NovelToon NovelToon
Senandung Penantian

Senandung Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Oksigen TW

Cerita ini benar karya orisinil Author.

✅️ Bijak dalam membaca
✅️ Mohon saran dan kritik yang membangun
❌️ Tidak boomlike dan lompat bab

Uswa wanita yang penuh luka, menemukan secercah cahaya dalam sorot mata Hanz, seorang nahkoda yang ia temui di dermaga.

Gayung pun bersambut, bukan hanya Uswa yang jatuh hati, namun Hanz juga merasakan getaran kecil di hatinya.

Seiring berjalannya waktu, rasa di antara keduanya semakin besar. Namun, Uswa selalu menemukan ketidakpastian dari kegelisahan Hanz.

Uswa pun terjebak dalam penantian yang menyakitkan. Hingga akhirnya, ia dipertemukan oleh sosok Ardian, pria yang berjuang untuk Uswa.

Lantas, kisah mana yang akan dipilih Uswa?

Tetap menanti Hanz yang perlahan memulihkan luka, namun selalu berakhir dengan ketidakpastian?

Atau membuka lembaran baru bersama Ardian yang jelas memiliki jawaban yang sudah pasti?

Ikuti kisah dan temukan jawaban Uswa pada cerita Senandung Penantian.

Cover by Ig : @desainnyachika
Ig : @oksigentw
TT : @oksigentw

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksigen TW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Cukup lama Uswa meringkuk dalam pelukan Hanz. Wanita itu sudah cukup tenang. Hanya sesenggukan isak tangis yang sesekali terdengar. Hanz mengusap kepala Uswa. Ia melepaskan Uswa dari pelukannya. Kedua tangannya memegang bahu Uswa. Mata yang biasa memancarkan sorot tajam, kini hanya sorot kepiluan yang terpancar.

Hanz memberanikan diri, mengusap air mata Uswa. Dengan penuh kehangatan, Hanz kembali mengusap puncak kepala Uswa, menggunakan tangan kanannya. Tatapan pria itu semakin senduh. Hatinya benar-benar hancur, merasakan pilu yang tercetak jelas di wajah pujaannya itu.

"Duduk di kursi ya, Yang? Biar Mas hubungi mas Wildan ..." bujuk Hanz.

Hanz segera membantu Uswa berdiri. Pelan penuh kehati-hatian, Hanz memapah Uswa duduk di kursi, di ruang tamu itu. Setelah Uswa duduk dengan nyaman, Hanz segera melangkah ke dapur. Ia mengambil gelas di rak, dan mengisinya dengan air dari dispenser.

Tidak membutuhkan waktu lama, Hanz kembali ke ruang tamu. Ia langsung duduk di samping Uswa. Pria itu membantu Uswa memegang gelas, karena tangan Uswa masih gemetar. Seteguk. Dua teguk. Uswa pun meneguk habis air dalam gelas itu.

"Mau minum lagi?" tanya Hanz, yang hanya dibalas gelengan lemah oleh Uswa.

Hanz pun meletakkan gelas kosong di meja, di hadapan mereka. Ia pun merogoh sakunya, dan mengeluarkan benda pipih dari sana. Ia mengusap layar ponsel, dan segera menekan aplikasi hijau. Ia ingin segera menghubungi Wildan.

Namun, Uswa segera menghentikan Hanz, agar tidak menghungi Wildan, dengan meraih dan menggenggam jemari Hanz. Merasa tangannya disentuh, Hanz langsung menoleh, menatap Uswa yang tengah menatapnya penuh harap.

"Jangan hubungi mas Wildan, Mas ..." lirih Uswa.

Mendengar ucapan Uswa, Hanz mengerutkan kening. Ia heran, mengapa wanita pujaannya tidak mengizinkan dirinya menghubungi kakak laki-lakinya. Padahal, jelas Hanz tidak boleh terlalu lama berdua dengan Uswa di dalam rumah, tanpa ada yang menemani.

"Kenapa, Yang? Mas mboten saget di sini hanya berdua denganmu," ujar Hanz. Suaranya yang khas dengan logat jawa, terdengar lembut di telinga Uswa.

"Besok mas Wildan lamaran. Kalau dia tau kejadian ini, lamarannya pasti batal. Saya ndak mau hari penting baginya jadi rusak ..." desis Uswa. Ia jelas merasa resah, khawatir bila acara lamaran Wildan batal gara-gara dia.

"Lalu ... kita berdua di sini? Ndak bisa gitu toh, Yang. Dan, ndak mungkin juga Mas ninggalin kamu," cemas Hanz. Ia benar-enar khawatir dengan kondisi Uswa.

"Hubungi teman saya, Mas," ujar Uswa, ia teringat akan Dila dan Fajar.

"Mana hp-mu?" tanya Hanz.

"Saya ingat nomor mereka," ucap Uswa. Ia langsung memberitahu Hanz nomor whatsapp kedua sahabatnya. Dan Hanz, ia langsung mengetik pada keypad kontaknya. Ia segera menyimpan nomor kedua sahabatnya.

Dengan segera, Hanz menghubungi nomor kontak Dila. Karena, ia berpikir tidak mungkin menghubungi Fajar. Tidak membutuhkan waktu lama, terdengar suara seseorang menerima panggilan. Namun, ketika panggilannya terhubung, Hanz mengerutkan kening. Ia heran, mengapa yang menjawab panggilannya seorang pria, sedangkan namanya Dila.

"Siapa ini?" Panggilan suara yang dilakukan Hanz, sengaja Hanz loudspeaker, agar Uswa juga mendengarnya. Dan, suara yang sangat dikenal Uswa terdengar tegas.

"Jar ..." lirih Uswa, matanya kembali berkaca-kaca.

"Ini kau, Wa?" Dari balik ponsel, suara Fajar terdengar khawatir.

"Iya ..." lirih Uswa.

"Kau kenapa? Kau pakek WA siapa ini?" Suara Fajar semakin terdengar cemas.

"Segera ke rumah, Jar. Ajak Dila. I-ini WA mas La-ut. Sa-ya hanya berdua dengnn-ya di ru-mah." Suara Uswa terbata-bata, menahan isak tangis dan air mata yang hendak terjun bebas.

"Kau betol-betol aja, Wa. Kau kenapa?!" Fajar yang panik, seakan menciptakan keributan di tempatnya. Bahkan, terdengar suara Dila yang ikutan panik.

"Maaf ... kalau bisa, kalian segera ke sini. Saya tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, saat saya datang, Uswa dalam keadaan kacau. Saya minta kalian segera ke sini, karena kami di sini hanya berdua. Uswa tidak mengizinkan saya menghubungi mas Wildan."

Hanz menggantikan Uswa menjelaskan pada Fajar. Karena Uswa sendiri sudah kembali terisak. Hanya saja, ia berusaha menahan tangisnya.

"Wa ... kami langsung ke sana, ya. Kami di cafe. Kau tenang ya, Wa. Dan ... siapapun Abang, tolong jaga sahabat saya!" seru Fajar, yang juga terdengar suara Dila menyuruh Fajar segera ke rumah Uswa. Kedua sahabat Uswa itu, dari balik ponsel terdengar heboh dan panik.

Hanz langsung mengakhiri panggilan suara via whatsapp. Ia menggeleng pelan, menatap layar ponselnya. "Teman-temanmu sangat istimewa ..." gumam Hanz, yang semakin erat menggenggam jemari Uswa.

Hanz melirik Uswa yang tengah memejamkan mata. Wanita di sampingnya itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Wajahnya yang ayu tampak lelah. Perlahan Hanz melepas genggamannya. Ia membuka jacket, dan menyelimuti Uswa dengan jacket kulitnya.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa dirimu begitu hancur? Taukah kamu, diriku juga hancur menyaksikanmu seperti ini ...' batin Hanz, ia merintih dalam kepiluan relung hatinya.

"Astaghfirullah ..." lirih Hanz, yang langsung memalingkan wajah. Ia sadar sudah terlalu lama menatap wajah ayu Uswa yang terlelap.

Pria itu segera bangun dari duduknya. Ia melangkah keluar, berniat menunggu Fajar dan Dila di teras. Ia takut rayuan setan akan menjerumuskannya, jika terlalu lama menatap pujaannya. Hanz, pria itu berdiri di tembok dekat konsen pintu, agar ia masih bisa melihat Uswa, yang terus memejamkan mata.

Tidak menunggu terlalu lama, motor matic yang membawa sepasang manusia memasuki pekarangan rumah Uswa. Dua insan yang diduga Hanz sahabat Uswa, langsung mematikan mesin motor. Mereka segera melangkah cepat, masuk ke teras rumah Uswa.

Dila dan Fajar tercengang melihat kondisi teras, yang sisi dekat pintu. Serpihan keramik dan kaca berserak, bahkan terlihat dumbbell masih berada di lantai. Dila yang sudah sangat khawatir, langsung masuk ke rumah, tanpa melepas sandalnya.

"Ya Allah, Uswa ...!" seru Dila, membuat Uswa yang hanya memejamkan mata, membuka matanya. Dila langsung menghambur memeluk Uswa, hingga sahabatnya itu berhasil terisak kembali.

Fajar mengembuskan napas berat. Ia menatap nanar sahabatnya, yang berada dalam pelukan kekasihnya. Fajar kembali menghela napas, ia pun mengalihkan pandangan, menatap Hanz yang tengah menatap nanar ke arah Uswa dan Dila.

"Uswa belum ada cerita samamu, Bang?" tanya Fajar, ia khawatir bercampur penasaran, apa yang sebenarnya terjadi.

"Belum, Bang. Kondisinya kacau. Saya tidak mungkin bertanya apa yang terjadi. Itu ... pasti buat dia makin kacau," tutur Hanz, yang dibenarkan oleh Fajar, dengan menganggukkan kepala.

"Tadi, sekitar jam delapan aku baru dari sini. Masih baik-baik aja dia. Tapi, ya gitu. Kayaknya Uswa habis nangis. Dia cuman bilang, mas Wildan mau lamaran."

Fajar menjelaskan kondisi Uswa saat ia mengantar rendang. Ada penyesalan yang menyelinap ke relung hati Fajar. Jika ia mengajak Uswa ikut, atau dia lebih lama menemani Uswa, atau ia dan Dila segera ke rumah Uswa, tanpa mampir ke cafe, mungkin kejadian yang mengacaukan Uswa tidak terjadi.

"Makasih, Bang. Udah ada di saat Uswa terluka," ucap Fajar, menatap lekat Hanz.

"Sudah seharusnya, Bang. Saya pun akan terluka, jika dia terluka ..." jawab Hanz, masih terus menatap Uswa.

"Tapi, Bang ... ada satu yang mau kubilang. Maaf, aku bukan mau ikut campur. Aku hanya khawatir sama Uswa. Dia ... sesuka itu samamu, Bang. Tolong ... jangan nambah luka baru untuknya."

Hanz, pria itu mengalihkan pandangan, menatap Fajar yang semakin dalam menatapnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Tolong jangan menambah luka pada sahabatku. Ia terlalu rapuh untuk merasakan luka baru....

...~Oksigen TW~...

...****************...

1
Dewi Payang
10 iklan buat kak author🫶
Dewi Payang
Cinta memang bisa buat orang linglung🙈
Dewi Payang
Hanz baper/Facepalm//Drool//Curse/
Dewi Payang
Ubah polamu Hanz, Uswa siap menunggumu walau kamu kembali hanya tinggal nama
Dewi Payang
Suka ketegasanmu Uswa... 👍🫶
Dewi Payang
Ardian menawarkan kepastian disaat Hanz tdk bs memberi kepastian.
Dewi Payang
Mantap Uswa👍
Dewi Payang
Rasany ingin nangis kan Uswa
Dewi Payang
Aku mengerti perasaanmu Uswa, akupun begitu klo dengar cwo yg kita cintai bersikap dan berucap seperti Hanz
Dewi Payang
Malah jawabanmu begitu mas.....
Dewi Payang
Pas kata2mu Uswa👍
mama Al
setuju.
berasa jadi TTM
mama Al
capek ya uswa
Delita bae
salam kenal dari saya👋jika berkenan mampir juga😇👍
🌟~Emp🌾
like & subscribe plus dua iklan utk uswa biar semangat
🌟~Emp🌾: masama syg aku 🥰
Oksigen TW: Terima kasih, kak. Sudah mendukung cerita ini🥹🥹💞
total 2 replies
🌟~Emp🌾
saat ku terluka, aku butuh uang 500 utk beli hansaplast. karna kalau ke dokter, mahal 😭🙏
🌟~Emp🌾: /Facepalm/ brarti hansaplast udah mahal y skrg? /Joyful//Joyful/
Oksigen TW: Kaaakkkk, di sini 2000 3🥹🤣
total 2 replies
🌟~Emp🌾
kamu beruntung uswa, ada yg menggenggam mu saat terluka 😭 saat luka itu hadir, yg terdengar hanya tawa dan hinaan dan kemarahan disertai tamparan 😥
🌟~Emp🌾: Aamiin yra 🤲💪 utk diri ku dan uswa2 yg lain
Oksigen TW: Kaaakkkk, sehat2 terus untuk orang2 seperti Uswa🥹🥹💞
total 2 replies
🌟~Emp🌾
yg lebih menyakitkan, saat ayah kandung mu bicara dengan anak tiri nya tanpa melihat pada anak kandung nya yang berdiri di depan mata nya. 😥😥😥😥😥
🌟~Emp🌾: bangeett
Oksigen TW: Sangat menyesakkan ya, Kak?/Sob//Sob/
total 2 replies
🌟~Emp🌾
cinta pertama ku bukan ayah ku /Sleep/
Oksigen TW: Kaaakkkkk ... peluk jauh, 🥹🥹. InSyaaAllah surga bagi wanita sabar🫶
🌟~Emp🌾: impian yg gagal lagi dek ku, anak perempuan KK nasib nya malah sama /Sob/ takdir yg tak terelakkan. please deh, jadi curhat 🤦
total 3 replies
🌟~Emp🌾
jatuh cinta itu bisa datang kapan saja uswa
🌟~Emp🌾: betull
Oksigen TW: Betuul. Tidak memandang waktu kan, Kak? 🥹
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!