Bukan terjemahan ya gaes.
Lan mei seorang yang ceria, dia baru lulus dari fakultas ke dokteran. Dari kecil dia sudah belajar bela diri dari ayahnya yang seorang guru bela diri. Hanya saja sewaktu dia kecil ibunya meninggal karena sakit, jadi dia ingin belajar kedokteran takut ayahnya sakit seperti ibunya.
Tapi naas kekasih dan temannya punya niat buruk, mereka berselingkuh di belakangnya dan berencana membunuhnya di karenakan sang teman iri dengan nilai nilai Lan mei yang bagus dan sudah mendapat undangan masuk ke dalam tim rumah sakit ternama sebagai ahli bedah dan racun. Mereka berdua merancang kecelakaan mobil, dan di detik kematiannya dia mengetahui bahwa itu ulah mereka berdua.
Tapi Lan mei tidak pergi ke surga ataupun neraka, tapi dia pergi ke jaman kuno. Menjadi anak seorang Menteri sayap kiri, yang gemuk, bodoh dan tidak tahu apa - apa, wajah jelek penuh jerawat besar.
Tunangan putra mahkota, tapi adik tirinya ingin merebut tunangannya.
Ayah bajingan hanya.. lihat prolog
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31
Serigala itu membulatkan matanya.
Ketiga manusia yang d belkangnya juga sedikit heran.
Gadis kecil ini ternyata mengerti bahasa binatang, dari pakaiannya dia sepertinya rakyat jelata dengan pakaian yang kusam begitu dan ada tambalan robeknya.
Itu adalah pikiran dalam hati manusia itu.
"Coba saja" ucap serigala.
Tanpa ba bi bu, Lan Mei langsung berlari kencang ke hadapan ketua serigala itu.
Bawahannya tidak sempat berbuat apa - apa, dia sudah di depan ketuannya dan mengayunkan tongkat di sebelah kiri tangannya dengan keras.
Dengan otomatis dia mengelak ke kanan, tapi tanpa sepengetahuan serigala, tangan kanan Lan mei memegang pisau pendek yang terbuat dari batu dan mengasanya dengan sangat tajam.
Dan..
Chaaaaassss..
Pisau itu merobek leher serigala. Dia membelalakan matanya dan
Bruukkk.. !
Dia terjatuh dengan robekan besar di lehernya.
"Si.. si.. siapa kauu?" Ucap serigala itu sebelum ajalnya menjemput.
Belum sempat dia menjawab, serigala tersebut sudah tidak bernyawa.
Tiba - tiba suara auman serigala silih berganti.
Mereka menatap Lan mei dengan sinis.
"Awas! Karena raja kami akan mendatangimu manusia!" Ucap salah satu kawanan serigala tersebut.
"Ya, ya, aku tunggu, aku suka bulu kalian. Bisa aku jadikan mantel saat musim dingin."
Dia merasa sangat senang.
Dari tadi para Hiena itu sudah pergi di saat ketua serigala itu mati. Mereka bergerak pergi satu persatu.
Para serigala itu tidak tahu mau berbuat apa.
Mau melawan perempuan ini tapi mereka lebih lemah dari ketuanya. Bagaimana bisa menang.
"Apakah kalian tidak membawa ketua kalian ini?"
"Kalau tidak biar aku yang membawanya, aku menyukai bulunya" ucapnya acuh.
Para kawanan serigala itu sangat ketakutan mendengar ucapan Lan Mei, bagaimana kalau nanti giliran mereka.
Tanpa menjawab mereka lari meninggalkan lokasi itu.
"Haahh" Lan mei menarik nafas.
Begitu aja ketakutan , pikirnya.
Kemudian dia menyeret serigala Besar yang berbulu putih itu.
Dan dia juga berencana membawa asistennya serigala yang tadi dia panah.
Dia juga menyukai warna Abu abu bulunya itu.
Dagingnya bisa dia jual besok ke pasar, Pikirnya.
Dia membalut luka di kedua serigala itu agar tidak terkontaminasi udara dan membuat cepat membusuk.
"Nona, terima kasih sudah membantu kami" ucap salah satu pengawal itu.
Dia melihat pemuda bangsawan itu. Dia cukup tampan tapi wajahnya pucat karena mengeluarkan darah banyak
"Itu, tuanmu sudah hampir kehabisan darah. Sini aku lihat"
"Apakah nona bisa mengobati? apakah nona seorang Alkemis?"
"saya coba"
Ucapnya tanpa menjawab semua pertanyaan pengawal itu.
Mereka bertiga sebenarnya terluka, tapi pemuda bangsawan itu lebih vital tempatnya.
Dia membuka baju pemuda itu karena lukanya ada di perutnya dan hampir mengenai ginjalnya.
Tadi malam saat dia membuat pil sederhana dia mendapat poin peningkatan di ruang dimensinya.
Dia mendapatkan beberapa jarum perak akupuntur. Tapi dia tidak memiliki jarum dan benang untuk menjahit luka.
Jadi dia hanya menusuk titik akupunturnya untuk memberhentikan pendarahannya.
"Darahnya sudah tidak keluar lagi, tapi lukanya ini harus di jahit, dan saya tidak memiliki alat - alatnya, kalian harus membawanya ke tabib terdekat."
Ucapnya sambil membalut luka pemuda itu dengan kain seadanya, dia dapat dari pengawal yang sudah meninggal itu.
"Kalian juga harus membalut luka kalian itu, agar darahnya tidak keluar selama berjalanan pulang."
"Tapi nona, kami belum bisa pulang sebelum menemukan kembang penyambung nyawa."
Ucap pemuda itu lirih