atas semua perlakuannya padaku," jawab marni.
Iman mencoba menenangkan Marni, Iman membujuknya sampai marni mau kembali lagi bersama Kusno. Namun usaha iman hampir saja sia-sia, terpaksa ia menggunakan cara yang mungkin memang harus ia lakukan.
Iman mengarahkan jari telunjuknya kearah kusno yang sedang bersama Tisna dan mertuanya.
" Kalau mba tidak mau kembali pada kusno, sesuai perjanjian kami. Aku akan membiarkan Tisna dirawat oleh Kusno," ujar Iman.
“ Tidak, iman tidak! Aku tidak mau berpisah dengan Tisna aku tidak mau iman. Baiklah aku ikuti permintaamu," jawab marni.
Suara serak karena menangis dan menahan sesak didadanya. Ia meratapi nasib yang menimpanya. Iman tau ini pasti akan sangat melukai hati Marni, tapi terpaksa Ia lakukan demi rumah tangga kakaknya. Namun jika marni masih sakiti oleh kusno, sesuai perjanjiannya dengan kusno. Marni bebas memilih keputusannya sendiri dan membawa tisna pergi.
" Maafkan aku mba," ucap iman lalu duduk disamping marni.