Tidak ingin menikah dengan pria yang usianya hampir dua kali lipat dengan usianya, Lisnawati atau gadis yang akrab di sapa Lilis memilih melarikan diri dari kampung halamannya. dan siapa sangka di saat tengah melarikan diri ke kota ia justru tertabrak mobil yang dikendarai oleh seorang pemuda kota yang tengah patah hati akibat ditinggal menikah oleh sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memeriksa rumah baru.
Setelah menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan sarapan ke kamar, Shaka melangkah Mendekati Lilis yang duduk di sofa. "Masih sakit banget, nggak???." meskipun semalam Lilis tidak terang-terangan mengeluhkan rasa sakitnya, tetapi air mata gadis itu sudah sangat mewakili, di saat Shaka berhasil menjebol pertahanannya dengan susah payah.
"Lumayan, tapi nggak sesakit semalam sih mas." jawab Lilis pada Shaka tengah berjongkok di hadapannya. nampak jelas Lilis malu menjawab pertanyaan Shaka. terbukti, gadis itu berucap dengan pandangan tertunduk.
"Maaf ya... sudah membuat kamu sampai kesakitan." Shaka memang meminta maaf karena sudah membuat sang istri sampai kesakitan semalam, tetapi tidak menyesalinya. Bagaimana mungkin ia menyesali sesuatu yang terasa begitu memabukkan baginya. Ya, bagi Shaka tubuh sang istri begitu memabukkan, bahkan mengalahkan indikasi dari minuman beralkohol.
Toktok
Shaka membukakan pintu kamar untuk petugas hotel yang membawakan sarapan. Setelah menyajikannya di atas meja, petugas hotel pamit dan Shaka mengiyakannya.
Pria berkaos putih serta celana panjang jeans biru tersebut kembali duduk di sofa, mengajak sang istri untuk memulai sarapan.
rencananya setelah sarapan mereka akan cek out dari hotel. Shaka memilih cek out dua hari lebih cepat dibanding rencana awal, mengingat ada sesuatu yang tak kalah penting yang harus segera di kunjunginya bersama sang istri.
"Kita mau kemana, mas???." tanya Lilis. Mengingat jalan yang dilalui mobil suaminya tidak searah dengan jalan menuju rumah mertuanya.
"Ke suatu tempat, nanti kamu juga akan tau." jawab Shaka dengan seulas senyum di bibirnya. Senyuman yang terlihat begitu mempesona di mata Lilis. Di saat Shaka telah meluruskan pandangannya ke depan pun, Lilis masih setia melirik pria yang telah sah menjadi suaminya tersebut.
"Ya tuhan.... doa tulus apa yang telah dipanjatkan ibuku sehingga engkau memberiku suami setampan mas Shaka untuk hamba." batin Lilis, dengan pandangan masih tertuju pada suaminya, Bahkan kedua sisi bibirnya sampai tidak mengatup dengan sempurna menikmati mahakarya tuhan di hadapannya itu.
"Gitu amat ngeliatinnya, nggak takut apa mas terkam di sini??." dengan pandangan lurus ke depan Shaka berujar.
"Haaaahhhh???." wajah Lilis nampak merona, seperti maling yang kepergok warga. Malu sekali rasanya ketahuan diam-diam melirik wajah tampan suaminya.
Shaka berusaha menahan senyumnya agar tidak pecah melihat wajah istrinya yang merona akibat malu.
Tiga puluh menit kemudian mobil Shaka memasuki salah satu gerbang rumah yang berada di salah satu perumahan elite di ibukota.
Dari balik kaca, Lilis memandang rumah berlantai dua dihadapannya. "Rumah siapa ini, mas???." tanyanya pada Shaka yang sedang melepas seat belt nya.
Bukannya menjawab, Shaka justru mengulas senyum manisnya lalu turun dari mobil. Shaka mengitari mobil kemudian membukakan pintu mobil untuk Lilis.
"Turunlah!!!." pinta Shaka.
Meski belum mendapat jawaban, Lilis tetap menurut pada Shaka. Ia turun dari mobil kemudian mengikuti langkah Shaka.
Setibanya di depan pintu utama, Shaka mengeluarkan kunci dari saku celananya.
"Ini rumah baru kita. sebelumnya mas juga sudah ngomong ke mama dan papa, kalau kita bakal pindah setelah menikah!!!." ucap Shaka setelah membuka pintu.
Perlahan Lilis mengayunkan langkah, ia menatap takjub ke dalam bangunan yang didominasi dengan warna putih tersebut. bangunan yang memiliki tiga kamar serta telah di fasilitasi furniture lengkap termasuk set kitchen di bagian dapurnya tersebut begitu memanjakan pemandangan lilis. Jika di lihat dari desain serta kondisinya, sepertinya rumah tersebut baru saja selesai pembangunannya. Sementara waktu untuk pembangunan rumah yang terbilang cukup mewah tersebut tentu saja akan memakan waktu yang cukup lama, minimal setahun lah. Sementara ia dan Shaka baru bertemu dan memutuskan menikah dua bulan terakhir. Apa mungkin sebelumnya rumah ini di siapkan khusus oleh mas Shaka untuk wanita itu, ketika mereka masih bersama dulu????. entah mengapa membayangkan hal itu membuat hati Lilis mencelos.
Jika disuruh memilih, mungkin Lilis lebih memilih tinggal di rumah yang jauh lebih sederhana ketimbang rumah mewah tetapi awalnya bukan di siapkan untuk dirinya melainkan untuk wanita lain. Tapi sudahlah, bukankah sekarang ia sudah sah menjadi istri dari Shaka, lalu untuk apa lagi ia memikirkan sesuatu yang justru menimbulkan rasa sakit dihati. bukankah sejak awal ia sadar jika pernikahannya dengan pria itu secara tidak langsung diniatkan untuk menepis statement negatif Tari, di depan awak media.
Apapun yang telah terjadi sebelumnya di dalam kehidupan Shaka termasuk dalam hal asmaranya, Lilis berharap suatu saat nanti Shaka bisa sepenuh hati menerima dan mencintainya sebagai seorang istri.
"Apa kamu suka???." telapak tangan besar Shaka yang bertengger di bahunya, menarik kesadaran Lilis dari lamunannya.
Lilis menoleh pada Shaka. "Suka banget, mas." jawab Lilis dengan seulas senyum di bibirnya. Lebih tepatnya senyum yang sedikit dipaksakan.
Shaka memeluk Lilis dari belakang, menyandarkan dagunya pada bahu sang istri Hingga aroma Citrus yang berasal dari tubuh Shaka menyeruak memenuhi indera penciuman Lilis. Di perlakukan semanis itu oleh Shaka tentu saja membuat Lilis merasa begitu disayangi. Tunggu....!!!!, benarkah Shaka sayang padanya??? pertanyaan itu masih menjadi teka-teki di benak Lilis, sebab hingga semalam mereka menyatu sebagai suami istri, ia belum mendengar Shaka mengutarakan perasaannya.
Puas mengelilingi bangunan serta melihat semua ruangan yang ada, Shaka pun mengajak Lilis untuk segera kembali ke rumah orang tuanya.
Baru saja mobil Shaka bergerak meninggalkan gerbang, keberadaan seorang wanita hamil yang tengah jalan pagi dengan didampingi oleh seorang pria berhasil mencuri perhatian Lilis. ia terus menyaksikan pemandangan itu melalui spion depan mobil saat mobil Shaka telah melewati keduanya.
"Semua suami pasti akan melakukan hal yang sama ketika istrinya mengandung." komentar Shaka. Tanpa di sadari Lilis ternyata sejak tadi Shaka mengikuti arah pandangnya.
"Termasuk, mas Shaka???." pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Lilis dan itu berhasil memancing lirikan Shaka.
"Tentu saja, biar mas bisa dekat terus sama kamu."
"Bahkan kalau bisa mas ingin kamu hamilnya setiap tahun, biar anak-anak kita tidak kesepian seperti ayah mereka." jawab Shaka sambil memutar setir mobilnya keluar dari komplek Perumahan.
Lilis memicingkan mata.
"Hamil setiap tahun??? Emangnya Lilis kucing???." dumelan Lilis berhasil memancing tawa Shaka.
Dengan tangan kirinya, Shaka mengelus puncak kepala Lilis. "Enggak dong, sayang....!!! masa iya sih istri mas di samain sama kucing." kata Shaka di sisa tawanya.
Lagi-lagi sebutan sayang terucap dari mulut Shaka. "Apa aku tidak terlalu berlebihan jika menganggap mas Shaka sayang sama aku???." batin Lilis seraya melirik pada Shaka.
"Sayang....kenapa cepat banget pulangnya?? Bukan harusnya kalian baru meninggalkan hotel lusa???." pertanyaan pertama yang dilontarkan mama Vivi ketika Shaka dan Lilis tiba di rumah.
"Bukannya mau di hotel atau di rumah sama saja, mah." Shaka yang menjawab. bukankah ia dan Lilis sudah melewati malam pertama, jadi apa bedanya di hotel ataupun di rumah. Bukankah Jika ia menginginkan istrinya, ia bisa melakukannya di rumah. begitu menurut Shaka.
Sayang sayangku jangan lupa like, koment, vote, give, and, subscribe ya..... Dan jangan lupa untuk memberikan ulasan 🙏🙏😘😘🥰🥰!!!!!