.
.
.
Queen Adena Sasikirana Arundati,
seorang gadis cantik hidup di desa, tidak ada yang tau identitas sebenarnya kecuali sang ibu kandungnya saja (Dewi mustika), misteri kisah Dewi itu disimpan serapat-rapatnya.
mereka bahagia hidup di desa terpencil, berteman dengan binatang buas dan bergaul dengan alam.
suatu hari terjadi masalah yang membuat Nana harus ke Kota dan tujuan utama Nana adalah mencari tau siapa Papa kandungnya, Nana tidak suka konspirasi yang membuat hidup Mamanya menderita, mudah bagi gadis itu menemukan identitas Ayah kandungnya.
gadis yang tangguh, siapa Pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Tuan Muda Arkatama jatuh cinta pada Gadis itu terlebih lagi saat tau identitas gadis tersembunyi di desa itu.
Nana kembali ingin membalas orang yang berani menyakiti hati Mamanya, Nana adalah gadis Ceria dan periang tapi jika dirinya sudah diusik, dendam !! Nana gadis yang sangat pendendam hingga bertekad untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti ibu nya.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nana tau
.
.
.
ditempat lain
"kau yakin Yunus? ". tanya Emma pada Asisten kepercayaan Yardan.
"aku yakin Emma, dia sendiri yang mengatakan padaku kalau dia curiga aku ini adalah orangmu". jawan Yunus.
"apa dia begitu mencurigaimu? ". tanya Emma
"aku sudah tidak bisa lagi memata-matainya, dia sudah mencurigaiku". dengus Yunus.
"dasar Pria itu tidak berguna..! kenapa dia bisa sadar dengan cepat? apa dia tau sesuatu? apa dia hanya tau kalau kau adalah orangku? tapi dia tidak mencurigai Celinne kan? ". cecar Emma
"tenang saja Emma, Yardan tidak tau kalau Celinne adalah anakku". jawab Yunus.
Emma menghela nafas lega, "Pria itu sama sekali tidak berubah, sejak awal dia begitu dingin padaku bahkan sudah menikah pun dia masih begitu dingin padaku".
"sudahlah Emma, apa yang kamu banggakan darinya hmm? dapatkan hartanya saja, itu kan yang paling utama?". kekeh Yunus
Emma mengangguk lalu berpindah tempat duduk dipangkuan Yunus, suami Emma memang Yardan tapi Suaminya itu tidak pernah memberi nafkah batin padanya, bagaimana Yardan mau menyentuhnya saat melihat Emma tidak berpakaian saja membuatnya benci.
Yardan tau tanda wanita yang ia sentuh, itu sebabnya ia tidak pernah menyentuh Emma karna tau Emma hanya penipu, jadi Emma mencari Pria lain yang bisa memuaskan bira*i nya yaitu Yunus.
"tunggu..? siapa yang menggangguku? ". geram Emma
"lihat dulu siapa tau Putri kita". jawab Yunus
Emma buru-buru melihat ponselnya dan ternyata benar, "kenapa dia ya?".
"coba datangi..! bisa jadi lelaki itu membentak anak kita". titah Yunus dengan geram.
"sepertinya laki-laki ini semakin besar kepala, aku harus laporkan dia pada kedua orangtuanya, melihat dia dibentak sampai pergi dari Rumah karna Mamanya membuatku senang". seringai Emma
"lakukan saja". sahut Yunus mendukung
"aku pergi! ". Emma
Yunus mengangguk sambil tersenyum mengecup punggung tangan Emma.
perginya Emma membuat Yunus menggeram marah, "dasar Tuan bodoh!! dia selalu membentak anakku, apa dia tidak sadar betapa bodoh nya dia hah? sepertinya aku harus bertindak".
"bahkan setelah melihat hasil tes DNA pun dia masih dingin pada anakku hanya karna tidak bisa belajar bisnis, aku tidak akan memaksa anakku menjadi seorang pembisnis". marah Yunus lagi.
sudah cukup lama Yunus menahan diri bekerja dengan Yardan, sebenarnya Yunus orang setia Yardan tapi karna perempuan membuatnya gampang berkhianat, terlebih lagi perlakuan Yardan pada putrinya, Ayah mana yang tidak akan tahan? jika bukan karna dipaksa Emma untuk tetap bertahan mana mungkin ia tetap mau bekerja dengan Yardan.
"aku harus temukan anaknya terlebih dahulu, jika anaknya memang sudah mati itu bagus tapi jika anaknya memang masih hidup aku harus menghabisinya sebelum anak itu menjadi batu sandungan terbesar anakku untuk mendapatkan harta warisan keluarga Wijaya". gumam Yunus
sementara di tempat lain.
Nana berpakaian sebagai tukang bersih-bersih memakai topi, masker dan membawa tas berisi kunci-kunci alat perbaikan, ia masuk ke Ruangan VIP dimana tempat itu ada Celinne.
"siapa kau hah? ". bentak Celin
"maaf Nona, saya hanya tukang perbaikan di toilet". jawab Nana menunduk 90°
"ya sudah.. sana masuk Toilet". usir Celin
"baik Nona". jawab Nana yang sedang menyamar.
Nana mengeluarkan sebuah alat yang akan membantu Nana mendengar pembicaraan Celinne diletakkan dibalik meja, ia pun segera masuk ke Toilet dan menutup pintu Toilet sambil memasang alat ditelinganya.
sekitar 20 menit kemudian Emma datang dan memeluk Celinne.
"ada apa sayang? ada apa lagi hmm? ". tanya Emma
Celinne sepertinya sedang marah, "mama..? Papa memblokir kartu ATM ku".
"apa? apa lagi kesalahanmu hah? ". tanya Emma dengan serius.
"itu semua Karna Indra, dia memberi tau Papa kalau kami penah tidur bersama". jawab Celin dengan berang.
"a.. apa?". Emma seakan tidak percaya
"Papa sangat marah dan meminta Celinne menikah dengan Indra tapi Pria kurang ajar itu punya bukti rekaman kami Ma, Papa membekukan ATM ku sementara Pria gila itu mengancamku". jerit Celinne frustasi.
"lalu apa mau Pria itu? ". tanya Emma
"dia bilang harus menikah dengannya, aku harus bantu Perusahaannya yang sedang berada dijurang kebangkrutan". jawab Celinne
"kamu tenang aja sayang..! Mama akan beri dia pelajaran, laki-laki itu akan Mama buat masuk Rumah Sakit dan tidak berani lagi menemuimu". Emma
"iya ma..! bunuh saja dia, dia tidak bisa berkelahi hanya tau cara buat enak aja". jawab Celinne dengan geram.
"kamu mau kemana? ". tanya Emma
"aku mau ke pesan makanan, apa Mama bisa ajak Om Yunus? aku kangen sama Om Yunus". pinta Celinne
"baiklah". jawab Emma
Celinne pun pergi sementara Emma menghubungi Yunus, tak disangka pembicaraan Emma dan Yunus didengar oleh Nana yang terlihat syok saat tau kebenarannya bahwa Yunus adalah Ayah kandung Celinne.
saat Celinne pergi, hanya Emma yang ada di sana segera Nana keluar dan Emma melihat Nana keluar.
"siapa kau? ". tanya Emma
"saya tukang perbaikan air Nona, kran airnya sudah bisa dipakai, saya yakin tidak akan tersumbat lagi". jawab Nana begitu meyakinkan.
Emma mendekat tapi tiba-tiba Celinne masuk dan melihat Nana yang belum juga pergi, "apa kau belum siap juga? ". bentak Celinne.
"belum Nona, itu.. Non.. Eh.. Nyonya bertanya siapa saya". jawab Nana gelagapan
Emma yang tadinya curiga pun tersenyum cerah meraba wajahnya, ia merasa dianggap muda oleh Nana.
"sana pergi..! ". usir Celin
"baik Nona". jawab Nana segera menunduk sopan dan pergi dari sana.
Nana berbelok dan masuk ke Ruangan tangga darurat, ia masih serius mendengarkan pembicaraan mereka.
"Yunus? apa dia... aaah.. iya.. Aku melihat data-data nya kalau dia itu Asisten kepercayaan Papa". batin Nana yang menyadari nama itu.
"dasar wanita licik..! dia tidak tau malu, Celinne itu anak Asistennya Papa tapi ngaku-ngaku anak Papa". geram Nana
Nana mengepalkan tangannya mendengar semua pembicaraan mereka, setelah kepergian Mereka Nana berdiam diri selama 2 jam di tangga darurat, lalu ia kembali mendapatkan benda yang ia pasang tadi.
"aku harus melindungi Papa". gumam Nana
"mereka mau mencoba meracuni Papaku secara bertahap ya? tidak akan berhasil selama aku ada". gumam Nana meremas baju yang ia pakai kini.
"Yunus ini harus diberi pelajaran". gerutu Nana
Nana tidak suka musuh berkedok teman, selama ini ia hanya tau cerita-cerita saja tak disangka musuh dibalik selimut itu memang ada didunia nyata dan bahkan berencana menyakiti orang itu yang tak lain korbannya adalah Papanya sendiri.
Nana begitu berani memasuki Perusahaan W Group, dan kebetulan sekali Nana masih menyamar jadi tukang perbaikan, walau sulit ia berhasil mendapatkan kode akses Ponsel milik Papanya lalu segera ia melarikan diri.
"siapa dia itu? ". tanya Yardan ke Karyawan yang ada didekatnya.
"dia adalah tukang yang saya panggil untuk memperbaiki keran air di Westafel Anda yang bocor".
Yardan pun mengangguk percaya, sementara Nana tiba diluar Gedung menghela nafas lega.
"aku sangat beruntung..! kenapa bisa kebetulan ya? seolah semua ini memang sudah direncanakan oleh Yang Maha Kuasa". gumam Nana tersenyum lebar memegang ponselnya.
"Papa tenang saja Nana akan menyelamatkan Papa". gumam Nana tersenyum tulus.
.
.
.
tapi lanjut