Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Kaivan menjeda ucapannya lalu mengeluarkan beberapa undangan dari laci meja. "Ini ada beberapa undangan, kamu bisa mengundang siapa saja orang terdekat kamu."
Kaivan memberikan empat undangan ke Nindya. Nindya pun menerimanya dan membaca sekilas undangan itu.
"Kenapa anda hanya memberikan saya empat undangan? Lalu undangan lain yang anda pegang itu untuk siapa?"
"Undangan ini untuk kolega kantor dan beberapa tamu penting lain."
"Apakah nanti di acara pernikahan kita banyak tamu undangan pak?"
"Kemungkinan sih tidak terlalu banyak karena hanya mengundang tamu-tamu terdekat dan penting saja."
"Huft...syukurlah kalau begitu saya senang mendengarnya" Nindya bisa bernafas sedikit lega mendengarnya.
"Kalau begitu saya permisi pak" Nindya segera berlalu keluar ruangan.
Setelah keluar dari ruangan Kaivan, Nindya langsung melipir ke ruangan Fadli. Nindya menuju meja Fadli lalu langsung meletakkan undangan begitu saja di meja Fadli.
"Apaan ini Nindya?" tanya Fadli dengan mengerutkan keningnya bingung.
"Ini undangan kamu bisa lihat sendiri kan?"
"Undangan dari siapa?"
"Ya kamu baca sendiri saja kan ada nama dalam undangannya tapi bacanya jangan keras-keras ya pelan aja."
"Kenapa? Kok mencurigakan sekali" Fadli yang kepalang penasaran pun membaca nama yang tertera di undangan.
Setelah membacanya mata Fadli langsung membelalak kaget serta mulutnya melongo tidak percaya. Fadli memandang Nindya dan Nindya pun menganggukinya.
"Astaga bagaimana mungkin? Kenapa bisa kamu yang menjadi calon pengantinnya?" ucap Fadli lumayan keras, Nindya seketika membungkam mulut Fadli menggunakan tangannya dan memandang sekeliling yang untungnya tidak terganggu sama sekali.
"Kan aku udah bilang jangan kencang-kencang" ucap Nindya rendah disertai geraman.
Fadli hanya mengangguk saja sambil mengkode Nindya agar melepaskan bungkaman tangannya pada mulutnya. "kalau aku lepasin kamu jangan ngomong keras ya tentang ini" Fadli mengangguk.
"Awas kalau ngomong keras lagi" Nindya melepaskan bekapan tangannya di mulut Fadli.
"Kenapa kamu bisa tiba-tiba menikah dengan pak Kai? Kamu enggak diancam sama dia kan? Atau kalian berdua terlibat dalam one night stand ?" tanya Fadli menduga-duga.
"Aku menikah dengan pak Kai itu juga karena kamu dan juga Adel."
"Loh kamu yang mau nikah sama pak Kai tiba-tiba tapi malah nyalahin aku sama Adel bagaimana konsepnya?"
"Ya gara-gara kalian, coba aja malam itu kalian enggak nyuruh aku ngechat orang dan bilang kalau aku hamil pasti kejadiannya enggak bakal seperti ini."
"Katamu waktu itu kamu ngechat teman SMP mu dan nomornya udah enggak aktif tapi kenapa malah ke nomor pak Kai?"
"Iya itu aku juga enggak tahu."
"Kamu sih jadi orang ceroboh banget, sudah kamu sana kerja lagi nanti waktu istirahat makan siang kita kumpul ke kantin dan kamu harus menceritakan semuanya hingga kamu bisa akan menikah dalam hitungan hari, nanti aku ke kantin sama Adel kamu bisa nyusul kita."
"Ya sudah aku pergi."
Nindya kembali lagi ke ruang kerjanya dan bekerja lagi seperti biasa yang selalu banyak berkas yang harus Nindya lihat. Untung saja beberapa hari ini tidak ada pertemuan klien diluar kantor karena semua pertemuan sudah di pindah menjadi daring.
Jam berlalu dengan cepat, waktu makan siang yang ditunggu oleh Nindya pun tiba. Sebelum pergi ke kantin, Nindya menyiapkan makan siang yang diminta oleh Kaivan terlebih dahulu.
"Ini pak makan siang anda sudah siap semua, silahkan anda nikmati."
"Ayo kita makan siang bersama lagian porsi banyak seperti itu tidak mungkin habis saya makan sendiri."
"Maaf pak saya tidak bisa karena tadi sudah janjian makan siang dengan teman-teman saya."
"Teman yang mana?"
"Fadli dan Adel pak, memang teman yang mana lagi pak?"
"Teman SMP mu itu bukannya temanmu juga kan?"
"Oh...maksud anda Kairo pak? Kalau makan dengan Kairo perlu janjian dulu karena dia sibuk banget."
"Saya ingatkan kamu jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain di luaran sana, saya tidak mau kamu dipandang rendah dan pasti nanti akan berdampak pada saya."
"Baik pak saya akan menjaga kedekatan saya dengan laki-laki lain tapi kalau dengan sahabat saya sepertinya saya tidak bisa membatasi karena kalau saya tiba-tiba menjauh pasti mereka akan sakit hati."
"Pokoknya saya enggak mau tahu kamu harus jaga batasan, kamu boleh bertemu dengan para sahabat laki-lakimu itu tapi harus jaga batasan."
"Baik pak saya akan mendengarkan ucapan anda, saya permisi" ucap Nindya mengalah daripada nanti saat dia mencoba bernegosiasi malah dia ditahan lama di ruangan Kaivan dan membuat kedua sahabatnya menunggu dia lama lebih baik mengalah saja.
"Jangan terlalu dekat dengan laki-laki" ucap Kaivan sedikit teriak.
Nindya tidak memperdulikan sama sekali dan pergi keluar. Saat sampai di kantin Nindya langsung mencari keberadaan Fadli dan juga Adel. Matanya mencari mengitari semua area kantin hingga dia menemukan keberadaan teman-temannya yang berada di pojok kantin.
Nindya menghampiri meja temannya dan ikut duduk bergabung dengan mereka. "Kalian udah lama berada di kantin?" tanya Nindya.
"Ini belum lama kok kita juga belum sempat pesan makanan, Fadli kamu kan cowok sendiri kan? Jadi kamu yang harus pesan makan siang hari ini" ucap Adel.
"Kok jadi aku yang harus pesan makan sih?" ucap Fadli tidak terima.
"Ya terus kamu mau kita yang pesan? memang kamu tega kita yang berdesak-desakan di kantin untuk membelikan kamu makan? Sudah sana pergi pesan makanan" ucap Adel tetap memaksa Fadli untuk memesan makanan.
"Ya sudah kalau gitu biar aku yang pesan makanan, kalian mau pesan apa?" Fadli pun mengalah untuk memesankan makanan Nindya dan Adel.
Nindya dan Adel pun menyebutkan makanan dan minuman yang akan mereka pesan, setelah itu Fadli baru pergi memesan makanan. "Tumben banget kamu minta kita makan siang bareng begini? Biasanya kamu sibuk di ruangan sendiri."
"Maaf ya aku beberapa hari ini memang sangat sibuk mengurusi berkas yang tidak ada habisnya untuk aku kerjakan jadi aku enggak sempat makan bareng kalian" ucap Nindya dengan raut wajah bersalah.
"Tidak apa sih aku dengan Fadli juga bisa mengerti sih."
"Oh iya Dek, apa kamu belum diberikan undangan oleh Fadli?"
"Undangan apa? Memang siapa yang akan menikah kok aku enggak tahu sih."
"Nanti kamu juga bakal tahu siapa yang akan menikah sesudah Fadli memberikan undangannya ke kamu."
"Ih aku jadi penasaran deh, mana sih Fadli itu kok belum selesai pesan makanan. Kamu enggak mau ngasih tahu siapa yang akan menikah sama aku sekarang juga nanti aku keburu mati penasaran loh" Nindya menggeleng.