Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duel
Mata semua orang beralih ke seorang pria yang berdiri dengan tangan terlipat di dada—Guru Bao, salah satu tetua akademi yang dikenal keras dan tidak menyukai murid lemah.
"Sekadar berdiri diam di sini tidak membuktikan apa-apa," lanjutnya dengan nada mengejek. "Jika kau memang pantas berada di akademi ini, kau harus bisa bertahan dalam duel. Tapi jika kau kalah, maka lebih baik kau keluar saja. Akademi Tapak Langit tidak punya tempat untuk orang yang tidak berguna."
Keributan mulai terdengar di antara para murid.
"Menarik! Kalau dia kalah, itu artinya dia harus pergi dari akademi!"
"Tapi kalau dia menang … tidak, itu tidak mungkin terjadi!"
Di tengah kegaduhan itu, seorang pria tua berambut putih keluar dari aula utama akademi dan berjalan mendekat—Guo Mao, ketua Sekte Tapak Langit sekaligus kakek Li Mei.
"Tunggu sebentar!" suara Guo Mao menggema di lapangan.
Semua murid langsung terdiam.
Guo Mao menatap Guru Bao dengan tajam. "Guru Bao, aku mengerti kau ingin menguji murid, tapi ini tidak adil. Kau sendiri tahu bahwa cucuku tidak memiliki elemen."
Namun, sebelum Guo Mao bisa melanjutkan, Li Mei melangkah maju dan menahan lengan kakeknya.
"Tidak apa-apa, Kakek," ucapnya dengan tenang. "Aku menerima tantangan ini."
Mata Guo Mao membesar. "Mei'er—"
"Tidak apa-apa," ulang Li Mei, kali ini dengan suara yang lebih tegas.
Seketika, suara sistem bergema di kepalanya.
Ding!
[Misi telah diperbarui.]
[Misi: Menangkan duel melawan murid akademi.]
[Hadiah: Elemen Cahaya aktif.]
Li Mei tersenyum tipis. Menarik.
Melihat Li Mei menerima tantangan, seorang murid perempuan berdiri dari barisan murid kelas dua. Ia memiliki rambut panjang yang diikat tinggi dan mengenakan jubah akademi dengan bordiran merah yang melambangkan elemen api.
Huo Ning, teman dekat Li Zhu, maju dengan penuh percaya diri.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menjadi lawanmu," katanya sambil tersenyum sinis. "Tapi kita harus membuat taruhan yang menarik."
Li Mei menatapnya tanpa ekspresi. "Taruhan seperti apa?"
Huo Ning melipat tangannya. "Jika aku menang, kau harus keluar dari akademi ini. Tapi sebelum pergi, kau harus bersujud di depanku dan meminta maaf karena telah mencoreng nama akademi dengan keberadaan sampah sepertimu."
Para murid tertawa puas mendengar syarat itu.
"Dan jika aku menang?" tanya Li Mei dengan nada datar.
Huo Ning mencibir. "Jika kau menang—yang mustahil terjadi—aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan bersujud di depanmu dan meminta maaf."
Keheningan menyelimuti lapangan.
Para murid terkejut dengan kesombongan Huo Ning, tapi sebagian besar dari mereka berpikir tidak mungkin Li Mei bisa menang.
"Apa dia benar-benar berpikir dia punya peluang?"
"Duel ini hanya akan mempermalukannya lebih jauh!"
Guo Mao menatap Li Mei dengan cemas. Namun, melihat ekspresi tenang cucunya, ia memilih untuk tidak berkata apa-apa.
"Baiklah," kata Guru Bao sambil tersenyum puas. "Duel ini akan berlangsung sekarang!"
Li Mei dan Huo Ning maju ke tengah lapangan. Para murid segera membentuk lingkaran di sekitar mereka, menantikan pertunjukan yang mereka yakini akan menjadi penghinaan bagi Li Mei.
Huo Ning mengangkat tangannya, dan nyala api muncul di telapak tangannya.
"Sebaiknya kau menyerah sekarang," katanya dengan nada mengejek.
Swoosh!
Huo Ning tiba-tiba menyerang Li Mei dengan bola api, dengan cepat Li Mei berputar lalu menghindari serangan itu.
Brak!
Suasana di lapangan semakin menegang. Semua murid menatap duel dengan tatapan penuh ejekan dan ketidakpercayaan. Mereka yakin bahwa Li Mei tidak memiliki kesempatan untuk menang melawan Huo Ning, yang dikenal sebagai salah satu murid berbakat di akademi Tapak Langit.
Huo Ning menyeringai. Dengan gerakan cepat, ia kembali membuat bola api menyala terang di telapak tangannya.
"Terimalah ini, sampah!" teriaknya sambil melesatkan bola api lagi ke arah Li Mei.
Api itu membakar udara saat melesat dengan cepat. Namun, tepat sebelum mengenai tubuh Li Mei, ia menggeser kakinya ke samping dengan lincah, menghindari ⁷⁷ itu dengan mudah.
Para murid yang menyaksikan mulai berseru.
"Apa? Dia berhasil menghindarinya?"
Huo Ning mengerutkan kening. Ia tidak menyangka Li Mei bisa menghindari serangannya secepat itu. Dengan gerakan lebih cepat, ia mengayunkan tangannya lagi, kali ini mengirimkan semburan api yang lebih besar.
Namun, kali ini sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Li Mei mengangkat tangannya, dan seketika air muncul dari udara, membentuk lapisan es yang kokoh sebagai perisai. Api Huo Ning langsung padam begitu mengenai perisai es itu.
Mata semua orang membelalak.
"Dia … menggunakan elemen air?"
"Tidak mungkin! Bukankah selama ini dia tidak memiliki elemen?"
Li Zhu, yang berdiri di antara kerumunan, terkejut bukan main. Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat Li Mei menunjukkan kemampuan seperti ini.
Huo Ning menggertakkan giginya. "Kau menyembunyikan elemen ini selama ini?! Dasar pembohong!"
Alih-alih menjawab, Li Mei menggerakkan tangannya. Es yang tadi menjadi perisai kini mulai berkumpul di tangannya, membentuk pedang panjang yang berkilauan di bawah sinar matahari. Aura dingin mengelilingi senjata itu, membuat udara di sekitarnya terasa lebih menusuk.
Seluruh lapangan hening.
"Apa itu? Dia bahkan bisa membentuk senjata dari es?"
"Bagaimana mungkin? Butuh pengendalian yang luar biasa untuk bisa melakukannya!"
Guo Mao, yang berdiri di sisi lapangan, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Matanya bersinar bangga. "Cucu kecilku … kau benar-benar telah berubah."
Huo Ning menggertakkan giginya. Ia merasa dipermalukan di depan semua orang.
"Kau pikir bisa menang hanya karena punya elemen air?" teriaknya sambil melompat maju, melemparkan serangan api yang lebih kuat ke arah Li Mei.
Namun, kali ini Li Mei tidak hanya menghindar. Dengan gerakan cepat, ia melesat ke depan, mengayunkan pedang esnya.
Slash!
Pedang es itu menebas udara, dan dalam sekejap, api Huo Ning padam begitu saja. Li Mei tidak berhenti di situ. Dengan satu gerakan halus, ia memutar tubuhnya dan menyerang dari samping.
Huo Ning terkejut. Ia mencoba mengaktifkan pertahanannya, tetapi sudah terlambat.
Bugh!
Bagian belakang pedang es Li Mei menghantam perut Huo Ning, membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang dan jatuh tersungkur di tanah.
Lapangan kembali hening.
Tidak ada yang menyangka duel akan berakhir secepat ini.
Huo Ning terbatuk, wajahnya penuh keterkejutan dan rasa malu. Ia mencoba bangkit, tetapi tubuhnya gemetar.
Li Mei menatapnya dengan dingin. Ia mengayunkan pedang esnya ke samping, dan pedang itu berubah menjadi butiran salju yang menghilang di udara.
"Kau kalah," ucapnya dengan nada datar.
Huo Ning mengepalkan tangannya, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa membantahnya. Semua orang melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk menang melawan Li Mei.
Semua murid yang tadi mengejek Li Mei kini terdiam, tidak tahu harus berkata apa.
Guru Bao yang sebelumnya menyarankan duel itu kini tampak tidak senang. "Bagaimana mungkin .…" gumamnya pelan.
Sementara itu, Guo Mao tersenyum lebar. "Sepertinya akademi ini akhirnya akan melihat keajaiban yang sebenarnya."
Li Mei menoleh ke arah Huo Ning yang masih duduk di tanah. "Kau ingat perjanjiannya, kan?"
Huo Ning membeku. Wajahnya memerah karena malu.
Murid-murid lain mulai berbisik.
"Jangan bilang dia benar-benar akan bersujud di depan Li Mei?"
"Tapi itu taruhan yang ia buat sendiri!"
Wajah Huo Ning semakin merah. Tangannya gemetar saat ia mencoba mencari alasan.
Namun sebelum ia bisa mengatakan apa pun, Li Mei berbicara lagi.
"Aku tidak membutuhkan orang sepertimu untuk bersujud di hadapanku."
Huo Ning tertegun.
Li Mei berbalik, berjalan meninggalkan arena duel dengan langkah tenang.
"Tapi ingat ini, Huo Ning," katanya tanpa menoleh. "Lain kali, jangan meremehkan seseorang hanya karena masa lalunya."
Dengan itu, Li Mei pergi, meninggalkan semua orang yang masih tercengang.
Dari sudut lapangan, Guo Mao tersenyum bangga. "Cucu kecilku … kau akhirnya menunjukkan dirimu yang sebenarnya."
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt