Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Celana renang Pak Badhot
"Assalamualaikum....." ucap dua gadis itu bersamaan ketika memasuki rumah Alin
"Waalaikumsalam... Eh Nisa... sini masuk sayang," sambut Bu Koni sambil memeluk keduanya bergantian
"Pulang naik apa kalian?" tanya Pak Badhot yang ikut bergabung dengan mereka di ruang keluarga
"Nebeng mobil teman pih." jawab Alina
"Oh, temen kalian emangnya ada yang bawa mobil ke sekolah?" tanya pak Badhot merasa penasaran
"Ada pih, itu si Gita sama Tama kan pada bawa mobil bokap nya.Banyak kok, tapi parkirnya di luar gedung sekolah ngga boleh masuk ke dalam. Yang parkiran di dalam buat guru guru doang sama motor siswa"
"Lah terus kamu tadi nebeng siapa?"
"Gita,"
"Tama,"
"Laaah? Jawabnya ngga kompak gitu? Yang bener mana, Gita apa Tama?" tanya Pak Badhot lagi
"Tadinya masuk mobil Gita pih. terus dia ada janji akhirnya kita masuk mobil Tama. Iya kan nis?" ujar Alina dan dibalas anggukan kepala sahabatnya
"oh gitu. Ya sudah, sana pada ganti baju sama bersih bersih badan. Mandi sekalian, kan udah sore." ujar Bu Koni
"Oh iya Mih, ini Nisa bawain seafood sama udang goreng tepung enak banget nih. Tadi dapet dikasih temen," ujar Anisa menyerahkan bungkusan yang ia bawa
"Eeh jangan, itu kan buat kamu Nis?" tanya Alina
"Gak papa Lin , makan bareng bareng lebih asyik. Lagian itu banyak banget masa gue abisin sendirian?" Cicit anisa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Waah. kalian habis makan disini?" tanya Bu Koni membaca tulisan nama resto terkenal pada kantong yang diberikan Anisa padanya.
"Iya mih, tadi Gita ulangtahun terus dirayain makan makan disana." ucap Alina menjelaskan
Bu Koni pun manggut manggut dan membawa bungkusan itu ke dapur. Pak Badhot masih setia menonton tayangan televisi yang menampilkan acara olahraga.
"Alina masuk dulu pih." ujar nya sambil menggandeng Anisa masuk ke dalam kamarnya.
"Pak Badhot, hari ini saya ijin nginap di sini ya pak." ucap Anisa memohon ijin pada sang ayah sahabatnya
"Iya nis. Bapak kamu lagi kumat?" tanya Pak Badhot yang sudah mengenal betul latar belakang keluarga teman putrinya itu
"Eumm... Iya Pak. Bapak saya datang tadi malam pas saya baru pulang dari Resto, bawa teman wanita nya nginap di rumah."ujar Anisa bercerita dengan jujur
"Astaghfirullah Drajat... Drajat! Ngga kapok kapok kamu! Nggak kasian apa sama anak gadisnya sendiri? Ck Ck Ck ... Ada ya bapak model gituan? Dah kamu tinggal disini saja sama Alina, nis." tawar Pak Badhot dan diangguki oleh istrinya.
" Iya nis, mending kamu tinggal aja disini sama kita. Jadi si Alina itu juga ada temennya. Kasian kalo kamu pas dirumah sendirian terus bapak kamu datang dalam keadaan mabuk, duhhh ibu ngga bisa bayangin nya nis..." ucap Bu Koni yang sudah menganggap Anisa adalah anaknya sendiri , sama seperti Alina
"Nis, ayo masuk." ajak Alina.
"Saya ke kamar Alina dulu Bu. Pak. permisiiii..."
"Iya iya nis..." jawab Bu Koni. Wanita berusia empat puluh tahun yang masih tampak muda itu duduk di samping suaminya dan menggelendot mesra.
"Pihhh..." panggilnya dengan suara lembut
"Hemmm?"
"Enak kali yah Pih kalo kita punya banyak anak. Rumah jadi rame, ngga sepi kaya gini kalo ngga ada Alina dirumah.." cicit Bu Koni sambil mengelus elus rahang suaminya
"Yaa mau gimana lagi Mih, dikasihnya satu. Kan bukan kuasa kita kalo soal anak mih?"jawab pak Badhot sambil melingkarkan tangannya di bahu sang istri membawa kepala Bu Koni untuk merebah di bahunya.
"Ehm.. Iya sih Pih. Apa Alina suruh nikah muda saja ya pih? lulus sekolah kita nikahkan dia. Biar kita cepet punya cucu..." ucap Bu Koni mengusulkan sebuah ide
"Iya boleh juga sih Mih. Tapi gimana Alina aja lah mi, jangan kita paksa. Anaknya juga masih ingusan kaya gitu masa mau di kawinin sih Mih?" ujar Pak Badhot terkekeh dan dibalas Bu Koni yang ikut tertawa terbahak-bahak
"Iya yah Pih. Maksud mami kalo soal kuliah kan bisa sambil jalan. Toh untuk urusan ekonomi kita mampu dan sanggup untuk anak cucu kita nanti. Kalaupun suami Alina nanti belum kerja, kan bisa bantu bantu papih di resto atau kafe kita..."cerocos Bu Koni memberi masukan
"Iya mih, papi ngerti.. Papi ngga masalahin status sosial ko mih. Cuma ya harus lelaki yang bertanggung jawab mih, dan juga ngerti agama. Soalnya kan dia nantinya yang jadi pemimpin buat anak kita..."
"Iya pih... semoga ya pih anak kita dikasih deket jodoh nya, sayang sama dia, sayang sama kita sebagai orangtua nya, ganteng kalo bisa, Sholeh, bonusnya tajir he he he,"
cerocos Bu Koni dan diaminkan oleh suaminya
"Ckckck itu mah seribu satu mih kalo spek nya begitu.... Mana ada laki laki sempurna macam itu? Yang ada mah cuma di sinetron ikan ngesot." celetuk pak Badhot dan disambut tawa sang istri
"ish, gak papa dong pih yang namanya doa mah bebas,gratis ini. Lagian doa seorang ibu kan bisa nembus Langit..."
"Iya iya my darling... Ahaaa!! papi punya ide!!?" ucap pak Badhot sambil mengacungkan jari telunjuknya
"Ide apa Pih?" tanya Bu Koni penasaran
"Sambil nunggu saatnya Alina punya bayi, gimana kalo kita percobaan bikin bayi? Siapa tau adonan kali ini berhasil Mi?" ujar pak Badhot sambil menaik turunkan sebelah alisnya dengan senyum khasnya
"Ish Papi!! Kuy lah.. Ge Ce!!" jawab Bu Koni sambil bangkit untuk berjalan namun dengan sigap Pak Badhot menggendong nya ala bridal menuju kamar mereka.
*****
Anisa yang hendak keluar kamar mengambil air minum itu sempat melihat kemesraan orang tua sahabat nya, ia pun memutuskan segera berbalik masuk kembali ke dalam kamar Alina.
"Lo kenapa? Kok balik lagi? Katanya mau ambil minum? Ambil sendiri sono gih?" cerocos Alina yang tengah menyisir rambutnya di depan meja rias di kamarnya
"Ntar aja lah. Ada bokap nyokap Lo lagi sayang sayangan."
"Jiahahah serius Lo.. Hahah emang se bucin itu Nis papi gue sama mami. Hihihi,"
"Enak ya Lin, keluarga Lo kayaknya bahagia banget... Hangat... Ga kaya keluarga gue. Suram...." ujar Anisa sambil merebahkan tubuhnya di sofa kamar Alina. Pandangannya menerawang menatap langit langit kamar dengan pikiran yang menerawang jauh.
"Lin jadi ngga nih kita berenang di sebelah?" tanya Anisa
"Jadi dong, bentar gue chat calon suami gue dulu." cengir Alina sambil mengambil ponselnya di atas nakas.
"Ciyeee... Calon suami tuh?"
"Ahaha suka suka gue dong nis?" balas Alina mencibir sahabatnya
"Serah Lo lah Lin."
"Eh tapi baju renang gue cuma satu gimana dong?" tanya Alina menatap sahabatnya
"Pake daleman aja kali ya? Biar om Barra ngga tahan liatnya terus auto berpaling nubruk gue wakakakakaka" ucap Anisa tergelak sendiri sontak sebuah bantal melayang ke arah wajahnya.
"Wah, belum juga nikah udah ada pelakor ini mah," ujar Alina terkekeh-kekeh melihat sahabatnya yang tiba tiba nyungseb ke karpet lantai akibat menghindari lemparan bantal dari Alina.
"hah! Rese Lo Lin. Rasakan pembalasanku nanti!" jawabnya sambil bangkit berdiri dan mengusap usap bokong nya
"Eh serius gue punya baju renang cuma satu."
"ya gua pake tank top Lo aja sama hotpants. Ada kan?"
"Ada dong. Atau Lo mau pake celana renang?" tawar Alina dengan wajah serius
"emang ada? Boleh lah, pake celana renang aja kalo gitu,"jawab Anisa merasa lega
"Ada, celana renang punya bokap gue." ujar Alina nyengir kuda menampilkan deretan gigi putihnya
"ah elah .. Gue disuruh pake celana renang pak Badhot???!"
Ha ha ha ha
Keduanya kompak tertawa terbahak-bahak memenuhi isi kamar Alina.
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil