NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Halo Saya Grace

Stella menelan salivanya. Perempuan itu berusaha untuk memohon. "A-aku tidak melakukan kesalahan, dia yang datang ke sini, a-aku tidak melakukan apapun."

Tapi sepertinya Austin tidak terlihat melunak. Pria itu mendekat dan memegang tangan Stella. "Aku sudah mengajarimu caranya melawan! Tapi kamu malah diam dan menerima kehadirannya, kamu pikir itu tidak salah?!"

Stella menggigit ujung bibir bawahnya. Menurut Stella sendiri, tak salah, bahkan para bawahan Austin juga membiarkan William masuk? Kenapa Austin hanya memarahinya saja? Stella ingin mengatakan apa yang dipikirkannya itu, tapi Stella malah diam sambil menahan rasa sakit pada tangannya.

Austin terus mengeratkan genggamannya. Kemarahan Austin masih membara. "Kamu itu milikku, tapi kamu pikir bisa melakukan semuanya tanpa seizin ku? Dan ketika membuat kesalahan, kamu pikir aku tidak akan menghukum mu?!"

Stella menggelengkan kepalanya. Justru itu yang paling ia takuti. "A-aku akan menurut lagi!"

Austin mendekat dan tanpa diduga pria itu malah menyibakkan baju yang menghalangi pundak perempuan itu, dan menggigitnya dengan keras.

"AHH!"

Austin terus menggigitnya, bahkan saat Stella berteriak keras di dekat telinganya, pria itu tidak peduli, dirinya hanya ingin Stella berteriak keras memohon.

"Tolong... Hentikanlah!"

Austin perlahan menjauh dari bahu Stella, lelaki itu tersenyum melihat karyanya, dirinya merasa bangga. "Itu terlihat cantik."

Stella diam-diam mendengus kesal, perempuan itu menunduk untuk melihat bahunya sendiri, ada rasa kesal saat melihat bahunya yang terluka, sedikit mengeluarkan darah..

"Kenapa, kau kesal? Jangan membantah, atau aku akan membuatmu terekspos dengan berita 'Serena anak kecil pembunuh itu hidup tanpa penyesalan' kau ingin melihatnya terpampang jelas di televisi atau media sosial?!"

Kedua tangan Stella terkepal kuat. Sekarang Austin sudah menunjukkan sisi yang sebenarnya.

"Kau tak takut?" Austin tersenyum sinis. "Seharusnya kau bersyukur karena aku mau menampung mu! Tidak ada siapapun yang peduli padamu, selain aku Stella! Kenapa kau tidak paham?!"

Stella berusaha menulikan telinganya, kata demi kata yang Austin lontarkan membuatnya kesal.

Austin menarik dagu Stella untuk menghadapnya. "Kau itu bukan apa-apa tanpaku, Stella. Kau hanya parasit.." Austin melepaskan dagu Stella dan pergi dari kamar dengan langkah kaki yang dihentakkan.

Stella bisa mendengar suara kunci dari luar, pria gila itu menguncinya. Stella menundukkan kepalanya. Ya, dirinya hanya parasit, tak ada yang mau menerima keberadaannya, dan Stella tak peduli akan hal itu, tapi dirinya belum bisa membiarkan profesinya hancur... Dirinya tidak mau melihat semua penggemarnya membencinya. Intinya dia hanya ingin hidup, apa itu salah?

***

"Kau harusnya tahu posisimu, Edric!"

William hanya terkekeh sinis. "Aku memang takut padamu, tapi satu hal yang aku tahu. Kau tidak akan membunuhku, karena aku ini adalah kesayangan ayahmu."

Austin memang benci fakta itu, jika ayahnya tidak menganggap William seperti anaknya, dirinya pasti sudah melenyapkan William sedari dulu. "Edric kau--"

"Tidak bisakah kau memanggilku William? Atau semua rahasiamu akan terdengar di telinga Stella, bagaimana kau mau itu?"

Austin mengepalkan tangannya. Pria itu belum terbiasa menahan amarahnya menghadapi William yang terkadang selalu bersikap kurang ajar. "Ya, William, jangan sampai melewati batas, ayahku memang menyayangimu, tapi dia tidak akan peduli jika salah satu anggota keluargamu mati, benar bukan?"

William tersenyum tipis, betul juga pikirnya. Tapi, dirinya harus tetap terlihat tenang. "Ya, ya aku tahu! Sudahi saja pembicaraan ini, aku ingin pulang!" William berdiri dari duduknya, pria itu keluar dari pintu, sebelum benar-benar menghilang, dia menoleh sebentar ke arah Austin yang sedang sibuk dengan berkas-berkas, William menggelengkan kepalanya, pria itu terlihat normal di luar tapi nyatanya tidak. William segera pergi dari sana sebelum Austin kembali mengamuk.

***

"Di mana Stella?" Austin bertanya pada para penjaga di dekat kamar Stella.

"A-anu, Nona Stella berangkat duluan, Tuan, t-tapi tenang saja, ada Aiz yang menemaninya."

Austin mendengus kesal, walaupun semalam sudah diberi hukuman, tapi Stella tetap saja membangkang.

Di lain tempat Stella sedang bersenandung senang, kejadian semalam memang menakutkan tapi sekarang dirinya tidak terlalu takut, toh masih pagi...

Sedangkan penjaga botak yang sering dipanggil Aiz itu sedang khawatir, dia takut jika Bosnya itu akan marah, ini salah seseorang yang duduk di belakang, perempuan itu marah-marah tak jelas minta diantarkan ke lokasi syuting, dirinya yang hanya bawahan hanya bis menurut.

Tit!

Stella maju ke depan saat mobil itu mendadak berhenti. Perempuan itu memandang sinis kearah penjaga botak itu. "Kau ini bisa tidak sih menyetir mobil dengan baik?!" serunya dengan suara yang melengking. "Kalau aku mati bagaimana?! 15 juta pengikut sosial media ku akan sedih jika aku menghilang dari dunia ini, tahu!"

"Maafkan saya, saya tidak tahu mobil di depan berhenti tiba-tiba."

Stella menggerutu kesal, sampai akhirnya ada ketukan di kaca mobilnya. Kening Stella mengkerut, dia langsung membuka kaca mobilnya.

"KAU PUNYA AKAL TIDAK! KAU MENABRAK MOBIL KESAYANGANKU!"

Kedua mata Stella mengerjap beberapa kali, dia memandang sopirnya yang sepertinya sedang ketakutan, Stella beralih menatap pada orang itu. "Bukankah salah anda yang berhenti tiba-tiba?"

Perempuan itu menggeram kesal. "Ah dasar menyebalkan! Hari ini aku sibuk, jadi aku akan memaafkan mu jalang!"

Stella memandang perempuan itu yang menjauh, dia masuk ke dalam mobilnya lalu melaju begitu saja. Stella terdiam. "Mengapa wajahnya begitu familiar, aku seperti pernah bertemu dengannya."

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, Stella turun di tepi jalan, kemudian berjalan cepat menuju lokasi syuting, di sana sudah ada Lea yang menunggunya, bahkan Austin pun sudah berada di sana. Entah apa yang dinaiki pria gila itu dan Stella mengabaikan tatapan tajam dari Austin.

Saat syuting dimulai, Austin memeluk erat tubuh Stella. Di naskah seharusnya Austin memerankan tokoh yang sedih, tapi sekarang pria seperti harimau yang akan menerkamnya.

"Kamu sudah mulai berani ya?" Austin berbisik di telinga Stella, lalu mengendus leher perempuan itu.

Stella yang merasa merinding pun, rasanya ingin melarikan diri. "Bersikaplah profesional, atau orang lain akan curiga."

Austin malah mengusap punggung Stella dengan pelan. "Kenapa memangnya? Kamu saja, sepertinya tidak khawatir jika orang-orang tahu tentangmu yang membunuh perdana menteri."

Stella menggeram kesal, beraninya Austin membahas itu di depan umum. "Jangan macam-macam denganku Austin."

Sedangkan Morgan yang memperhatikan mereka berdua hanya bisa menahan rasa kesalnya.

"Bukankah ini adegan sedih, kenapa malah terlihat begitu panas?" celetuk sekretarisnya.

Morgan menoleh. "Mereka, memang tidak membaca naskah dengan baik! Menyebalkan!"

"Permisi."

Morgan maupun sekretarisnya langsung menoleh pada seseorang yang baru saja datang.

"Ada apa ya? Bisa saya bantu?" tanya Morgan yang keheranan, dia tidak mengenal wajah asing itu.

Perempuan itu tersenyum. "Perkenalkan saya Grace Nikola, selaku wartawan dari perusahaan Lodie Company. Bersediakah anda untuk diwawancarai?"

Morgan terdiam, mengapa seorang wartawan mencarinya? Setahunya, dirinya tidak terlibat skandal apapun. Apalagi, wartawan itu berasal dari perusahaan milik Elodie, ini sungguh membingungkan.

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!