Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 - Alkohol
Zuya makan dengan sangat lahap, seperti orang kelaparan. Sedang Shawn hanya memandangi gadis itu makan dari tadi. Hanya dengan memandanginya saja Shawn sudah kenyang.
"Om nggak makan?" tanya Zuya dengan mulut penuh. Biasanya cewek-cewek akan jaim kalau makan di depan cowok, apalagi terhadap laki-laki yang spesies-nya seperti Shawn. Dingin, galak, datar dan tampangnya tidak perlu di tanya lagi. Tapi Zuya ini tidak ada jaim-jaimnya sama sekali.
Sifat yang Zuya tunjukkan ke Shawn adalah sifat aslinya, dan hal itu bukannya membuat Shawn jijik, tapi suka, sangat suka. Shawn mengakuinya. Karakter asli Zuya yang tidak di buat-buat ini sangat menyenangkan.
"Aku sudah kenyang."
Hanya dengan melihatmu makan.
Kalimat terakhir ia mengucapnya dalam hati. Kening Zuya terangkat. Habis menelan semua makanan dalam mulutnya, ia kembali bicara.
"Udah kenyang? Kapan om makannya? Aku nggak lihat om makan dari tadi. Makan cepet, nanti kalau makanannya habis aku makan semua, om nangis lagi dan merengek-rengek minta aku ganti."
Heh?
Di pikir dia anak kecil apa? Shawn menggeleng-geleng kepala, tangannya terangkat mengacak-acak rambut Zuya.
"Aku bukan anak kecil kayak kamu, yang suka merengek-rengek." betul, perkataan itu memang pas untuk Zuya. Cocok dengan sifat manjanya.
Gadis ini, dilihat dari sisi manapun tetap adalah sosok gadis yang manja.
"Jangan pancing-pancing aku ya om, aku lagi nggak musuhin om sekarang." Zuya menyipitkan matanya. Shawn tertawa kecil, ponselnya berbunyi demikian.
Pria itu mengangkatnya karena itu adalah panggilan dari Adam, mungkin penting.
"Habisin makanan kamu." kata Shawn ke Zuya lalu berdiri menjauh, bicara dengan orang yang menelpon dia. Zuya mengangkat bahu dan kembali mengunyah makanannya sampai rata tak bersisa.
Gadis itu ingin minum sekarang. Air yang dia minum tadi sudah habis, matanya pun berkeliling mencari-cari letak air minum Shawn. Lalu matanya berhenti pada beberapa botol minum yang berbaris rapi dekat meja samping kulkas. Jenis botolnya unik dan enak di pandang.
"Minuman apa itu?" Zuya bergumam. Ia mendekat karena penasaran. Gadis itu tidak kepikir sama sekali kalau botol berisi minuman yang dia lihat adalah minuman beralkohol yang kadar alkoholnya sangat tinggi.
Ia pikir itu adalah jenis minuman bersoda seperti Coca cola, fanta atau sejenisnya. Karena penasaran bagaimana rasanya, Zuya pun mengambil sebotol, membuka tutup botolnya dan langsung meminum.
Saat minuman itu masuk ke dalam kerongkongannya Zuya kaget.
Apa ini?
Gadis itu merasakan sensasi pahit, panas dan terbakar. Namun belum sadar juga kalau itu adalah minuman keras dengan kadar alkohol tinggi. Mungkin karena Zuya belum pernah minum yang namanya minuman keras jadi dia tidak tahu.
Tapi setelah rasa pahit dan panas itu, ia merasakan sesuatu yang menantang. Minuman itu menjadi enak setelah di telan habis. Si om jelek beli minuman ini di mana ya? Tanpa pikir panjang, Zuya pun kembali menelan habis botol yang masih ada banyak isinya itu.
Sekarang ia merasakan kepalanya pening. Penglihatannya kabur. Gadis itu berbalik dan melihat Shawn yang berdiri membelakanginya di ujung sana. Laki-laki itu masih berbicara dengan orang di telpon. Zuya pun melangkah ke arah pria itu. Sesekali ia terhuyung ke depan tapi tidak sampai jatuh.
"Om," ia menepuk punggung Shawn.
Ketika laki-laki itu berbalik, ia tertawa lebar, khas orang mabuk seraya mengangkat botol minum ditangannya tinggi-tinggi di depan wajah Shawn.
"Om beli minuman ini di mana? Aku pengen beli juga."
Awalnya Shawn belum menyadari botol apa yang sedang dipegang Zuya. Namun, begitu menyadari itu adalah minuman keras yang dia beli khusus dari Eropa untuk dihadiahkan kepada ayahnya, laki-laki itu kaget. Dia tidak marah karena Zuya menghabiskan minuman untuk ayahnya. Dibandingkan marah, Shawn jauh lebih khawatir. Pasalnya minuman tersebut memiliki kadar alkohol yang sangat tinggi.
"Adam, nanti aku telpon lagi. Aku harus mengurus kucing kecilku yang sedang mengacau sekarang." kata Shawn pada Adam di seberang. Matanya tak lepas dari Zuya.
Di ujung sana Adam merasa heran. Sejak kapan Shawn memelihara kucing? Laki-laki itu kan tidak pernah suka ada hewan di dalam rumahnya.
Shawn mengambil botol minum yang sudah kosong dari tangan Zuya dan meletakkannya di atas meja. Kemudian mendekati Zuya lagi. Gadis itu sudah mabuk berat.
"Itu minuman keras, kenapa kamu minum tanpa tanya-tanya dulu sih?" Shawn berucap pelan.
"Minuman keras? Jadi aku minum minuman keras? Waahh ... Zuya hebaat!"
Gadis itu melompat-lompat kegirangan. Matanya kadang tertutup, terbuka lagi. Kini ia berjalan keluar dapur dan membanting dirinya di sofa ruang duduk.
Shawn menghela napas panjang, mengikuti gadis itu. Pria itu berdiri di depan Zuya sembari mengamati gadis itu yang sudah mabuk parah. Ia mengutuki dirinya sendiri karena tidak menyimpan alkohol yang Zuya minum tadi di tempat tersembunyi.
"Eh, kamu siapa? tampan sekali ..." Zuya menarik tubuh Shawn hingga pria itu berlutut di depannya. Zuya kemudian menangkup wajah Shawn dan memandanginya dengan wajah terpesona.
"Kamu ..."
Dimajukannya wajah cantiknya ke dekat Shawn sambil menyipitkan mata.
"Wajah kamu kok mirip sama si om jelek? Apa jangan-jangan kalian kembar ya?"
Shawn terkekeh. Menggemaskan sekali dedeknya ini.
"Kamu tahu nggak? Om jelek itu nyebelin banget, suka nyuruh-nyuruh aku tanggung jawab. Padahal kesalahan aku nggak fatal-fatal banget, cuma nendang burungnya doang. Lagian tuh burung pasti udah baik-baik aja sekarang. Jangan-jangan si om kembaran kamu itu pengen aku tanggung jawab karena mau nyiksa aku lagi."
Kali ini kalimat Zuya berhasil membuat Shawn tersenyum lebar. Pria itu memajukan wajahnya dan berucap pelan pada gadis itu.
"Kalau om jelek itu nyiksa kamu, tapi rasanya enak, kamu suka nggak?" godanya.
"Mana ada siksaan yang rasanya enak."
"Ada."
"Yang kayak gimana? Coba contohin."
Sial. Shawn sudah terpancing. Gadis ini betul-betul bisa membangkitkan gairah seorang Shawn yang tidak pernah tergoda oleh wanita manapun. Entah kenapa Shawn ingin sekali menyentuh Zuya. Tapi dia masih waras.
Tidak, tidak sekarang. Hubungan mereka belum jelas. Walau Shawn merasa tertarik sekali pada gadis ini, ia tidak boleh mengambil kesempatan saat gadis ini mabuk. Tidak boleh. Karena itu hanya akan membuat hubungan mereka rusak. Dia harus menjadi laki-laki yang dapat di percaya. Yang bisa membuat gadis ini benar-benar nyaman berada di dekatnya.
"Mau contohin nggak?" suara Zuya menyadarkan Shawn. Gadis itu dalam keadaan mabuk berat jadi suka sekali meracau.
Shawn mengelus-elus kepalanya lembut.
"Jangan sekarang, nanti kamu akan benci sama om jelek kamu. Contohinnya nanti aja ya." gumamnya.
Kalau kamu sudah ada perasaan yang sama denganku.