Menceritakan tentang Raya seorang perempuan yang memiliki kelebihan yaitu Indra keenam. Raya adalah seorang vokalis bend nya yang berada KapRal. Raya juga merangkap sebagai pencipta lagu yang dia ambil dari kisah-kisah arwah penasaran.
Suatu hari Genk KapRal didatangkan beberapa musibah dan malapetaka, pertama Raya nyaris terbunuh, kedua bend KapRal mendapati sebuah fitnah bahwa bend mereka melakukan plagiat atas lagu-lagu yang diciptakan Raya.
Saat merasa frustasi Raya tiba-tiba mendapat ide untuk datang ke villa milik kakeknya.
Di Sana dia yang ditemani sagara menemukan beberapa hal ganjil serta berhasil menemukan sebuah syair atau mantra yang akan di ubah oleh Raya menjadi sebuah lagu.
Dari sanalah malapetaka besar itu akan muncul. Setelah Raya memperkenalkan lagi ciptaanya kepada teman-teman bend nya.
Satu persatu teman-teman bend mati dengan cara yang mengenaskan, pembunuh nya hanya meninggalkan jejak yang sama yaitu kedua bola mata korban lenyap tiada bekas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuireputih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 Ngarlien
"Lebih baik kalian enyah dari hadapanku dan juga negara ini! Pulanglah ke negeri Belanda dan sampaikan salamku pada Ratu Wilhelmina!" Ngarlien mempermainkan tangannya pada ujung mata clurit yang dipegang.
Secepat kilat, disabetkannya clurit pada mata salah satu tentara itu dan mencongkelnya. Darah terciprat, tapi Ngarlien malah tertawa terbahak-bahak.
Tentara yang lain langsung membidik senapan, tapi anehnya tubuh mereka seketika kaku seolah terpengaruh sihir aneh.
"Aku berubah pikiran. Lebih baik kalian kubunuh di sini! Algrandra, tadahi darah mereka dengan baskom. Aku membutuhkannya untuk menyempurnakan ritual kita!" perintah Ngarlien yang tak mampu ditolak Algrandra.
Sagara hampir muntah kala dilihatnya Ngarlien memasukkan mata tentara tadi ke mulut dan mengunyahnya dengan brutal. Untungnya Raya buru-buru menepuk pundaknya hingga tersadar dari ilusi mengerikan ini. Sagara terhenyak. Kebingungan bergelayut seketika, membuatnya mematung tak berkedip.
Ia telah kembali.
Tak ada lagi pesta berdarah itu. Tak ada lagi mayat-mayat bergelimpangan dan wanita pemakan mata manusia.
"Kita harus segera pergi dari sini, Gara! Roh jahat di vila ini mulai terbangun. Jika kita tidak segera pergi, kita tak akan pernah kembali lagi ke dunia nyata!" sentak Raya sambil menarik tangan Sagara.
Pemuda itu hanya menurut, tak lagi mempedulikan tanda tanya yang berputar di kepalanya. Tepat seperti ucapan Raya. Begitu keduanya keluar dari vila, jerit memilukan terdengar memekakkan telinga. Namun, Raya tak mempedulikannya. Ia malah meminta Sagara untuk tidak menoleh.
"Kenapa?" tanya Sagara.
"Itu jebakan! Kalau kau menoleh, kau bisa ditarik ke dunia mereka!" ucap Raya serius.
Keduanya sampai di mobil yang terparkir manis. Sagara berhasil menghidupkan mesin mobil. Namun, ia tak bisa menahan untuk melihat keadaan di belakang melalui kaca spion.
Ia melihat banyak orang berwajah rusak dengan darah melumuri sekujur tubuh berjalan menghampiri dengan tangan terjulur ke depan. Mereka berteriak, menyerukan agar Sagara dan Raya kembali.
Untung Sagara tidak lemah. Dengan kekuatan penuh, ia menancap gas dan mengemudikan mobil dengan kencang, segera meninggalkan tempat mengerikan itu.
*
*
*
Sagara menghentikan mobil tepat di depan apartemen Raya. Di sampingnya, gadis itu tertidur lelap. Mungkin kelelahan setelah perjalanan jauh. Disertai pengalaman supranatural pula. Mungkin bagi Raya itu hal biasa. Namun, bagi Sagara itu adalah pengalaman terburuk sepanjang sejarah.
"Kita sudah sampai kan?" ucap Raya sambil meregangkan kedua tangannya.
"Ya. Kau bisa langsung istirahat. Aku mau ke rumah Bemby buat numpang tidur." jawab Sagara. Sepasang matanya memang tampak sangat lelah.
"Kenapa tidak pulang ke tempat kosmu sendiri? Aha! Kau pasti masih trauma karena kejadian semalam kan?" Raya tertawa cekikikan, membuat Sagara tersenyum kecut.
Sungguh, perempuan seperti apa sebenarnya Raya ini? Tampaknya tidak ada sisa trauma sedikit pun gara-gara kejadian semalam. Padahal Sagara masih ketakutan sampai saat ini.
Ketika Raya hendak meninggalkannya, Sagara menahan pergelangan tangan gadis itu.
"Apa lagi?" tanya Raya merasa terusik.
"Kau serius mau menggunakan tulisan semalam menjadi lagu buat band kita?" Sagara bertanya dengan serius.
"Jika itu yang akan membuat nama baikku pulih seperti sedia kala, mengapa tidak? Toh, tidak aka nada yang protes kalau aku menggunakan lirik peninggalan kakekku!" jawab Raya panjang lebar.
"Bukan itu! Bagaimana kalau hantu-hantu itu muncul lagi?" tanya Sagara lagi, kali ini dengan nada meninggi.
"Aku bisa mengatasinya!" tukas Raya, lalu segera pergi dan masuk ke rumah sebelum Sagara membuka mulut lagi.
Beberapa menit lamanya Sagara mematung, menanti Raya memberi respon kembali. Namun, nihil. Tanpa kata-kata, Sagara kembali melajukan mobilnya dan pergi.
Raya menatap kepergian Sagara dari balik jendela lobi apartemen. Pandangan penuh rasa bersalah terpantul dari kaca bening yang tertutup kelambu renda warna putih. Ada banyak hal yang ingin diucapkan pada Sagara, tapi tertahan di tenggorokan.
"Maafkan aku karena menyeretmu dalam masalah ini, Gara. Tapi semua sudah terlanjur. Kita tak bisa mundur lagi." desis Raya. Ia balik badan.
Raya tak menyadari jika sosok berlumuran darah di luar jendela tengah mengawasinya.
tapi kerennnnn 👍👍👍👍