Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.
Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Mencari Kalila
BUG!
Kali ini bogem mentah datang dari kepalan tangan Arlen yang diberikan untuk Noe. Asistennya yang sudah tahu, sudah menyiapkan kakinya untuk memasang kuda-kuda agar tidak terhuyung.
"Kamu sudah tau dan kamu diam saja?!" Teriak Arlen penuh amarah kepada Noe.
Malam itu juga Arlen memanggil Noe untuk datang setelah dia menerima semua informasi tentang Kalila dari Noe.
Noe tidak menghindar, tidak juga membela diri. Ini adalah kali pertama selama bertahun-tahun Noe menjadi asisten Arlen, ia melihat bagaimana Arlen seputus asa itu.
Arlen terluka setelah Miranda mengaku tidak pernah mencintainya dan mengkhianatinya. Tapi dia kacau dan menyesal tingkat tinggi saat tahu kebenaran tentang Kalila.
"Kamu tau kalau Mama memberikan uang untuk Kalila karena Kalila butuh biaya operasi Kirei!" Arlen menunjuk wajah asistennya itu dengan tatapan yang sangat murka.
"Astaga!" Arlen kini menjambak rambutnya sendiri, dia begitu frustasi. "Bodoh sekali! Bodoh sekali aku! Bunda sempat menyebut nama Mama waktu itu. Lila bahkan pernah bilang uang dari Mama sudah habis untuk hal lain. Hal lain! Rupanya itu untuk biaya operasi! Dasar bodoh! Bodoh!" Arlen memukuli kepalanya sendiri sampai-sampai Noe terpaksa bergerak untuk menghentikan Arlen atau dia akan melukai dirinya sendiri.
"Tuan, tenang! Nona Kalila pasti mengerti."
"Mengerti apanya!" Teriak Arlen. "Aku sudah sangat menyakitinya! Aku melukainya. Bukan hanya hatinya, tapi juga fisiknya! Lila pasti membenciku sekarang! Dia pasti ketakutan saat itu padaku! Astaga! Aku ga pantas hidup!"
"Nona Kalila pasti akan memaafkan Tuan." Noe kembali menahan tangan Arlen yang hendak mau memukuli kepalanya sendiri lagi.
"Nona Kalila yang meminta saya untuk merahasiakan semuanya. Karena Nona ga ingin merusak hubungan Tuan dan Miranda lebih jauh. Jadi, Nona sengaja membiarkan kesalahpahaman ini berlanjut agar Tuan membencinya dan lebih mudah bagi Nona untuk berpisah sesuai dengan perjanjian yang Tuan berikan."
Noe menjelaskan dengan singkat, padat dan tidak menenangkan batin Arlen sama sekali.
Penjelasan itu justru membuat Arlen malah semakin frustasi, dan Noe menggigit lidahnya sendiri karena malah membuat situasinya semakin kacau.
"Aku akan menjemputnya. Aku akan membawanya kembali!" Arlen melepaskan diri dari Noe, dengan langkahnya yang sedikit mengkhawatirkan Noe, Arlen terus melangkah keluar dari unit apartemennya.
"Tuan tau dimana Nona sekarang?" tanya Noe yang tetap mengikuti Arlen dari belakang.
"Tidak! Tapi aku akan menemukannya dan membawanya pulang!"
Noe menggeleng seraya menghela napas.
* * *
"Kita ke kedai Lila." Titah Arlen begitu mereka sudah berada di tengah jalanan, mobil melaju dengan kecepatan standar.
"Untuk apa ke kedai, Tuan?" tanya Noe bingung.
"Menjemput Lila tentu saja!"
"Tapi Nona-"
"Cepat jangan banyak bicara, Noe! Aku harus menjemput Lila sekarang!"
"Tapi Tuan-"
"Apa kamu akan membantahku?! Apa kamu sudah bosan bekerja padaku?!"
Lagi-lagi Noe tidak bisa membantah, Tuannya itu kalau sudah marah selalu muncul kebiasaan buruknya yaitu memotong ucapan orang. Pantas saja jika sejak awal kesalahpahaman itu sudah muncul.
Mobil pun melaju menuju alamat kedai kecil Kalila berada. Butuh waktu hampir satu jam untuk mereka sampai di depan kedai.
Arlen segera keluar dari mobil, tapi pagar kayu kedai itu tergembok dari luar. Itu sudah menjelaskan bahwa tidak ada orang di dalam kedai. Kedai pun terlihat gelap.
"Kenapa ga ada Kalila?"
"Itu karena Nona ad-"
"Kita ke rumah Bunda Seruni! Dia pasti pulang ke tempat orang tuanya." ujar Arlen dengan sangat yakin seraya kembali masuk ke dalam mobil.
Sementara Noe hanya bisa menepuk jidatnya. Perjalanan dari kedai menuju rumah Bunda Seruni membutuhkan waktu hampir dua jam, karena ternyata dibeberapa ruas jalan masih cukup padat merayap.
Tapi sayangnya, rumah Seruni juga kosong. Menurut tetangga yang lewat tepat ketika Arlen berkali-kali memencet bel, Seruni dan Kirei masih di rumah sakit.
Kemudian mereka pun lanjut menuju rumah sakit. Sebelum masuk ke dalam kamar perawatan, Arlen menyempatkan diri untuk merapihkan rambutnya dan lipatan kemejanya.
"Loh Nak Arlen?" Belum sempat Arlen masuk, bunda sudah lebih dulu membuka pintu untuk keluar. "Datang sendiri? Ga sama Lila?"
Hati Arlen mencelos, Kalila juga tidak ada di rumah sakit.
"Engga Bun." jawab Arlen kikuk.
"Oh, Nak Arlen langsung dari kantor?"
"I-iya, Bunda."
"Terima kasih ya, sudah menyempatkan untuk menjenguk Kirei, padahal Kalila bilang kamu sangat sibuk mengurus proyek di luar kota."
Lagi-lagi hati Arlen seperti dicubit dan diputar dengan menggunakan tang. Kalila selalu menggambarkan Arlen dengan baik di depan Bundanya. Sementara dia? Setiap kali Erina menelepon dan menanyai kabar mereka, Arlen akan langsung pura-pura sibuk dan mengakhiri panggilan.
Setelah masuk sebentar untuk melihat keadaan Kirei yang sudah terlelap, Arlen pun pergi dari rumah sakit.
"Kemana Kalila?" Arlen bermonolog. "Kalila..."
"Tuan, ini sudah cukup larut, apa ga sebaiknya, besok kita jemput Nona?"
"Aku harus menjemputnya sekarang, Noe! Malam ini juga!"
"Tapi Tuan..."
"Apa aku harus mengecek semua hotel yang ada di kota ini?"
"Tuan..."
"Apa Kalila ke luar kota?"
"Tuan..."
"Atau kita harus cek bandara dan stasiun? Atau-"
Ciiiit!
Noe terpaksa menepikan mobil dan menginjak pedal rem secara mendadak untuk menghentikan ocehan Arlen.
"Apa yang kamu lakukan, Noe?!"
"Maaf, Tuan. Saya terpaksa." sahut Noe dengan gemas. "Kalau saja Tuan mengijinkan saya bicara sejak awal, kita sudah bertemu dengan Nona Kalila sejak tadi."
"Apa maksudmu?!"
Noe melihat waktu pada jam tangannya.
"Tapi kalau Tuan tetap ingin malam ini juga menjemput Nona, saya rasa Nona Miska tidak akan mengijinkan."
"Apa urusannya dengan Miska?"
"Karena Nona Kalila ada di rumah Nona Miska."
"Apa?! Kenapa ga bilang dari tadi?! Cepat ke rumah Miska sekarang! Aku ga peduli kalau pun Miska menyiramku dengan air, aku akan menunggu hingga pagi di sana!"
Noe hanya bisa menghela napas, lagi dan lagi.
terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️
Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻