TRANSMIGRASI GRAMEISYA

Defli pun pembawa Grameisya keluar dari ruang makan ke dalam mobilnya.

Dengan engan, Grameisya pun ikut masuk ke dalam mobil tersebut. Di dalam mobil itu ada mereka berdua.

"Ada apa?" tanya Grameisya setelah mereka ada di dalam mobil.

"Kamu ini kenapa bisa berubah begini? Apa ini karena selama ini aku tidak pernah pedulikan kamu? Menolak mu hingga sikapmu berubah total begini?" tebak Defli.

"Cih! Jangan percaya diri dulu kamu, aku berubah untuk diriku sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan mu. Jangan menganggap dirimu penting, karena kau ... sama sekali tidak penting bagiku," ucap Grameisya mendorong tubuh Defli dengan telunjuknya lalu ia pun keluar dari mobil Defli.

Ia pun masuk ke dalam mobilnya sendiri yang di supir oleh pak Ahmad.

Mobil pun perlahan-lahan melaju menuju ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, terdengar suara pengeras suara.

"Para seluruh murid, nanti malam kita akan makan malam bersama di sekolah, seperti biasa pertemuan rutin setiap bulan. Tapi untuk kali ini ada tamu spesial yang datang, harapan kalian semua untuk datang dan beri tahu kepada orang tua kalian."

"Makan malam bersama malam ini? Acara apaan itu?" tanya Grameisya bingung.

"Itu acara makan malam untuk pertemuan seluruh murid saja Nona, Nona hanya perlu datang dengan memakai gaun saja. Para murid datang saja ke sekolah," jawab pak Ahmad menjelaskan.

"Oh begitu ya, baiklah kalau begitu, aku pergi dulu," ucap Grameisya keluar dari mobil dan menuju kelasnya.

Di sepanjang jalan, ia melihat para murid semuanya membahas pakaian apa yang akan mereka pakai malam ini agar terlihat anggun dan menjadi putri malam ini.

"Hm ... kira-kira siapa ya yang akan datang malam ini? Katanya spesial, apa orangnya sangat spesial?" tanya mereka penasaran.

"Entahlah, aku juga penasaran," ucap temannya.

🫓🍞🥜

Saat pulang sekolah, Grameisya tidak langsung pulang ke rumah.

"Kita kemana Nona?" tanya Pak Ahmad.

"Kita ke tempat GYM," jawab Grameisya.

"Ha? Apa yang akan Nona lakukan di sana?" tanya Pak Ahmad terkejut.

"Tidak ada, hanya ingin latihan fisik saja," jawab Grameisya.

"Baiklah kalau begitu." Pak Ahmad pun mencari tempat Gym terdekat.

'Musuh sudah ada di depan mata, aku harus memperkuat fisikku,' batin Grameisya.

Tak lama sesampainya di sana, Grameisya pun masuk ke dalam. Yang bayar adalah pak Ahmad dan ia juga harus ikut menemani Grameisya di tempat tersebut.

Grameisya melakukan pemanasan agar ototnya tidak tegang.

Ia mendekati Weight training (angkat beban) lalu mulai mengangkat 5 kilo.

"Coba kamu lihat cewek kurus itu, kira-kira dia bisa angkat beban berapa kilo?" tebak seorang pria menujuk ke arah Grameisya kepada temannya.

"Alah, paling cuma 20 kilo, itu pun kalau kuat," ucap temannya meremehkan.

Satu persatu beban Grameisya masukan, ia pun mulai mengangkatnya. Hingga akhirnya sampai ia mengangkat 350 kilogram yang membuat mereka melongo bersama.

"Apa!! Dia itu perempuan atau bukan sih?" tanya mereka terbelalak.

"Gila! Tubuhnya aja yang kurus, tapi tenaganya seperti sapi," ucap mereka berdua terkekeh.

"Apa kalian bilang? Tenaga ku seperti sapi? Bagaimana kalau kita adu kekuatan, aku sudah lama tidak pukul orang," tantang Grameisya.

"Kau ... yakin?" tanya pria itu merasa tertantang.

"Kenapa? Apa kalian takut?" tanya Grameisya.

"Mana ada takut, kamu itu perempuan ya tetap saja perempuan, mana bisa mengalahkan pria," ucap pria itu membuang handuk kecilnya ke samping.

"Kalian berdua saja, maju!"

"Nona! Apa yang Anda lakukan? Bagaimana jika Anda cidera?" tanya Pak Ahmad khawatir.

"Tenang saja, aku tau batas dan kemampuan ku," jawab Grameisya.