Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. Balas Dendam Terbaik
Ketika karma itu datang, itu bukanlah sebuah hukuman melainkan sebuah cerminan dari segala perbuatan.
Beberapa orang mungkin tidak akan sadar kalau karma tidaklah semanis kurma.
•
"Gabisa begitu dong Ma! Aku adalah anak tunggal dari keluarga Dreantama dan Papa Reno sudah mewariskan semua harta keluarga atas namaku, dan Mama sekarang ingin memberikan harta itu kepada dia! Mama waras gak sih?" tanya Robby menolak pernyataan Mama Reni.
Mama Reni yang mengenggam tangan Dikta kemudian berbalik menatap Robby yang memberikan ekspresi wajah tidak suka atas keputusan Mama Reni.
"Papa kamu memang menuliskan nama kamu sebagai hak waris, itu pun karena kamu menikah dengan Dikta, kalau sekarang keadaannya, selagi Mama masih hidup Mama gak akan memberikan sepeserpun kepada kamu Robby," jawab Mama Reni menunjuk Robby untuk kedua kalinya.
Robby menatap Mama Reni dengan menggelengkan kepalanya tidak tahu lagi harus menyiratkan kekesalannya.
Dikta yang melihat itu langsung menarik tangan Mama Reni dan berusaha menenangkan Mama Reni. "Ma? Dikta gak butuh semua ini, Dikta bisa kok hidupin anak Dikta sendiri."
"Tidak Dikta, untuk terakhir kalinya kamu jangan menolak, Mama udah tua dan mana mungkin Mama menitipkan semua warisan Papa Reno kepada Robby yang ingin menghidupi wanita lain sampai rela menjandakan istrinya yang sedang hamil, Mama hanya ingin menutup mata dengan tenang, sayang," jelas Mama Reni berusaha meyakinkan Dikta.
Robby yang melihat itu bertambah kesal, dia langsung menarik tangan Dikta kasar kemudian menghempaskannya. "Bagaimana sekarang? Kau puas? Kau sudah menghancurkan hidupku! Dan sekarang merebut semuanya!"
"Jadi ini bentuk balas dendam mu? Dasar kau wanita murahan!" teriak Robby yang membuat Dikta terdiam.
Disaat seperti itu Dikta masih sempat tersenyum, dia menatap Robby dalam. "Aku tidak pernah dendam kepada Abang, tapi jika ditanya aku ingin balas dendam, jelas iya, tapi balas dendam yang terbaik dariku adalah berubah lebih baik."
Robby menatap Dikta tajam kemudian mencengkram tangannya kasar. "Gausah cari simpati kamu! Kamu itu ibarat hewan dan benalu, seharusnya kamu itu mati, sama anak dalam kandungan kamu sekalian!"
Dikta meringis menahan sakit atas cengkraman Robby sampai ia memaksa melepaskan tangannya.
"Abang tahu? Kebodohan terbesarku adalah bertahan dalam pernikahan dimana saat itu aku tahu kalau noda merah sudah tercetak jelas diatas buku nikah kita, Abang ibarat lembaran cacat dari buku favorit ku, aku pernah mencintai Abang atas pernikahan lima tahun, dan jika terus bertahan aku tahu akan begini, aku tidak akan pernah lupa berdoa semoga Abang bahagia," jelas Dikta yang membuat Robby tertegun.
Robby kemudian menarik tangan Glenca di suasana akward seperti ini, Robby memilih pergi dari sana dan kembali ke mobil mereka.
"Sialan!" maki Robby membanting pintu mobilnya.
"Rob? Kalau semua hak waris keluarga kamu jatuh ke tangan Dikta, kamu miskin dong? Gimana kamu mau nikahin aku!" tanya Glenca memikirkan apa yang akan terjadi.
"Bisa gak sih, kamu gausah mikirin itu dulu? Lagipula aku sudah punya pekerjaan tetap, jadi cukuplah buat hidup sederhana sama kamu nanti," jelas Robby menatap tajam Glenca.
Glenca mendengus kesal. "Aku gamau hidup sederhana, aku maunya apa yang aku harus ada kayak sekarang, kalau kamu gak kaya lagi, terus buat apa kita menikah!"
"Diam!" bentak Robby.
"Atau bagaimana kalau kita gugurkan aja kandungan Dikta, kita gausah rebut hak asuhnya, gapapa kita hidup tanpa anak yang penting hidup mewah, kalau Dikta kehilangan anaknya hak waris itu gak akan berpindah tangan," cetus Glenca tersenyum sinis.
Robby menatap Glenca serius atas idenya kemudian menganggukkan kepalanya perlahan atas ide itu.
•
•
•
TBC
kemana hati x kemaren ,enak aj ...
mau balikan ,....
mau' disumpel paket apa mak???
aku aja yg nemenin kasian mamah Reni sendirian
karena ada bulu²nya ya tadz
jd geli² gimana gitu
🤭🤭🤭
bwt nak author semangat terus berkarya
membuat cerita yg tidak hanya menghibur tp juga mendidik
💪💪💪
yg sdh menorehkan luka...
robby kan memang gk tau dosa makanya enteng bangat gk mau ngaku anak...bisax hanya buat
sdh asik lupa diri ...
disitulah karma datang ....