Penyesalan Anak Durhaka

Setelah menelpon keduanya, Arsen dan Denis mengerjakan beberapa hal yang akan kelompok mereka lakukan ke depannya dan bisnis apa yang akan mereka lakukan.

“Cari orang yang mengerti betul mengenai senjata karena aku ingin kita berbisnis senjata legal” titah Denis.

“Oke bos tapi apa kita hanya akan bekerja sama dengan pemerintah saja bos?” tanya Denis dengan cepat.

“No! Kita akan menjadi suplai untuk menyediakan senjata buat klien kita tak perduli dari mana asal mereka yang penting bisnis kita ini legal” papar Denis menjelaskan.

“Baik bos aku paham”

“Bagaimana dengan pemilu ayahmu?” tanya Denis dengan suara dingin.

“Jangan menyebut nama sialan itu bos. Dia bukan ayahku lagi saat mengkhianati mama” jawab Arsen dengan suara tegas.

“Well! Aku tidak perduli dengan hubungan kalian karena yang aku tahu hanya mendapat keuntungan dari kerja sama kami! Hehehe” ucap Denis sambil terkekeh.

“Aku tahu ayahku sedang mengirim kontrak pinjaman ke DA Bank bos. Aku minta maaf tapi aku menyuruh Rangga menolak pinjaman mereka bos” jujur Arsen yang melakukan hal tersebut kemarin tak meminta persetujuan Denis.

“Jangan di ulangi lagi dan ini kesempatan kamu yang terakhir” ancam Denis dengan suara tegas.

“Terima kasih bos”

“Heemmm”

Denis sebenarnya tahu semua hal yang terjadi didalam perusahaan dan anak buahnya, tapi ia ingin melihat sendiri tindakan apa yang akan diambil oleh Arsen. Apa dia akan jujur kepadanya atau malah diam saja.

Brak……………..

“Maafkan kami bos karena tidak bisa menahannya” ucap salah satu anak buah Denis yang tak bisa menahan orang yang menerobos masuk ke dalam ruangan Denis.

“APA MAKSUDMU MENYURUHKU DATANG KESINI DENGAN MENGANCAM AKU SIALAN!” bentak Adrian dengan suara menggelegar.

Denis mengerutkan keningnya mendengar ucapan Adrian tentang mengancamnya hanya untuk datang kesini.

Karena setahunya ia tidak pernah mengirim ancaman agar Adrian datang kesini, karena ia tahu Adrian tidak akan pernah menolak untuk datang saat ia memanggilnya.

Mata tajam Denis seketika menatap Arsen dengan tajam yang berdiri sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal karena itu semua kerjaannya.

“Maaf bos. Aku pikir itu cara yang lebih cepat agar mereka segera datang bos” ucap Arsen sambil memamerkan giginya.

“Jangan pernah menggunakan namaku lagi” ucap Denis memperingatinya dengan tajam.

“Maafkan aku bos tapi ini terakhir kali dan mungkin yang terakhir kali sebentar lagi datang bos! Hehehehe” ucap Arsen sambil terkekeh.

Bugh……………….aww……………..

Arsen meringis saat keningnya menjadi sasaran lemparan Denis barusan yang melempar bolpoin mahalnya, karena kesal dengan kelakuan Arsen yang memakai namanya.

“Sekali lagi kamu menggunakan namaku maka detik itu juga nama kamu akan tertera jelas di batu nisan” ucap Denis dengan suara dingin dan tegas.

“Maafkan aku bos” ucap Arsen mengaku salah dan tak protes sama sekali.

Adrian yang sedari tadi melihat keduanya mengerutkan kening tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan barusan.

...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...

“Hold on! Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?” (tunggu sebentar) tanya Adrian dengan penasaran.

“Maafkan saya tuan Adrian tapi ancaman tadi bukan dari bos tapi saya yang mengirimnya” aku Arsen dengan jujur.

“Ancaman? Bukan Denis tapi kamu” ucap Adrian memproses ucapan Arsen barusan.

“Tampan you lola banget sih. Maksudnya itu dia yang kirim pesan ancaman ke you bukan bule tampang eike” ketus Lola dengan mengejek.

“Diam kamu banci sialan.” bentak Adrian dengan suara tinggi.

“Ckk!!” decak Lola dengan kesal.

“Maaf tuan Adrian tapi yang dibilang tuan Lola barusan itu benar” ucap Arsen.

“MATA YOU BUTA! HAH! MANGGIL EIKE YANG CANTIK JELITA INI TUAN!” bentak Lola dengan suara tinggi.

“DIAM KAMU LOLA! KAMU TUNGGU SAJA DI MOBIL SIALAN” hardik Adrian dengan suara menggelegar.

Lola berdecak kesal menatap Adrian dan Arsen bergantian sambil menghentak kakinya keluar dari ruangan Denis.

Bugh………...…bugh………..…..

2 Pukulan tepat mendarat di pipi kiri dan perut Arsen dari Adrian karena kesal sudah dipermainkan olehnya barusan.

“Itu hukuman buat kamu sialan” ketus Adrian.

“Maafkan aku tuan”

“Adrian. Panggil aku Adrian jangan tuan karena aku tidak gila hormat seperti bos dinginmu itu” cibir Adrian menatap Denis yang juga menatapnya dengan datar.

“Baiklah Adrian”

Brak…………….

“Bos tidak kenapa-napa kan bos?” tanya Sandro yang masuk dengan wajah panik.

Phew……………….

Denis membuang napasnya dengan kasar sambil menatap Arsen dengan tajam, karena sudah membuat dirinya menjadi sasaran kali ini.

“Hey asisten sialan. Bos dinginmu itu tidak kenapa-napa tapi ini semua akal-akalan cupu ini” tunjuk Adrian ke Arsen.

“Dude” ucap Arsen memamerkan giginya sambil mengangkat kedua jarinya tanda peace.

“BOCAH EMPAT MATA BERANINYA KAMU” hardik Sandro menggelegar.

Bugh……………..bugh………………..bugh……………..

Sandro memukul Arsen dengan laporan yang ia bawa sedari tadi, merasa sangat emosi karena di permainkan oleh Arsen. Ia tak menyangka jika Arsen akan membohonginya jika Denis sedang terluka parah.

“Stop dude. Aku mengaku salah” lirih Arsen mengelak dari pukulan Sandro.

“Pukul dia terus Sandro. Pukul terus” ucap Adrian semakin memanasi Sandro.

“DIAM!” bentak Denis dengan suara tinggi menggelegar didalam sana.

Seketika ketiganya diam dan duduk di sofa dengan tenang, tak berbicara satu katapun mendengar bentakan Denis barusan. Aura mengintimidasi Denis membuat ketiganya berkali-kali menelan saliva dengan susah.

“Jika ingin buat keributan mending kelian bertiga bertanding di ruang latihan sana” hardik Denis dengan suara tinggi.

“Maaf bos. Dude” ucap ketiganya dengan serentak.

“Arsen beritahu kenapa mereka di panggil kesini” titah Denis dengan suara dingin.

“Baik bos” ucap Arsen segera menyodorkan iPad ke mereka berdua.

“Ini” ucap Sandro dengan mata melotot membaca informasi yang tertera didalam sana.

“Naura” ucap Adrian yang mengenali foto perempuan didalam iPad.

“Siapa Naura? Ini Ara adik aku bukan Naura” ucap Sandro melihat Adrian sambil menunjuk foto di iPad yang sedang di pagang Adrian.

“No ini Naura salah satu pekerja di kasino aku” bantah Adrian yang mengenali semua pekerja di kasino miliknya.

“Bos apa maksud ini semua?” tanya Sandro dengan bingung.

“Ando orang yang mengambil kepera***an Ara “ jawab Denis dengan santai.

“Sialan kamu bangsat! Beraninya kamu menghancurkan masa depan adik aku berengsek” maki Sandro dengan emosi.

“Tahan emosimu dude karena bukan Ando yang salah disini” ucap Arsen.

“Apa maksudmu bocah sialan? Dia sudah meniduri adikku aku dan kamu suruh aku tenang!” bentak Sandro dengan suara tinggi.

“Karena adikmu itu jadi pel**ur di tempat kasino Adrian” ucap Denis.

Duar…………….

...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...

Bagai disambar petir tubuh Sandro menegang mendengar ucapan Denis barusan yang mengatakan apa yang adiknya lakukan selama ini. Adrian sendiri menatap sahabatnya itu dengan kesal, karena sahabatnya itu tidak pernah berubah selalu mengatakan sesuatu tanpa memikirkan kondisi.

“Bos bercandakan?” tanya Sandro dengan bibir bergetar tak percaya.

“Adrian” ucap Denis memberi isyarat untuk mengatakan apa yang ia tahu.

“Naura. Dia salah satu pekerja di kasino aku dan orang itu adalah adikmu dude. Aku tidak tahu bagaimana bisa dia sampai bekerja di tempatku, karena di kasinoku kami menerima pekerja yang sudah berumur 18 tahun ke atas” papar Adrian.

“Lalu kenapa kamu menerima adikku yang tahun ini baru berumur 18 tahun berengsek” maki Sandro.

“Adikmu memanipulasi data dirinya dude. Ia dibantu oleh temannya yang juga bekerja di minimarket dekat sekolah mereka” ucap Arsen menunjukkan informasi yang baru saja ia cari mendengar ucapan Adrian sedari awal.

“Ara” gumam Sandro dengan perasaan hancur dan emosi.

“Adikmu bukan hanya tidur dengan Ando saja tapi ada banyak pria yang membayarnya. Dan untuk Ando bukan dia yang bersalah karena pertama kali itu dia dijebak oleh Ara yang menaruh obat perangsang di minuman Ando dan dia yang menghampiri Ando di ruangan pertemuan manusia sialan itu” papar Adrian yang ingat masalah waktu itu saat Ando mengamuk.

“Siapa ayah dari anak Ara?” tanya Sandro dengan tatapan berkilat tajam.

“Ada 2 orang yang mungkin ayah biologis dari anak Ara dude. Pertama dia Ando karena dari informasi yang aku dapatkan ternyata Ara kembali menjebak Ando untuk tidur dengannya” papar Arsen.

“Yang kedua?” tanya Adrian dengan cepat yang juga penasaran.

“Riski Akbar” jawab Arsen.

“APA” teriak Sandro dengan menggelegar mendengar nama orang yang tidak akan pernah ia sangka.

Adrian dan Sandro kaget bukan main tapi tidak dengan Denis yang sudah mengetahui informasi itu terlebih dahulu.

“Berengsek kamu Ara” maki Sandro dengan emosi sambil berlalu pergi.

Melihat hal tersebut dengan cepat Arsen segera mengejarnya, karena ia yakin pasti Sandro menuju rumah mereka untuk membuat perhitungan dengan adiknya.

“Kenapa kamu tidak mengejarnya dude?” tanya Adrian.

“Itu urusan keluarga dia. Lagian sudah ada Arsen yang mengikutinya” jawab Denis dengan acuh.

“Kamu memang bos jahanam dude” ketus Adrian tak habis pikir dengan sifat sahabatnya.

Denis tak memperdulikan ucapan Adrian dan hanya menatapnya dengan wajah datar dan dingin. Hal itu selalu saja membuat Adrian berdecak kesal melihat wajah sahabatnya itu yang tak pernah ada ekspresi lain.

...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...

To be continue………………