NovelToon NovelToon
Wanita Simpanan Bos

Wanita Simpanan Bos

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Pelakor / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:72k
Nilai: 5
Nama Author: Rini Jayanti

Yasmin, janda muda dan cantik harus menerima jadi istri simpanan seorang pria kaya dan sudah beristri. Berawal dari pertemuan tak sengaja Reynald dengan Yasmin yang tak lain adalah karyawannya sendiri di dalam lift perusahaannya. Reynald tertarik pada pandangan pertama dan setelah ditelusuri Yasmin ternyata memiliki pekerjaan sampingan sebagai wanita panggilan.

Reynald merupakan seorang pengusaha di bidang properti dan real estate. Ia memiliki seorang istri cantik dengan segala kegiatannya sebagai sosialita. Hidup bergelimang harta membuat Aurel lupa diri hingga terlibat perselingkuhan dengan pria lain, hal itulah yang membuat Reynald perlahan mencari pelarian untuk melayani hasrat sexnya. Sedangkan Yasmin menerima jadi istri simpanan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.

Apakah pernikahan Yasmin dengan sang BOS bisa terendus? Dan apakah pernikahan mereka berdua murni karena *** semata?

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Jayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Sani dan Dina harap-harap cemas menunggu Yasmin di depan toilet.

"Duh gimana ini, bagaimana kalau Yasmin benar hamil?" Sani sudah tidak sabar menunggu Yasmin keluar.

"Ya, nggak apa-apa. Kalau hamil kan ada yang tanggung jawab," timpal Dina santai.

"Lah tanggung jawab gimana, Yasmin kan sudah cerai."

"Dia kan punya pacar, kamu nggak dengar kemarin dia telponan sama pacarnya. Kata Yasmin nanti kalau waktunya tiba dia akan kenalin kita. Berarti kalau dia benar hamil, sama siapa lagi kalau bukan pacarnya."

Keduanya terus menduga-duga.

"Memangnya muntah-muntah tandanya orang hamil ya? Kemarin juga adeku muntah-muntah, dia masuk angin tuh bukan hamil." Dina mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Semoga saja ya," sahut Sani.

Dua orang karyawan wanita keluar dari toilet, sedangkan Yasmin masih berada di dalam. Sani dan Dina mendengar jelas keduanya membicarakan Yasmin.

"Dia kayanya hamil deh, muntahnya kaya gitu mirip orang hamil."

"Kayanya sih, benar ya dugaan kita selama ini. Janda tapi hamil, siapa coba yang ngehamilin dia kalau bukan suami orang. Atau om-om kali."

Keduanya tertawa sambil melirik Sani dan Dina.

"Apa kamu lihat-lihat? Kamu ngomongin Yasmin? Awas ya kalau kalian macam-macam gosipin Yasmin lagi, kita-kita bakalan bikin perhitungan sama kalian berdua!" ancam Sani pada keduanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya mengusir keduanya keluar.

***

Tubuh Yasmin terasa lemas efek semua isi perutnya dimuntahkannya kembali. Farah sudah mengizinkannya istirahat di ruang kesehatan sampai kondisinya membaik.

Saat jam istirahat, Sani dan Dina membawakan banyak makanan untuk Yasmin. Semuanya makanan kesukaan sahabatnya tersebut.

"Waah kalian beli ini semua buat aku?" Mata Yasmin berbinar membuka satu persatu kotak makanan untuknya.

Sani dan Dina saling bertatapan melihat Yasmin begitu lahap menikmatinya dan hampir menghabiskannya sendirian.

"Yas, enak?"

"Ini enak banget, makasih ya. Kalian memang tahu banget kesukaan aku. Dan ini aku sangat pengen ini dari kemari ya ampun sampai ngiler."

Keduanya sampai bengong dan tambah berspekulasi sendiri melihat Yasmin sangat lahap menghabiskan suapan demi suapan rujak asam pedas yang sengaja dibeli untuk membuktikan apakah sahabatnya itu hamil atau tidak.

"Yas, kamu suka rujak? Bukannya itu asam pedas ya?" tanya Sani ragu-ragu.

"Tadinya nggak terlalu. Tapi, akhir-akhir ini makanan ini begitu menggoda dibandingkan nasi." Yasmin sambil tersenyum lebar.

'Fix, Yasmin memang hamil," batin Sani.

Ponsel Yasmin kembali berdering. Melihat nama suaminya memanggil, Yasmin jadi salah tingkah sendiri. Masalahnya kedua tangannya belepotan sambal rujak dan susah menekan tombol jawab.

"Yas, biar aku yang tekan sini," ujar Dina hampir saja melihat nama Reynald di sana.

"Nggak usah, biar aku saja." Terpaksa Yasmin menekan sendiri tombol hijaunya dan meninggalkan noda kotor, pikirnya lebih baik meninggalkan noda kotor di layar ponsel dari pada ketahuan nama yang meneleponnya.

"Hallo, Mas?" sapa Yasmin sambil melirik kedua sahabatnya.

"Kenapa tidak pulang saja? Barusan Farah meneleponku, katanya kamu muntah-muntah. Gimana keadaanmu sekarang?" Terdengar suara Reynald tidak senang.

"Aku baik-baik saja, tadi hanya muntah. Mungkin karena masuk angin saja, Mas." Alasannya di depan kedua sahabatnya agar tidak curiga.

"Masuk angin?"

"Iya, Mas. Di sini ada Sani dan Dina menemaniku, mereka membawakan banyak makanan untukku. Mereka baik sekali," ucap Yasmin agar suaminya paham dia tidak bisa bicara bebas.

"Oh ada temanmu di sana, baiklah kalau kamu tidak mau pulang. Setelah jam kerja, aku tunggu kamu di rumah sakit. Kita sama-sama periksa kandungan kamu, aku tidak mau ada apa-apa dengan kandunganmu dan kamu." Tekannya menegaskan.

"Iya, Mas. Nanti aku ke sana," jawabnya mengakhiri pembicaraan.

Yasmin meletakan kembali ponselnya.

"Eeheem, Yasmin. Beneran kamu sudah punya pacar?" tanya Dina penasaran.

"Iya, sudah," jawabnya.

"Siapa? Boleh kami tahu?" tanya keduanya penasaran.

"Eem kalau itu biar nanti saja ya. Kalian juga nanti akan tahu, soalnya pacarku tidak suka dipublikasikan. Dia orangnya pemalu," jawabnya beralasan.

"Oh.." Keduanya manggut-manggut.

"Yas, anu itu kamu, duh gimana ya." Dina ragu-ragu untuk menanyakannya.

"Apa, Din. Bilang saja," ujar Yasmin.

"Hehe, nggak jadi." Dina tersenyum lebar. Tadinya dia ingin menanyakan apakah Yasmin sedang hamil atau tidak. Tapi, urung. Rasanya tidak sopan menanyakan hal tersebut, takut membuat Yasmin jadi tersinggung.

***

"Bu, biar aku suapi Ibu ya." Silvia mengambil mangkuk berisikan bubur dari atas meja.

Ambar mengangguk lemah, dinaikannya sedikit posisi kepala ranjang biar kepala Ambar bisa lebih tinggi.

Beberapa suapan sudah masuk ke mulut Ambar, sengaja Silvia melakukannya untuk menarik hati Reynald.

Dua orang perawat memeriksa rutin kondisi Ambar lalu mencatatnya di buku laporan. Salah seorang perawat yang umurnya sekitar 40 tahunan menatap lama pada Silvia. Memperhatikannya dengan seksama sambil menurunkan kaca matanya.

"Anda.. kalau tidak salah yang mengantar Ibu Ambar saat kecelakaan dulu kan ke rumah sakit ini?" Tebaknya membuat Silvia menganggukan kepalanya membenarkan ucapan perawat itu.

"Iya-iya, itu saya." Silvia menjawabnya ragu-ragu. Dia sedang mengingat-ngingat siapa perawat itu.

"Oh ya, senang sekali kita masih bisa dipertemukan. Kemana teman anda yang bersama anda saat menolong Ibu Ambar? Kalau tidak ada teman anda entah apa yang akan terjadi pada Ibu Ambar dulu," ujar perawat yang ternyata perawat yang menangani Ambar saat kecelakaan dulu. Kini perawat tersebut sudah jadi kepala perawat di rumah sakit yang sama tempat Ambar dirawat sekarang.

Kening Ambar mengerut tak mengerti, sedangkan wajah Silvia sudah berubah pucat pasi.

"Apa maksud anda, Sus?" tanya Reynald yang juga mendengarnya.

"Jadi, begini,-"

"Suster Kepala? Ada kecelakaan parah di IGD, Suster di panggil dokter Andrew." Seorang perawat lainnya tergesa-gesa memanggil perawat tersebut.

"Maaf, saya harus ke IGD. Permisi," ucapnya sambil berlalu pergi.

Silvia bisa bernapas lega, untunglah perawat itu pergi tepat waktu sebelum Reynald menanyainya.

"Apa sebenarnya yang dikatakan perawat itu?" Reynald bertanya pada Silvia.

"Oh mungkin maksudnya dia tanya teman aku, waktu Ibu kecelakaan kan aku sedang sama teman aku. Teman aku yang tinggal di luar negeri itu."

"Oh kirain apa," sahut Ambar lega.

Beda halnya dengan Reynald, dia merasa ada sesuatu yang ditutupi Silvia. Entah apa itu, namun hatinya merasakan beda.

'Aku akan temukan jawabannya sendiri, Silvia!'

Tiga jam kemudian.

"Bu, aku pamit pulang dulu. Aku mau mandi dan berganti pakaian, Ibu mau aku bawakan apa?" Tawar Reynald.

Ambar menggeleng cepat, "Tidak usah, Ibu mau cepat sembuh saja biar cepat pulang."

Reynald tersenyum tipis.

"Sabarlah, tinggal beberapa hari lagi. Kalau begitu aku pulang dulu."

Di koridor rumah sakit, tanpa sengaja Reynald berpapasan kembali dengan kepala perawat tadi. Rasa penasarannya sangat kuat sampai Reynald ingin langsung menanyakannya sendiri.

"Sus, saya ingin menanyakan sesuatu pada anda." Reynald menghentikan langkah perawat itu.

"Iya, Pak Reynald. Apa yang ingin anda tanyakan?" tanyanya.

"Tadi waktu di ruangan ibu saya, anda mengatakan tentang kecelakaan yang menimpa ibu saya waktu itu. Anda bilang jika tidak ada teman Silvia entah apa yang terjadi pada ibu saya, apa maksudnya?"

"Apa saya mengatakan hal itu? Sepertinya saya salah bicara Pak Reynald, maksud saya jika tidak ada bu Silvia entah apa yang akan terjadi. Bu Silvia memang bersama temannya. Tapi, yang menolong bu Ambar adalah bu Silvia sendiri."

Silvia melihat keduanya berbicara di balik dinding.

"Untunglah," ucap Silvia sambil mengelus dadanya.

***

BERSAMBUNG..

MAKASIH YANG SUDAH KOMENTAR DAN LIKE

1
Asyatun 1
lanjut
Soraya
mampir thor
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
temen kantor
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
mungkin menemui silvia ketika udah baik adalah jawabannya rom
Yasmin Natasya
terimakasih sudah up banyak thor... 🙏💕
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
lebih mawas diri lg yas
Lieyha NOemphank BekeNd
Luar biasa
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
jadilah egois yas
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ini bentuk kamu kurang tegas menceraikan silvia, rey
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
masama thor
Siti Amyati
greged ma silviia ,ayo Ray bikin tu jalang lebih ngga bisa punya anak
muna aprilia
lanjut
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
ahh yakin bisa?
Sumitro Adji
yes oh yes
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
lebih baik jujur yas, timbang mereka berpikiran liar
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
anaknya saja ragu sama sakit ibunya
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
mungkin anda menyanyangi silvia seperti putrimu, bukan menantu
Zuka Saya
kok aq ngerasa Rey nya kurang tegas sih. kaloo Silvia uda pernah selingkuhi dia mah cerein aja masa bilang cere3 mulu g jadi2
Nayla Arshaka
jangan rey aku mohon .jgn di tanda tanganin... baca dlu.... jgn asal coret...
aku takut ni jebakan ...
jgn smpai kmu mnyesal.
dan taruhannya rumah tanggamu bersama Renata....
smga aja mama mu kena serangan betulan ... krna tau sifat Silvia seperti apa..
jgn ya Rey....baca dlu isi surat nya .kli aja jebakan bedmen ... hahahhah
Keysha Aurellie
wah Silvia berdrama dengan pura pura menangis , tetap waspada Rey
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!