Varel adalah seorang mantan prajurit yang berhenti karena suatu insiden yang besar.
Kini dia menjadi seorang pengawal dari seorang wanita cantik yang bernama Cintia. Cintia adalah wanita yang terkenal begitu cantik bak seorang Dewi di kota itu.
Cintia selain cantik juga begitu arogan terhadap Varel. Tapi Varel juga dengan profesional menjalankan tugasnya untuk melindungi Cintia.
"Kamu jangan terlalu dekat dengan ku!" marah Cintia kepada Varel.
"Oh, baiklah," jawab Varel.
Seorang pembunuh tiba-tiba saja muncul dan langsung menembakkan pistolnya ke arah Cintia. Cintia tampak terkejut dan begitu ketakutan.
Peluru itu melesat dan akan menembus dada Cintia, akan tetapi Varel sudah lebih dulu menarik dan memeluk tubuh Cintia, lalu jatuh bersama untuk melindunginya.
"Kamu... beraninya memelukku," marah Cintia yang sedang terbaring di lantai sambil di peluk Varel.
"Eh..." Varel seolah tidak percaya dirinya baru saja menolongnya, tapi justru malah di makinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31 BERBAIKAN
Julisa mulai mengepalkan tangannya, setelah tahu bahwa pembunuh ayahnya telah di ketahui keberadaannya.
"Kak, jika kakak membutuhkan bantuan ku untuk menghadapinya, aku siap sekali untuk membunuhnya," ujar Julisa.
"Kamu memang adikku, tapi untuk saat ini jangan dulu, serahkan dulu semuanya kepadaku," balas Kevin.
"Baiklah, kalau begitu aku keluar dulu," ujar Julisa.
Julisa mulai berjalan keluar meninggalkan Kevin di ruangan itu.
"Julisa, kamu adalah kartu as ku," ucap Kevin dengan senyum licik di bibirnya.
"Dengan memanfaatkan mu aku pasti dapat membunuh Varel dengan mudah," sambungnya.
Kevin dahulu merupakan seorang prajurit tentara bayaran yang tergabung dalam kelompok segitiga perak.
Beberapa tahun sebelumnya kelompok segitiga perak terlibat pertarungan yang hebat dengan kelompok prajurit macan gurun.
Ayah Kevin yang merupakan pemimpin kelompok segitiga perak tewas pada saat itu, di bunuh oleh macan gurun.
Beberapa tahun telah berlalu sejak peristiwa itu, dendam di diri Kevin masih begitu dalam. Setelah mencari selama beberapa tahun, akhirnya Kevin berhasil menemukan kebenaran dari macan gurun.
Kevin mengetahui bahwa macan gurun memiliki nama asli Varel, dan Varel memiliki kemampuan bertarung yang sangat hebat. Oleh karena itu Kevin sudah mempersiapkan semuanya dengan matang, termasuk senjata rahasianya yaitu Julisa.
Pagi hari di kediaman keluarga Darmono, Cintia telah tersadar dan tampak memegangi kepalanya yang sedikit pusing.
"Aku bukannya semalam berada di tempat Novan, kenapa sudah berada di kamarku?" ucap Cintia.
Cintia mulai melihat ke sekujur tubuhnya, dan menyadari tidak terjadi sesuatu kepada dirinya.
"Apakah seseorang telah menolongku, lalu bagaimana dengan ayah?" ucap Cintia mulai panik kembali.
Cintia segera keluar dari kamar dan menuruni tangga. Cintia melihat ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu dengan koper besar di sebelahnya.
"Cintia akhirnya kamu sudah sadar," ujar Lukas.
"Ayah, kamu baik-baik saja bukan?" tanya Cintia mulai memeluk Lukas.
"Ayah baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," jawab Lukas.
"Aku melihat ayah sedang terluka dan dalam kondisi terikat," ujar Cintia.
"Varel telah menolongku," balas Lukas.
"Varel..." Cintia terlihat terkejut.
"Ya, dia juga lah yang telah menolong mu dan membawamu kembali ke rumah," jelas Lukas.
Cintia tampak terdiam dan tidak menyangka Varel jugalah yang telah menolongnya.
"Kamu di beri obat oleh Novan, sehingga kamu tidak sadarkan diri, kemudian Varel berhasil menyelamatkan mu tepat waktu," ujar Lukas.
"Jika tidak ada Varel, mungkin ayah tidak bisa membayangkan apa yang terjadi denganmu," sambung Lukas.
Cintia terlihat hanya terdiam mendengar ayahnya mengatakan bahwa Varel lah penolong mereka.
"Ayah akan kembali pergi keluar kota untuk bisnis, kamu jaga dirimu baik-baik," ujar Lukas.
"Ya, ayah juga harus jaga diri," balas Cintia.
Lukas mulai beranjak berjalan dengan menarik koper besar dan pergi dari sana.
"Varel telah menolongku," ucap Cintia sendiri.
Cintia kemudian kembali mengingat kejadian sebelumnya dimana Varel mengingkari janjinya dan justru bersenang-senang dengan Andini.
"Dia masih peduli padaku," ucap Cintia.
"Tapi... sudahlah," sambung Cintia.
Walaupun Varel telah menolong dia dan ayahnya, tapi Cintia masih merasa sakit hati kepada Varel. Rasa sakit di hati dan perasaan Cintia adalah luka yang sangat sulit untuk di hilangkan.
Siang hari Cintia tidak pergi ke perusahaannya dan sedang fokus membaca sebuah buku di rumahnya.
"Seseorang akan pergi bila tersakiti," ucap Cintia mengeja tulisan di buku yang di baca.
"Tidakkah itu kurang adil, sebelum mengetahui apa yang sebenarnya," balas seseorang di sebelahnya.
Seketika Cintia yang sedang fokus dalam membaca buku menjadi sangat terkejut mendengarnya. Cintia segera menoleh ke samping, dan mendapati Varel di sebelahnya juga sedang membaca buku.
"Kamu, kenapa kamu berada di sini?" tanya Cintia mulai berdiri dan mundur selangkah dari Varel.
"Aku di sini untuk menjagamu, ayahmu memintaku untuk menjadi pengawal mu lagi dan juga meminta ku untuk tinggal di sini selama dia pergi," jawab Varel.
"Apa?" Cintia terkejut mendengarnya.
Cintia tidak menyangka ternyata ayahnya kembali meminta Varel untuk menjadi pengawal nya.
"Saat ini aku tidak membutuhkan pengawal, jadi kamu bisa pergi," ujar Cintia.
"Aku tidak bisa pergi, aku sudah berjanji kepada ayahmu untuk menjagamu," balas Varel.
"Dan aku juga sudah berjanji kepada diriku sendiri," sambung Varel.
"Kamu..." Cintia kembali terkejut mendengar ucapan Varel yang berjanji kepada dirinya sendiri untuk menjaganya.
"Kalau begitu terserah kamu saja," ujar Cintia.
Cintia berbalik badan dan hendak pergi dari sana, namun tiba-tiba saja Varel memeluknya dari belakang, sehingga membuat Cintia menjadi kaget.
"Kamu... apa yang kamu lakukan, cepat lepaskan aku!" ujar Cintia.
Cintia mencoba melepaskan dirinya, namun Varel terlalu memeluknya dengan erat, sehingga Cintia kesulitan melepaskan diri.
"Cintia aku tidak tenang, jika kamu terus marah seperti ini," ujar Varel di telinga Cintia.
Seketika Cintia merasakan hembusan nafas Varel yang begitu panah di telinganya.
"Aku merasa tidak tenang berada jauh darimu," ujar Varel lagi.
Cintia tampak terkejut mendengarnya, namun Cintia kembali teringat dimana Andini begitu mesra memeluk Varel di atas motornya.
Cintia memberontak sekuat tenaga, hingga akhirnya dia bisa melepaskan diri dari pelukan Varel.
"Kamu jangan dengan mudah berkata hal seperti itu, karena itu akan membuatku salah sangka," ujar Cintia.
"Kamu pria tampan dan penampilan mu begitu sempurna, akan banyak wanita yang menyukaimu di luar sana," sambung Cintia.
Cintia berjalan pergi meninggalkan Varel begitu saja.
"Cintia aku menyukaimu," ujar Varel kepada Cintia yang mulai menjauh.
Cintia yang mendengarnya juga seketika berhenti dan merasakan hatinya bergetar begitu hebat.
"Varel, apa dia sedang mengutarakan perasaannya?" ucap Cintia di dalam hatinya.
"Aku menyukaimu, dan aku ingin selalu bersama denganmu," ujar Varel lagi.
"Kamu..." Cintia kembali membalikan badannya ke belakang.
Namun Cintia tampak terkejut, melihat Varel kini sudah berada di hadapannya.
Varel langsung mencium bibir Cintia dengan sangat lembut. Cintia tampak terkejut dan hanya bisa menerima ciuman dari Varel ini.
Entah mengapa Cintia merasakan perasaan yang belum pernah dia rasakan selama ini.
"Kenapa kamu mencium ku?" tanya Cintia dengan wajah memerah.
"Aku menyukaimu, bukankah sebelumnya aku juga pernah mencium mu," balas Varel.
"Kamu..." wajah Cintia sangat merah seperti seekor kepiting rebus.
"Cintia apa kamu sudah mau memaafkan ku?" tanya Varel.
"Entahlah, aku juga tidak tahu," jawab Cintia.
Kembali tiba-tiba Varel mencium bibir Cintia lagi, hingga membuat Cintia kaget.
"Kamu... beraninya kamu mencium ku seenaknya," ujar Cintia.
"Aku akan terus mencium mu, hingga kamu sudah tidak marah lagi kepadaku," balas Varel.
"Kamu... kamu begitu tidak tahu malu," wajah Cintia terlihat begitu kesal.
"Jadi bagaimana?" tanya Varel.
"Ya," jawab Cintia.
"Baguslah," ujar Varel sambil tersenyum.
Kemudian Varel mulai menceritakan sebab kesalahpahaman mereka. Di mana ketika Varel hendak berangkat menemui Cintia, dia tanpa sengaja menabrak seorang wanita. Dan ternyata wanita itu adalah Andini.
Kemudian Varel mengantarkannya pergi ke rumah sakit dan kemudian juga mengantarkannya pulang ke apartemennya.
"Sepertinya itulah yang terjadi," ujar Varel.
"Oh," balas Cintia.
gk ad next??
kita temukan jawabannya pada chapter2 yg akan datang