Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#31. Belanja Di Pasar.
Choki tersenyum dan kemudian mengangguk. Tetapi, Annisa membekap mulutnya.
"Tapi kan, Abang jadi--"
Sebelum Annisa meneruskan ucapannya, Choki telah menyodorkan sebuah ponsel merek biasa kehadapan istrinya itu.
"Ada ini. Penting bisa untuk komunikasi kan? Aku minta nomer kamu ya," ucap Choki santai dan tenang.
Annisa tidak bisa menahan haru atas rasa syukurnya. Pemuda di hadapannya ini begitu ikhlas menerima keadaannya yang sekarang. Karena bagaimanapun Annisa tau, dan bisa menilai darimana Choki berasal.
Annisa sempat searching berapa harga ponsel Choki dengan merek dan seri yang terbatas seperti itu. Dan, sebuah fakta membuat mulutnya terbuka lebar kala itu.
Sejak saat itulah Annisa menerka bahwa Choki bukan berasal dari kalangan orang biasa.
Pemuda asing yang tiba-tiba Allah takdirkan untuk menjadi suaminya ini, adalah anak orang kaya raya yang mungkin memiliki kekuasaan yang mampu menyingkirkannya kapan saja.
Satu hal yang mana membuat Annisa masih belum sepenuhnya menerima kehadiran Choki di dalam hidupnya.
Karena, Annisa tak mau pada saat ia telah menyerahkan semuanya pada Choki lalu pemuda itu pergi.
Iya, kalau tak ada benih yang tumbuh. Jika ada, maka bukan hanya Annisa yang di rugikan.
Entahlah, Annisa nyatanya asik berandai-andai sendirian. Gadis itu terjebak kekhawatiran yang di ciptakan oleh jalan pikirannya sendiri.
Sekalipun Annisa gadis yang cukup bijak dan paham agama. Akan tetapi setan akan terus membisikkan kata-kata serta kalimat yang mampu membuat hatimu ragu.
Ya, ragu akan ketentuan Allah.
Bisikan setan memang sengaja membuatmu khawatir, penasaran serta ketakutan akan nasib dan masa depan.
Padahal, sejatinya hanya Allah yang tau dan memegang seluruh nasib kita.
Annisa meraih ponsel Android biasa dari tangan suaminya dan mulai mengetik nomernya di sana.
Bahkan, jenis ponsel Choki tak lebih canggih dari miliknya.
Apakah, masih pantas Annisa meragukan kesungguhan pemuda itu padanya.
"Yuk pulang. Kita belanja, biar besok kamu bisa undang rekan kerja kamu kerumah. Mungkin, sekalian gelar doa bersama," ucap Choki.
Annisa pun mengangguk setuju.
Apapun kata suaminya ia akan menurut.
Karena, jika tidak ada yang Choki mengerti pasti pemuda itu akan bertanya kepadanya.
"Eh, ini motor siapa?" kaget Annisa karena Choki menariknya ke bawah pohon belimbing.
"Punya anak buah aku. Dia meminjamkan selama aku belum punya motor baru," jelas Choki.
"Anak buah?" heran Annisa dengan tatapan matanya yang nampak menelisik ke arah Choki.
"Nanti, kalau sudah sampai rumah akan aku ceritakan. Lagipula, aku memang belum jujur sama kamu siapa aku dan kenapa aku bisa sampai di teras rumah kamu dalam keadaan seperti malam itu," ucap Choki berjanji.
Annisa kembali mengangguk. Perlahan ia naik ke atas motor yang memiliki jok cukup sempit. Sehingga, jarak antara Annisa dan Choki sangat dekat.
Bahkan, Annisa mau tak mau harus melingkarkan lengannya di pinggang Choki agar ia aman.
"Pegangan yang kencang gapapa kok," goda Choki.
"J–jangan ngebut ya. Annisa takut!" kecam Annisa pada Choki yang di sambut gelak tawa pemuda itu setelahnya.
"Iya," jawab Choki singkat dan langsung melaju dengan kecepatan sedang.
Mereka berdua sudah sampai di pasar.
"Annisa, kamu mau sekalian belanja buat bahan-bahan basreng gak?" tanya Choki.
"Tapi Annisa --"
"Sekalian, pake uang yang ada aja," potong Choki sebelum Annisa menemukan kalimat yang handak diucapkannya.
"Oke, boleh," jawabnya singkat dan langsung menuju toko langganannya.
"Sini biar aku yang bawa. Nanti pas kamu buat basreng aku bantuin ya. Sekalian ajarin aku. Aku juga mau jadi pengusaha kayak kamu," ucap Choki antusias.
"Iya, nanti Annisa ajarin. Lagipula, kebetulan banyak pesanan yang masih Annisa keep karena beberapa hal. Semoga para customer Annisa itu paham dan sabar," jawab Annisa.
"Aku akan bantu kamu. Pokonya perintah apa aja. Kamu juga kan gak boleh terlalu lelah. Kita jangan sampe tengah malam ngerjainnya," ucap Choki.
"Iya, Pak suami," sahur Annisa sambil berlalu untuk berjalan di depan Choki.
"Eh, kamu tadi bilang apa An?" tanya Choki yang berjalan cepat demi bisa menyeimbangkan langkah kaki Annisa yang super cepat.
Gadis itu sengaja berjalan cepat karena tadi dirinya sudah kelepasan berbicara.
"Haih, gimana kalo Abang Zakaria salah paham? Nanti dikiranya Annisa sengaja menggoda gimana? Aduh ...!" batin Annisa gusar sendiri.
"Annisa tunggu!" panggil Choki yang tau-tau sudah menjegal langkah Annisa.
Napas pemuda itu nampak tersengal-sengal, apalagi kedua tangannya sudah penuh dengan tentengan.
Penampakan itu lantas membuat Annisa menahan gelak tawanya.
"Kamu, bilang apa tadi. Coba katakan lagi!" pinta Choki dengan wajah penuh keringat bahkan menetes hingga ke lehernya.
Entah kenapa, penampilannya yang seperti ini membuat Annisa tak bisa berkedip.
"Kamu kenapa, An?"
Mendapat pertanyaan seperti itu lantas membuat Annisa terkesiap.
Gadis itu seketika salah tingkah dan tak tau harus menjawab apa.
"Sudah selesai semua belanjanya. Kita pulang aja," ajak Annisa.
Choki mencari cara untuk meletakan barang belanjaan yang cukup banyak ini di motor.
"Mungkin sebaiknya, Annisa naik angkot saja."
Ucapan Annisa sontak membuat Choki menoleh cepat.
"Gak akan aku biarkan kamu naik angkot. Sebentar." Choki lebih memilih memesan jasa ojek dari aplikasi online untuk membawa barang belanjaannya.
Ojek itupun mengikuti mereka dari belakang.
Sesampainya di kontrakan.
"Wah, mereka ngeborong belanjaan tuh!" batin seorang wanita yang bersembunyi dari balik tembok pagar rumahnya.
"Aku harus lapor si nyonya kaya itu," batin wanita itu lagi.
...Bersambung...
Jazakillah khairan author
👍👍👍👍👍
ana uhibbuki fillah untuk perempuan