Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Selepas Vanya kembali ke dalam rumah, meninggalkan Vanka dan Shaka berdua di sana. Selama sepuluh menit tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka hanya menatap lurus ke depan, hingga perkataan Vanka membuat Shaka mengerutkan keningnya.
"Kita sama-sama lelaki, dan aku tahu bagaimana sikap seorang lelaki ketika memiliki perasaan kepada lawan jenisnya. Tapi sebelum perasaan kamu semakin dalam, lebih baik stop deh jika tidak ingin terluka."
Tenang namun memiliki arti yang tidak dapat Shaka pahami. Shaka menoleh ke arah Vanka, Vanka hanya tersenyum tipis, seperti ada yang tersirat dari ucapan Vanka.
"Maksud kamu? Aku memang belum lama mengenal adik kembar kamu, tapi perasaan aku tulus. Sejujurnya kakek sudah berkali-kali ingin menjodohkan aku, tapi aku menolak karena memang tidak ingin menjalani hubungan serius untuk saat ini, apalagi aku masih kuliah di semester awal. Tapi, saat pertemuan dengan adik kembar kamu, perasaan itu tumbuh seiring berjalannya waktu. Sejujurnya aku sudah beberapa kali bertemu Anya, tapi dia tidak pernah sadar akan hal itu.
Vanka mengerutkan keningnya mendengar perkataan Shaka. Shaka tampak tenang dan dari perkataannya, Shaka sama sekali tak berbohong. Vanka akui Shaka lelaki yang pemberani. Ia bahkan dengan tegas mengakui perasaannya, walaupun tidak langsung ia katakan kepada Vanya.
"Aku yakin itu hanya perasaan sementara, lebih baik kamu pikirkan dulu. Aku tidak bisa melarang siapapun memiliki perasaan kepada Vanya, tapi aku tidak akan membiarkan Vanya dengan mudah di dekati oleh siapapun. Jika kamu benar-benar serius dengan adikku, kamu harus buktikan keseriusan kamu. Tapi ingat, jangan pernah berniat meninggalkannya di saat kamu tahu kebenarannya. Satu lagi yang membuat aku speechless, ternyata kamu seorang cucu dari seorang pemilik kampus terbesar di kota kita, dan bahkan tak ada yang tahu siapa kamu. Aku fikir kakek kamu hanya kebetulan mirip saja dengan rektor kampus kita. Hah, kalian memang orang-orang luar biasa. Oh iya, sepertinya semua orang sedang menunggu kita, ayo masuk!"
Vanka jalan lebih dulu meninggalkan Shaka. Shaka cukup lama termenung memikirkan setiap kalimat yang di ucapkan oleh Vanka. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Vanka, tapi ia tak dapat mencerna perkataan itu.
......................
Seminggu telah berlalu sejak pertemuan dua keluarga, sejak saat itu Shaka sering menemui Vanya. Namun mereka tak bertemu bertiga, bahkan di sana ada Irena atau bahkan si kembar Zenia dan Zelfa. Sedangkan Zehan belakangan ini sibuk dengan cafe yang ia kelola, jadi ia tak ada waktu bermain dengan saudari kembarnya atau bahkan bertemu Vanya.
"Assalamualaikum cantik, kamu kenapa suka sekali duduk di sini?"
Vanya menoleh, suara yang sudah tak asing baginya. Siapa lagi jika bukan Shaka. Vanya hanya tersenyum setelah menjawab salam itu. Sebuah panggilan yang juga tak asing di telinga Vanya. Shaka suka sekali memanggil dirinya dengan sebutan cantik, walaupun terkadang Vanya merasakan debaran di dadanya.
"Wa'akaikumsalam. Kamu tak capek di gosipkan sama aku. Pergi sana, dasar bebal!"
Shaka hanya terkekeh pelan. "Anya, aku tidak akan pernah capek, lagian kenapa kamu tidak mau mengatakan yang sejujurnya saja, kalau mereka itu saudara kamu. Mereka pasti akan malu sendiri. Sejujurnya aku kesal kenapa kamu diam saja." Obrolan mereka semakin akrab saja. Shaka hanya menunjukkan sikapnya ini kepada Vanya, namun tidak dengan wanita lain yang berusaha mendekati dirinya.
Vanya tersenyum tipis, baginya semua itu tak ada gunanya. Bahkan umurnya tak lagi lama, itu yang ada dalam pikiran Vanya.
"Kenapa kamu hanya tersenyum, aku betulan gemas kali ini sama kamu. Nya, aku mau jujur. Sejujurnya aku..." Belum sempat Shaka mengutarakan apa yang ingin ia ucapkan, terdengar suara azan berkumandang. Vanya langsung berdiri dan gegas menuju masjid. Vanya memang tak pernah menunda shalat jika sudah terdengar kumandang adzan.
Allahuakbar!
Allahuakbar!
"Azan Shaka, aku mau ke masjid dulu, Tuhanku sudah memanggil."
"Anya, Dia juga Tuhanku, kenapa kamu seolah berkata jika Allah bukan Tuhanku. Aku dan kamu sama-sama memiliki satu Tuhan, jadi jangan berkata seperti itu. Anya, jangan jalan cepat-cepat. Waktu kita masih banyak untuk shalat.
Vanya terhenti kala Shaka mengejar dirinya. Vanya yang memang jalan dengan langkah cepat itu sempat terdiam kala mendengar perkataan Shaka.
"Kamu salah, waktu aku di dunia ini tak akan lama. Dan aku sedang menjalankan perintah-Nya. Di saat dia memanggil umatnya, maka kita tak boleh mengabaikan perintah-Nya. Bisa jadi ini adalah shalat terakhir untuk ku. Memangnya kamu tahu kapan waktunya Allah memanggil kamu? Tidak kan, jadi ayo shalat, jangan suka menunda-nunda jika kita tidak ada uzur untuk segera menunaikan perintah-Nya."
Jleb! Ah, perkataan Vanya seperti menampar Shaka. Ia yang memang tidak setaat itu hanya bisa terdiam dengan perkataan Vanya. Vanya kembali melangkah menuju masjid, bahkan langkahnya semakin cepat dan Shaka mengikuti dari belakang. Orang-orang melihat saat Vanya berjalan apalagi saat Shaka mengejar gadis cantik tersebut. Seperti biasa mereka selalu berbisik dan mulai menilai Vanya tanpa mengetahui kebenarannya.
Vanya shalat dengan khusyuk mengikuti imam. Selepas salam dan doa, Vanya masih betah berlama-lama di sana. Shaka yang sudah selesai lebih dulu memperhatikan wanita yang ia sukai sejak pertama bertemu itu.
"Apa yang sedang kamu minta Nya, kenapa kamu begitu khusyuk dan selalu berlama-lama di atas sajadah. Aku selalu memperhatikan kamu setiap kali shalat, kamu begitu tenang dan damai saat menghadap-Nya. Sejujurnya aku iri dan cemburu kepada sajadah yang kamu jadikan tempat kamu bersujud. Hah, aku semakin tak sabar ingin mengatakan kepada kakek untuk melamar kamu. Jika dulu aku di paksa menikah sama kakek dan aku selalu menolak karena aku masih sangat muda, tapi kini justru aku ingin segera mengikat kamu dengan ikatan pernikahan. Karena aku tahu, kamu tidak akan ingin menjalin sebuah hubungan dengan lelaki manapun tanpa adanya ikatan suci pernikahan. Tapi, apa kamu mau menerima aku Nya. Sampai saat ini aku masih mencari kebenaran apa maksud dari perkataan Vanka."
Shaka begitu lama berdiam diri menatap Vanya. Bahkan ia tak sadar jika seorang lelaki yang selalu menjaga Vanya dari kejauhan tengah memperhatikan dirinya. Ia tak bodoh, Ia tahu jika Shaka tengah mengagumi Vanya, bahkan sepertinya perasaan Shaka kepada Vanya tidak main-main.
......................
Di taman belakang rumah, Vanya seperti biasa sedang menikmati sejuknya malam sembari membaca novel favoritnya. Bahkan novel tentang kisah salah satu istri Rasulullah itu telah berkali-kali ia tamatkan, namun tak pernah bosan-bosannya ia membaca lagi dan lagi.
"Ehem, sudah berapa kali teteh menamatkan novelnya. Sesuka itu ya teh!"
Tanpa menoleh Vanya menjawab perkataan adiknya.
"Salam dulu dek."
"Hehe, Assalamualaikum teteh sayang."
"Wa'akaikumsalam. Sama siapa teh kamu ke sini dek, mana Abi?"
Mendengar pertanyaan Vanya, Hanan cemberut. Bibirnya maju sepanjang lima senti. Ia selalu cemburu setiap kali Vanya menanyakan Hasbi saudaranya ketika ia main kerumah tetehnya itu.
"Teh, tolong jangan panggil aku dek terus, aku sudah dewasa. Dan jangan tanyakan lelaki manapun di hadapan aku, aku cemburu teh!"
Degh!
Vanya seketika menoleh. Ah, pasti adiknya hanya bercanda. Ya, walaupun ia sadar di antara mereka tak ada ikatan sedarah dan bahkan mereka di perbolehkan menikah. Namun, Vanya yang memang sedari kecil sudah menganggap Hanan seperti adik kandungnya sendiri, tak sama sekali ia berpikir jika Hanan menyukai dirinya.
......................
...To Be Continued ...
Assalamualaikum, maaf ya author baru update lagi. Soalnya kemarin-kemarin jadwal author sibuk banget. Kegiatan author di tempat kerja sangat padat belakangan ini. Author harap teman-teman masih setia menunggu update selanjutnya. Jangan lupa like, komen anda vote ya🤗
kalau shaka anak siapa ya thor?