Killa Okta Brahmana dan Salpa Radiatul Brahmana merupakan saudara kandung, setelah lulus kuliah di luar Negeri sebagai Desainer profesional, Killa menjadi satu-satunya penerus perusahaan peninggalan mendiang sang Ibunda. Sementara Salpa masih menempuh pendidikan tinggi dengan profesi yang sama dengan Kakaknya, Killa.
Setelah Killa sah menjadi penerus perusahan keluarga besar Brahmana, akhirnya Killa menikahi Diantoro Sultan yg tak lain merupakan keturunan dari sahabat sang Ayah, Joko Brahmana.
Setelah 3 tahun menikah pernikahan Killa dan Diantoro belum dikaruniai keturunan sehingga Diantoro berselingkuh dengan adik kandung Killa.
Lantas bagaimana dengan Killa dan cerita selanjutnya?
Intip terus ya update selanjutnya 😉 siapa tau makin penasaran sama kelanjutan ceritanya 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhyras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Kebahagiaan Killa
Fanny terburu-buru mengikuti langkah Salpa pergi ke toilet.
Sesampainya disana, Salpa memuntahkan semua isi perutnya. Salpa tampak pucat dan lemas setelah muntah-muntah.
"Lo kenapa, Sal?" tanya Fanny yang tiba-tiba berdiri di belakang Salpa.
Salpa sedikit terkejut dengan kedatangan Fanny. "Eh Kak Fanny? Aku ... aku gak apa-apa kok, Kak!" jawab Salpa. "Kayaknya aku telat makan, Kak! Asam lambungku tiba-tiba naik." Salpa memberi alasan yang masuk akal pada Fanny.
"Oh ... habis ini Lo pergi berobat gih! Asam lambung mah jangan dibiarin, nanti tambah parah!" ucap Fanny. "Kalau gitu gue permisi dulu, kebelet pipis!"
"Oh iya, Kak! Nanti aku pasti langsung berobat kok! Kalau gitu aku duluan ya, Kak?" Salpa segera pamit untuk kembali ke meja makan terlebih dahulu.
Salpa kembali lebih dulu dan di susul oleh Fanny setelah beberapa menit kemudian.
"Maaf ya, Kak? Makan siangnya jadi ke ganggu!" ucap Salpa pada Killa.
"Gak apa-apa, tapi kamu baik-baik aja kan?" tanya Killa.
"Aku gak apa-apa, Kak! Tapi kayaknya aku mau pamit duluan ya? Soalnya aku agak kurang enak badan!" jawab Salpa.
"Makanya kamu jangan terlalu kecapean, aku antar kamu sampai rumah ya? Biar nanti kamu bisa langsung istirahat!" tawar Killa. Killa khawatir karena melihat wajah adiknya yang pucat.
"Enggak usah, Kak! Aku minta jemput supir aku aja, aku gak mau ganggu aktivitas Kak Killa, lagian Kak Killa pasti banyak kerjaan kan di kantor?" Salpa menolak tawaran Killa.
"Kamu yakin gak mau aku antar? Lagian cuma nganter kamu aja aku sama sekali gak ke ganggu kok!" ucap Killa.
Salpa mengangguk. "Enggak apa-apa, Kak! Aku pulang sendiri aja! Makasih banyak ya buat hari ini dan makasih juga buat gaunnya ya, Kak? Aku pasti bakalan pakai di acara wedding anniversary Kak Killa sama Mas Toro nanti dan aku pasti akan simpan baik-baik hadiah dari Kakak!" ucap Salpa seraya tersenyum ramah.
"Ya udah kalau gitu kamu hati-hati di jalan, jangan lupa kalau ada apa-apa hubungi aku ya?" tutur Killa.
Salpa hanya menganggukkan kepala sebagai bentuk responnya pada Killa.
Killa dan Fanny hanya mengantar Salpa hingga ke tempat parkir.
Setelah berpamitan pada Killa dan Fanny, Salpa segera bergegas pergi bersama supir pribadinya.
Sementara Killa dan Fanny kembali ke perusahaan karena ada beberapa urusan yang perlu diselesaikan disana.
Setelah pukul 17.00 sore hari, Killa kembali ke rumahnya setelah menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, begitupun dengan Fanny.
Hari ini Diantoro juga tidak lagi pulang larut malam. Usai makan malam bersama, Diantoro dan Killa kembali menghabiskan malam bersama hingga menjelang pagi.
Killa sangat bahagia dengan sikap Diantoro yang kembali hangat seperti dulu.
Hari-hari berlalu hingga tak terasa waktu perayaan ulang tahun pernikahan Killa dan Diantoro hanya tinggal menghitung hari.
Pagi hari yang cerah ....
"Mas, ayo kita sarapan dulu? Nanti kamu telat loh ke kantor nya!" Ajak Killa pada Diantoro.
"Iya Sayang, sebentar lagi aku selesai kok!" sahut Diantoro.
"Ya udah, sini aku bantu, Mas!" Killa segera mengambil dasi dan memakaikannya pada Diantoro.
"Udah selesai! Sini aku bawain tas kamu, Mas!" Killa melayani suaminya dengan baik.
"Makasih ya Sayang?" ucap Diantoro sambil mencium kening Killa.
Killa mengangguk. "Iya, Mas! Sama-sama ...." Sahut Killa.
Pagi ini suasana hangat membuat Killa bahagia. Seperti biasanya, Killa melayani suaminya dengan baik dan penuh cinta di meja makan.
"Ayo makan, Mas?" tawar Killa sambil menyodorkan sepiring nasi beserta lauk pauknya.
Diantoro hanya tersenyum, kemudian memulai sarapan paginya.
Tapi ditengah asyiknya menikmati sarapan pagi, tiba-tiba saja Killa merasa perutnya sangat mual.
"Kamu kenapa Sayang?" tanya Diantoro.
"Aku gak apa-apa, Mas! Em ... aku ...," Killa menutup mulutnya dengan kedua tangan karena tak tahan dengan rasa mual yang dirasanya, lalu terburu-buru bergegas pergi ke kamar mandi.
Diantoro pun segera beranjak pergi dari meja makan lalu menyusul Killa.
Usai memuntahkan semua isi perutnya, Killa sedikit terkulai lemas.
"Sayang kamu kenapa?" tanya Diantoro khawatir melihat kondisi Killa yang tampak lemas.
"Aku gak tau, Mas! Tiba-tiba perutku mual, kayaknya aku masuk angin, Mas!" sahut Killa.
Lalu Killa kembali ke kemar mandi karena rasa mual yang kembali menyerang nya.
"Kepalaku tiba-tiba puyeng banget, Mas!" ucap Killa dengan tubuh terhuyung lemas usai keluar dari kamar mandi.
"Sini aku bantu Sayang! Mungkin kamu terlalu kecapean Sayang! Kita ke kamar ya?" ajak Diantoro.
kemudian Diantoro memapah Killa kembali ke kamar.
"Kamu istirahat dulu ya? Sebentar aku ambilkan minyak kayu putih buat kamu!" pinta Diantoro.
Killa mengangguk setuju, sambil bersandar diatas dipan.
"Sini, aku bantu oles minyak nya Sayang!" ucap Diantoro. Lalu segera mengoleskan minyak kayu putih ke leher dan pundak Killa.
"Makasih, Mas?" ucap Killa.
"Aku antar ke dokter ya? Aku khawatir kamu kenapa-napa!" tawar Diantoro.
"Tapi nanti kamu telat ke kantornya, Mas!" cetus Killa.
"Gak apa-apa nanti aku bisa kabarin Pak Mul buat gantiin aku sementara, kita ke dokter sekarang ya?" Ajak Diantoro khawatir melihat kondisi Killa yang lemah.
Killa mengangguk. "Ya udah, Mas kalau gitu!"
Tak banyak bicara, Diantoro memapah Killa hingga ke dalam mobil dan segera bergegas pergi ke dokter.
Sesampainya di Klinik, Killa segera masuk ke ruang pemeriksaan dokter untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Sementara Diantoro menunggu di ruang tunggu.
Killa memulai percakapan dengan dokter saat dokter tengah memeriksa kondisi kesehatannya. "Sebenarnya saya kenapa ya, Dok? Kok tubuh saya tiba-tiba drop!" tanya Killa pada dokter.
"Untuk pemeriksaan awal, Ibu Killa mungkin hanya kecapean. Tapi untuk memastikan Ibu perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut." jawab dokter. "Nanti Ibu akan dibantu oleh perawat untuk mengambil sampel urin ya, Bu?" ucap dokter.
"Oh iya baik, Dok! Kalau gitu saya permisi?" tutur Killa.
"Baik, silahkan ..." sahut dokter.
Setelah itu Killa pergi ke kamar mandi ditemani oleh perawat Klinik untuk mengambil urin.
Setelah selesai Killa menunggu hasil di ruang tunggu bersama Diantoro.
"Gimana hasil pemeriksaannya Sayang? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Diantoro yang tampak penasaran.
"Dokter bilang aku cuma kecapean aja kok, Mas! Tapi dokter lagi periksa lebih lanjut, nanti kita tunggu hasilnya dulu ya, Mas?" sahut Killa.
"Ya udah, kamu istirahat dulu disini ya? Aku temenin!" ucap Diantoro sambil mendekatkan tubuhnya agar Killa bisa bersandar di pundaknya.
"Makasih ya, Mas?" ucap Killa sambil bersandar di bahu Diantoro.
Diantoro tersenyum. "Iya sama-sama Sayang ...."
Setelah 30 menit menunggu, akhirnya dokter mempersilahkan Diantoro dan Killa untuk masuk ke ruang pemeriksaan.
"Dok, sebenarnya apa yang terjadi sama istri saya?" tanya Diantoro.
Dokter tersenyum. "Selamat ya, Pak? Bu Killa sekarang sedang mengandung." sahut dokter.
Diantoro mengernyitkan dahi. "Maksud dokter istri saya hamil?" tanya Diantoro memastikan.
"Benar, Pak! Dari hasil pemeriksaan, Bu Killa positif hamil." jawab dokter.
"Ya Tuhan ... syukurlah ... kamu hamil Sayang ...," ucap Diantoro sambil menggenggam kedua tangan Killa.
Killa mengangguk dan terharu mendengar kabar bahagia atas kehamilannya. "Iya, Mas! aku gak nyangka akhirnya aku hamil, ini anak kita, Mas!" ucap Killa sambil menarik dengan lembut tangan Diantoro hingga menyentuh perutnya.